Bab 4

1.2K 249 4
                                    

Happy reading, semoga suka.

Ebook sudah lengkap di Playstore dan Karyakarsa ya.

Playstore juga sudah live ya, silakan search : carmen labohemian sweet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Playstore juga sudah live ya, silakan search : carmen labohemian sweet

Playstore juga sudah live ya, silakan search : carmen labohemian sweet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoy

Luv,

Carmen

______________________________________________________________________

'Maukah kau menemaniku minum?'

Jika dalam keadaan sadar, Sophia pasti tidak akan pernah memiliki setitikpun keberanian untuk mengucapkan kalimat tersebut. Tapi saat ini, darah di otaknya yang mulai panas memberitahunya bahwa ia bisa melakukan apa saja.

Apa saja.

Termasuk merayu seorang pria.

Apalagi pria semanarik pria ini.

"Kau akan mentraktirku?" tanya pria tersebut. Dan suaranya... begitu dalam dan berat. Benar-benar berbeda dari Noah.

Sophia lalu tertawa kecil. "Oh ya, I will treat you. Free, tonight. Anything you want," tambahnya genit lalu terkikik.

"Sounds good. Let's go."

Mereka kembali ke bar di mana Sophia memesan lagi segelas Cranberry Vodka untuknya dan segelas whiskey untuk pria itu.

"Kau boleh memesan apapun yang kau suka," ujarnya pada pria itu sebelum menyesap minumannya. Rasanya enak, menyuntikkan rasa percaya diri ke dalam dirinya. Malam ini, Sophia merasa ia bisa melakukan apa saja.

"Kurasa kau sudah minum terlalu banyak."

Sophia berdecak dan mengibaskan tangan. "Tambah segelas lagi!" teriaknya pada sang bartender.

"You... Siapa namamu, Mr. Not Noah?"

Sophia kembali terkikik geli saat pria itu menampakkan ekspresi bingung. "Apa katamu?"

"Silly, i asked your name."

"Harvey. Tapi siapa Noah?"

Sophia kembali berdecak keras. "Jangan sebut nama itu lagi!"

"Miss..."

"Sophia... Namaku Sophia."

Lalu ia kembali menandaskan gelas keenamnya.

"Soph..."

"Harvey... Kau punya nama yang bagus. Juga tubuh yang bagus. Dan wajah yang sangat tampan..."

"Apa kau sedang merayuku?" tanya pria itu geli.

Merayu? Sophia bisa melakukan yang lebih baik dari itu. Ia lalu melompat turun dari kursi bar, nyaris terjatuh jika saja pria itu tidak cepat-cepat memegangi lengannya.

"Hati-hati."

"Dance with me."

Sophia lalu menarik tangan pria itu dan mengajaknya kembali ke lantai dansa. Sophia memuji dirinya sendiri karena hanya dalam beberapa jam saja, ia bisa mendapatkan pengganti Noah yang jauh berada di atas pria itu. Dari tampan, penampilan, semuanya lebih baik dari kekasih berengseknya tersebut. Bahkan semesta saja mendukung Sophia karena DJ memainkan musik yang lambat dan erotis sehingga semua pedansa bergegas mencari pasangan. Sophia tanpa malu langsung memeluk pria itu.

"Aromamu enak," bisiknya saat menarik napas.

"Apa yang dilakukan wanita secantik dirimu di sini, sendirian, merayu pria yang tak kau kenal?"

Munafik, gerutu Sophia dalam hati. Sambil berkata seperti itu, bukankah pria itu juga memeluknya? Ia bisa merasakan kedua tangan pria itu yang berada di pinggulnya.

"Siapa bilang kita orang asing?" ujar Sophia sembarangan. "Kau Harvey, aku Sophia. Hmm?"

Ia kini melingkarkan kedua lengannya di sekeliling leher pria itu sambil mendongak menatap wajah pria itu. "Kau datang sendirian."

Pria itu tersenyum kecil.

"Aku juga sendirian."

"So?"

Sophia tidak tahu bahwa alkohol bisa membuat seseorang merasa begitu seksi dan hidup. Ia mendekatkan tubuhnya pada tubuh pria itu dan tersenyum saat merasakan satu tangan pria itu kini berpindah ke punggungnya dan mengusapnya pelan.

"So... I really wanna kiss you, Harvey."

Sophia tak lagi berpikir saat ia mendekatkan bibirnya pada pria itu dan menciumnya. Sophia memejamkan mata dan mengerang terkejut saat Harvey membalas ciumannya. Sejenak akal sehatnya berbisik pada Sophia, menyuruhnya untuk berhenti tapi ketika pria itu mengeratkan pelukan mereka dan bagaimana rasanya kupu-kupu beterbangan di dalam perut Sophia, ia melupakan segalanya. Ciuman pria itu seperti sengatan listrik yang mengejutkan di awal tapi kemudian mengalirkan gairah hangat yang memanaskan darah Sophia yang memang sudah panas oleh alkohol. Pria itu kini menyetir gairahnya. Ia mengerang tanpa sadar.

"Kau masih ingin berdansa, Sophia?" bisik pria itu serak saat dia mengangkat kepalanya menjauhi Sophia.

Sementara itu Sophia benar-benar tidak bisa berpikir.

"Take me home."

Hanya itu yang akhirnya terucap dari bibirnya.

Sweet PassionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang