Chapter 8

45 3 0
                                    

Disatu sisi Flara menangis berusaha keluar, tapi para penjahat itu berada di kanan dan kirinya, tangan diikat dibelakang, mulut dibekap. Dia tak bisa bergerak.

Flara mencoba memberontak dan karena kesal Flara dipukul keras oleh mereka di bagian kepala. Dia pun pingsan

Teman Gibran yang melacak lokasi penjahat yang membawa Flara menyarankan untuk lewat jalan lain. Mereka akan melewati kira-kira yang akan dilewati oleh para penjahat, kebetulan yang diambil mereka adalah jalan satu arah.

Brukkk.

Mobil Dito menubruk mobil penjahatnya agar berhenti, namun tidak cukup sampai di situ. Mobil penjahat berusaha meloloskan diri dengan putar balik, namun lagi-lagi mobil Dito menabrak bemper belakangnya. Teman-teman Gibran setongkrongan juga datang membantu. Mereka mencoba mengepung mobil penjahat menggunakan sepeda motor mereka.

Dito dan yang lain turun dari mobil. Mereka bergegas berkelahi karena para penjahat keluar untuk melawan. Dan mereka pun berkelahi, karena penjahat kalah jumlah, akhirnya tim Gibran yang menang.

Dito yang dari tadi tidak ikut bertarung mencari Flara didalam mobil. Dia melihat Flara terkulai lemas di dalam, setelah membuka pintu mobil. Dia membopong Flara menjauh ke penjahat.

Dito melepas lakban di mulut, dan melepas tali ditangan maupun kaki. Wajah Flara yang cantik saat pingsan berhasil membuat Dito termangu.

"Ra, bangun Ra," panggil Dito menyadarkannya.

Flara tetap tidak sadarkan diri
Gibran dan Hasan setelah memenangkan pertarungan berusaha membuat adiknya bangun.

Uwiu, uwiw, uwiw, uwiw....

Polisi datang. Adi dan yang lain menjelaskan kronologi kejadian kepada pihak berwajib. Sedang Flara masih belum sadarkan diri.

"Bran, bawa ke rumah sakit," perintah Dito.

Gibran dengan cepat membopong dan memasukkan ke mobil.

Ditengah perjalanan, Gibran dan Hasan berusaha membangunkan Flara.

"Abang...."

Flara bangun melihat dunia, kedua abangnya bersamanya. Dia langsung memeluk Gibran dan disusul dibelakangnya Hasan.

"Abang...."

Flara menangis dengan keras.
"Udah dek, kamu udah aman, tenang dek, tenang."

"Hikssss."

"Dek, kamu udah aman."

"Tanganku tadi ditarik bang, kakiku juga diikat, kepalaku di pukul."

"Udah, udah, kita akan kerumah sakit, kamu nggak akan kenapa-kenapa. Oke, dek?"

"Ke rumah sakit, aku nggak mau...."

Hasan meyakinkan, "dek, kamu harus diperiksa."

"Please, bang, jangan. Hiksss...., aku udah nggak mau masuk rumah sakit lagi, cuma sekali aja. Nanti kalau mama datang gimana? Nanti mama pulang, terus pergi lagi, kena masalah lagi gimana? Nggak mau, bang, please, aku nggak kuat, hikss."

Gibran hanya diam.

"Dek, sekali aja, setelah itu kamu langsung pulang, yah, kalau ada sesuatu gimana?"

"Abang.... Flara mohon...."

Sesampainya di rumah, Flara benar-benar keras kepala. Dia tidak mau dibawa ke rumah sakit setelah negosiasi yang melelahkan. Dia mau diperiksa, tapi di rumah. Saat membuka pintu, dia melihat bibi berdiri melihat Seno yang diperiksa dokter.

"Seno, ngapain disini?" tanya Dito kepada siapapun yang bisa menjawabnya.

Bibi yang melihat langsung datang ke Flara, yang dibopong Gibran. Dia tidak menjawab pertanyaan Dito, tapi mengkhawatirkan anak perempuan majikannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FlaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang