Gelap

123 16 2
                                    

Gulita termenung di pinggir ranjang empuk king-size nya. Berlarut dalam pikiran pikiran yang terus bermunculan di otaknya. Pusing, tentu saja.

Gulita menggigit bibir bawahnya, sejujurnya ia sedikit kesal. Entah apa yang ia pikirkan pagi-pagi buta seperti ini. Gulita berakhir mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja lalu membuka sebuah aplikasi pencaharian disana.

Yap benar sesuai dengan isi pencaharian nya, Gulita belakangan ini di buat bingung oleh seorang pemuda mungil yang terus muncul di mimpinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yap benar sesuai dengan isi pencaharian nya, Gulita belakangan ini di buat bingung oleh seorang pemuda mungil yang terus muncul di mimpinya. Gulita bahkan bisa mengingat jelas lekuk tubuh dan postur wajah dari pemuda itu. Tadi malam, Gulita mengetahui namanya. Namanya adalah Pelita.

“Pelita, siapa kamu? Kenapa kamu terus mendatangiku?” Gumam Gulita.

Tak ingin berlama-lama larut dalam pikiran nya, Gulita beranjak pergi ke kamar mandi, tak lupa mengambil handuk terlebih dahulu.

Setelah mandi, Gulita pun bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Usai bersiap-siap, Gulita turun ke lantai dasar rumahnya, di tempat meja makan berada.

“tuan muda, Nyonya Lin dan Tuan Gun menitipkan beberapa uang untuk anda.” sang ketua Pelayan menghampiri Gulita yang baru saja turun.

“Ketua pelayan Cha, apa Ibu dan Ayahku tak meninggalkan pesan padaku?” Tanya Gulita sedikit sendu.

Ketua Pelayan Cha mengangguk. “Beliau berpesan, anda boleh melakukan apa saja, yang penting tak mengotori nama baik mereka.”

Gulita menghela nafas, ekspektasi nya terlalu tinggi akan orangtuanya. “Baiklah. Aku tidak sarapan, nanti siang saja. Sediakan ayam panggang.” pungkas nya.

Gulita pergi ke luar, tak lupa untuk mengambil helm dan bandana slayer nya.

***

“Gulita! Kau terlihat suram pagi ini, kenapa?” itu ucap teman Gulita yang bernama Tenggara.

“Kau sudah tau alasannya” balas Gulita malas.

Tenggara merotasikan bola matanya, “Ya ya ya. Bagaimana? Kau memimpikannya lagi?”

Gulita mengangguk. “hm. Kali ini dia memberitahuku namanya”

Mata Tenggara berbinar penasaran, “Siapa??”

“Mau tahu?”

“Gulita!!” rengek Tenggara sembari memukul - mukul pundak Gulita.

Gulita tertawa renyah. “Ya ya, namanya Pelita. Dia hanya muncul sekilas di mimpiku untuk memberitahukan namanya.”

Tenggara nampak memikirkan sesuatu, terlihat dari dahi nya yang mengerut.

Gulita menjitak kecil dahi Tenggara yang mengerut. “Berat sekali pikiran mu. Omong - omong, Orion masih belum datang?”

Tenggara mengangguk dengan wajah yang ditekuk. “Semalam dia begadang untuk mengerjakan tugas”

“Kenapa tidak mengajakku!?” Protes Gulita.

lilin redupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang