Bab 5

1.3K 241 4
                                    

Happy reading, semoga suka.

E-book sudah lengkap di PlayStore dan Karyakarsa ya.

You can visit my new dark erotic romance di lapak wattpad saya ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can visit my new dark erotic romance di lapak wattpad saya ya. Khusus dewasa dan penyuka dark romance ya karena ada forced submission dan temanya gelap.

Enjoy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoy

Luv,
Carmen

_________________________________________

Tentu saja pria itu tidak membawanya pulang. Mereka menuju ke salah satu hotel terdekat di klub tersebut. Hanya beberapa blok, mereka bahkan berjalan kaki ke sana. Ia nyaris tertidur di lounge saat menunggu pria itu check-in. Sophia juga tidak begitu ingat bagaimana mereka bisa sampai ke kamar, yang ia tahu hanyalah mereka sudah tiba saat Harvey membuka pintu dan mendorongnya masuk dengan lembut.

"Oohh... Ini kamarmu?" tanya Sophia sembarangan.

"Bukan. Kita ada di dalam kamar hotel, Sophia. Kau yang memintaku membawamu ke sini. Ingat?"

Oh ya, ya, sekarang ia ingat, ia yang berubah pikiran. Rumah pria itu akan menjadi tempat yang terlalu pribadi. Sophia memejamkan matanya yang berat, menggelengkan kepalanya lalu membukanya lagi.

"This room is perfect," ujarnya kemudian lalu berbalik dan berjalan terhuyung menuju ranjang lalu berusaha duduk di tepinya. "Here... Ke sinilah, tidurlah bersamaku."

Sophia menepuk ranjang di sebelahnya.

"Apa kau yakin, Sophia?"

Ia mengerutkan alisnya sedih. "Kenapa? Kau tidak menyukaiku?"

Pria itu berjalan mendekatinya lalu berhenti di ujung ranjang sehingga Sophia bisa melihatnya lebih dekat. Ya ampun, Harvey benar-benar tampan. Tubuh Sophia bergetar saat mengingat ciuman mereka tadi. Ia menyukai pria ini, sangat menyukainya...

"Kau bahkan tidak mengenalku."

Mengapa pria itu terus mengulang hal yang sama?

Sophia mengerucutkan bibirnya gemas. "Kau Harvey, iya kan? Dan aku Sophia. Bukankah tadi kita sudah berkenalan? Dan aku sangat... sangat menyukaimu."

Napas Sophia agak tersentak saat pria itu berjalan mendekatinya, lalu membungkuk di atasnya. Jari-jemari pria itu kemudian mengangkat dagu Sophia, menahannya agar mereka bisa bertatapan. “Bagaimana kalau ternyata aku orang jahat?”

Orang jahat? Tapi sentuhan pria itu tidak membuat Sophia takut, tapi malah melelehkannya. Bagaimana mungkin pria itu adalah orang jahat?

Ia menggerung tidak senang lalu menepis lengan pria itu.

“Aku tahu kau bukan orang jahat. Kau bukan Noah. Kau pria yang baik. Here… come here…”

“Kau benar-benar mabuk.”

“I am not!

Dengan kesal, ia lalu menarik pria itu turun. Harvey mungkin tidak siap dan kehilangan keseimbangan sehingga terjatuh dan membuat mereka berdua telentang di atas ranjang. Sophia tertawa begitu keras sambil memeluk leher pria itu. Ia bisa merasakan tubuh keras Harvey yang menekannya dan panas di tubuhnya membuat Sophia semakin resah. Matanya bergerak ke wajah Harvey dan satu tangannya bergerak untuk membelai wajah pria itu.

So… beautiful. Manly beautiful.”

“Sophia…”

“Ssshhh… sshh… cium aku, cium aku.”

Bahkan pria paling suci sekalipun akan sulit menolak wanita yang menawarkan diri padanya. Apalagi Harvey. Sophia bisa melihat mata pria itu menggelap dan merasakan tubuh Harvey yang pelan mengeras. Tanpa kata, mulut pria itu kemudian turun untuk melumatnya dan Sophia melepaskan desahan nikmat. Pria itu benar-benar tahu caranya mencium. Ia mendesah kembali dan membuka mulut serta mengundang pria itu masuk. Lidah mereka bertemu dan saling membelit. Jari-jari Sophia bergerak membelai rambut pria itu saat mulut Harvey bergerak meninggalkan bibirnya dan menuju lekukan lehernya. Saat lidah hangat Harvey menjilatnya, Sophia mendesah kembali.

“Ooohh….!”

Serangan bibir dan lidah pria itu adalah kombinasi yang sangat luar biasa. Perut Sophia terasa bergolak, kupu-kupu beterbangan hebat di tengah perutnya dan ia mulai mengeliat gelisah. Terlalu banyak pakaian di antara mereka… terlalu panas…

“Tunggu… tunggu…”

Ia mendorong pria itu dan Harvey dengan enggan menjauhinya. Sophia bangun dan bangkit lalu melemparkan senyum pada pria itu. Kepalanya terasa semakin berat tapi kalau hanya bangun dan melepaskan pakaian, ia masih bisa melakukannya.

“Tenang… aku bukan mengusirmu.” Ia kembali tersenyum dan mengedip pelan pada pria itu. “Tapi aku harus melepaskan gaun ini. Terlalu… terlalu panas… terlalu ketat dan panas.”

Tangan-tangan Sophia kemudian bergerak ke belakang, berusaha meraih…

“Biar aku saja.”

Ia mendesah senang saat Harvey berkata seperti itu.

Thank you. Kau memang pria baik,” pujinya.

“Membantumu melepaskan pakaian membuatku menjadi orang baik?”

“Oh ya… tentu saja, Harvey-ku.”

Ia mendesah lega saat gaun itu tertarik lepas dari tubuhnya. Sophia lalu merangkak ke tengah ranjang dan membaringkan kepalanya di atas bantal. “All… all of these…” Ia kembali menggeliat, menarik lepas bra-nya yang kemudian tersangkut dan pria itu kembali menawarkan diri.

Let me do it.

Told you… you’re so sweet,” bisiknya serak saat pria itu dengan lembut membantunya melepaskan bra-nya. “Semuanya, oke?”

Saat pria itu akhirnya meloloskan celana dalamnya dari tubuhnya, Sophia mendesah nikmat dan berguling ke samping.

Here… here, come here… make love to me…”

Sweet PassionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang