Seminggu berlalu, kata dokter Flara sudah tidak perlu diperhatikan lagi. Dia sudah sembuh. Namun, harus dijauhkan dari yang bisa memicu stres. Dia diperbolehkan pulang.
Luka ditubuh Flara telah membaik dan kulit putihnya telah mulus. Kedua kakaknya mengantarkan pulang. Hasan membolos sekolah.
"Kak, makan yuk," ajak Flara.
Hasan menanggapi, "makan apa?"
"Apa, yah? Mie ayam?"
"Kemarin udah, yang lain," sahut Gibran.
"Iiihhhh, kakak. Makan apa ya pagi-pagi gini?" tanya Flara bergumam.
"Bebek bakar, mau?" tanya Hasan.
"Nggak, kan alergi," ucap Flara dan melamun ke jendela.
Brum, brum, brum. Suara knalpot moge berdenging saat melewati mobil Gibran.
"Widih, keren," gumam Flara.
"Ya elah, kakak lo ini juga punya kali," sarkas Hasan tidak mau kalah.
"Apaan kakak nggak sekeren itu, buktinya kakak kalau naik, kayak siput. Sok keren!"
Gibran tertawa kecil.
"Ya, itu karena bonceng lo. Lain kali, kalau naik motor pakai celana. Rok selutut, mau jadi cabe-cabean."
"Serius amat," ejek Flara.
Hasan menganga, dia pindah ke belakang dari kursi depan dan menggelitiki Flara.
"Nakal, ya, Lo?"
"Kak, kak, udah ... maaf, maaf," ucap Flara meminta ampun.
"Mau makan apa?"
Flara membisiki Hasan, "mie ayam."
"Yang lain."
"Kenapa? Mie ayam lagi?" tanya Gibran menebak tepat, "lo kalau makan nggak kira-kira. Kemarin udah dua porsi jatah buat dua minggu, ditanggung dulu. Entar kakak anterin ke sana."
"Terus kita mau makan apa dong?" tanya Flara lirih.
"Sop iga mau?" tanya Gibran.
"Wah, mantap, di basecamp aja kak," ujar Hasan bersemangat.
"Nggak, lo mau jual Flara. Circle lo sehat nggak?"
"Hehe, iya kak, maaf."
Flara penasaran, "kak, kapan-kapan, ajakin aku ke sana, ya? Apa circle kakak, tatoan semua? Tempatnya ada tengkoraknya, kah? Mereka...."
"Huphhh...."
Flara dibekap dengan tangan Hasan karena pasti akan mengomel berkepanjangan.
+++
Sekitar jam 11 malam. Kedua kakak Flara cemberut melihat film Korea karena ajakan Flara. Dia memelas dan ini adalah sogokan agar tidak pergi ke basecamp.
Meja terdapat tumpukan tisu bekas air mata Flara dan ingus. Kedua kakaknya tidak mengerti di mana sedihnya. Menurut mereka, film action adalah yang terbaik.
Bosan.
"Kak," panggil Flara.
Tidak disahuti.
"Kak," panggil Flara sekali lagi sambil melihat tv.
"Kak Gibran, Kak Hasan!" teriak Flara yang melihat kedua abangnya malah main ml.
Kedua abangnya terkejut, dan refleks membuang hp kesembarang arah.
"Kakak, kalau nggak mau nonton film bilang aja," ucap Flara sambil menangis, sejujurnya dia menangis karena adegan kiss yang singkat.
Kedua kakaknya gelagapan.
"Bukan gitu, kami bosan. Yang lain, lah, kayak spiderman, avanger," kata Hasan.
"Kakak, tonton aja kenapa sih," ucap Flara dan tetap memandang tv.
"Biarin sih Ra, perjanjiannya menemani menonton bukan ikut nonton," lerai Gibran karena dia juga setuju.
"Jadi kak Gibran juga sama," lirih Flara sesenggukan .
"Ini kenapa Flara jadi cengeng, ya?" batin kedua kakaknya.
+++
Dimeja makan dengan kaos oblong, Flara makan dengan lahap.
Flara selesai makan lebih dulu.
"Kak," panggil Flara.
Kedua kakaknya menoleh.
"Aku minta maaf atas kejadian di rumah sakit," ucap Flara.
"Iya, besok kamu sudah bisa masuk sekolah yang baru. Mau pergi sama Hasan, sendiri, atau sama pak Boby, terserah," ucap Gibran.
Pak Boby adalah orang suruhan mama kemarin.
