Chapter 8

2.6K 251 207
                                    

WARN : THIS BOOK CONTAINS MATURE CONTENT THAT IS NOT SUITABLE FOR SOME AUDIENCES. PLEASE BE A WISE READER.

©BB922020
_____________________________________

"Kau menakutinya."

Seluruh pasang mata menoleh pada suara menyapa.

Chanyeol menghampiri dengan raut tegas disertai lirikan tidak ramah yang ia berikan untuk ayah dan adiknya.

Retina beralih meneliti sosok mungil dengan wajah takut yang kentara. Lelaki itu meremas ujung baju penuh rasa gugup. Dia terlihat tidak nyaman.

"Wow, aku tidak menyangka kau akan datang secepat ini."

Jinyoung merentangkan tangan penuh sambutan. Seringaiannya terlihat menyebalkan. Chanyeol benar-benar tidak menyukai energi positif milik pria itu.

Jaemyung menatap penasaran. "Baru sekarang kau datang mengunjungi Ayah?"

Sebenarnya tak menyukai obrolan basa-basi, dia hanya heran melihat putra sulungnya yang selalu absen setiap kali diajak bertemu kini muncul hanya dalam hitungan menit.

"Jangan ganggu dia."

Mendengar itu, Jaemyung menatap Baekhyun sekilas. Dugaannya benar. Tingkah Chanyeol sekarang menjelaskan segalanya.

"Ayah tidak melakukan apa-apa. Hanya sedang membujuknya untuk mendukung penobatan Buckmoth."

"Harus berapa kali aku mengatakannya? Aku tidak akan pernah memimpin. Aku tidak punya urusan apapun lagi dengan Buckmoth." Chanyeol menekan kata di akhir kalimat seolah menunjukan betapa muaknya pembahasan mereka.

"Kau tidak bisa terus-menerus menghindar. Kau adalah penerusku dan cepat atau lambat Buckmoth akan jatuh ke tanganmu."

Dia terlihat seperti kakek-kakek jahat di mata Baekhyun. Rambut putih dan wajah antagonis yang menakuti bulu kuduk. Baekhyun tidak paham bagaimana hubungan keluarga tersebut namun ia bisa menangkap ketegangan di antara kedua pria dominan di sana.

"Ikut aku." ucap Jaemyung seraya memerintah anak buahnya mendorong kursi roda yang ia duduki.

Chanyeol mengeraskan rahang. Jiwa pemberontak dalam dirinya mengaum marah. Ia benci bagaimana keadaan memaksanya untuk terikat mati dengan sumpah.

Sebelum ia sempat beranjak, matanya beralih pada Jinyoung yang masih setia berdiri di dekat Baekhyun.

"Menjauh darinya."

Jinyoung mengangkat bahu tak acuh, seolah sengaja menguji kesabaran kakaknya sendiri.

"Aku tidak mengulangi ucapan."

Jinyoung berdecak kalah sambil bergeser memberi jarak antara dirinya dan lelaki mungil yang menjadi pusat perhatian Chanyeol sekarang.

"Tetap di sini sampai aku kembali." titah Chanyeol pada Baekhyun lalu pergi menyusul Tuan Park.

"Lihat dia. Sudah lama sekali aku tidak melihat tatapan itu. Terakhir kali dia memperlakukanku seperti ini ketika aku sangat akrab dengan Ibu." Jinyoung mencemooh sembari melipat tangan di depan dada.

Tak mendapati tanda-tanda kehidupan membuat Jinyoung menoleh ke arah pemuda mungil nan manis di sebelahnya. Ia hampir tertawa menyaksikan tubuh gemetar lelaki tersebut. Suasana yang mengintimidasi pasti membuatnya kesulitan bernapas.

"Mau mencari udara segar?"

Tawaran Jinyoung diangguki pelan oleh Baekhyun, sementara Dohwan senantiasa mengikuti mereka dari belakang layaknya pengawal siaga. Dia tidak mungkin meninggalkan Baekhyun begitu saja berkeliaran di mansion utama yang asing.

A ROSE ON METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang