01.Bukan Anak Gue.01

11 3 0
                                    

HAPPY READING :)

Semburat oranye yang membentang di ufuk timur menyorot wajah kemerahan Mio dengan kunciran khas disertai cahaya pagi yang mendadang kulit. Sekarang masih sekitar pukul sembilan tapi realitanya lain.

Menghitung mundur hari pertama masuk sekolah tinggal sembilan hari lagi. Banyak perlengkapan yang dibutuhkan tentunya.

Ditambah lagi persiapan untuk memasuki masa putih abu-abu kali ini harus mandiri karena bunga sedang rindu kampung halaman katanya.

Peluh membanjiri sekujur tengkuk dan area yang biasa dihadiri peluh. Tak disangka pasar tradisional memang cukup luas. Mencorat-coret daftar list belanjaan yang terbeli dengan sesekali mengecek barang untuk memastikan tak ada yang terlewat.

Kaget disertai was-was mendeteksi ada makhluk astral yang menarik-narik ujung kausnya kasar.

Sepersekian detik kemudian manik hitamnya berserobok. Tergelak Mio memasang wajah sangar mendapati bocah yang tampak sekitar lima tahun sedang mengupil di sebelahnya.

"Siapa lo?" Tanya Mio ketus.

Terkejut bukan main karena dihadiahi senggakan secara live. Matanya dengan sempurna melebar lama saat tertutup kembali ada cairan bening di kedua pipi, jangan lupakan teriakan keras segalaksi andromeda.

Tangisan menggelegar mengisi keramaian pagi itu. Jangan lupakan tatapan berbagai pasang mata.

"Diem gak lo!" geram Mio setengah mampus.

Bukannya diam jeritan si anak malah kian menjadi, bingung bercampur takut namun Mio berusaha santai. Apa yang dirinya harus lakukan? Tenang... di situasi seperti ini hal yang pertama sekali harus dihindari adalah panik lalu selanjutnya berfikir dan mending lari aja.

Memastikan segala belanjaan sudah tertenteng dengan rapi ditangannya, ancang-ancang untuk menerobos keramaian juga siap, let's go melesat.

Sret

Pasrah, Mio hanya terdiam. Baju milik Bunga robek pada lengan kiri karena tarikan brutal. Bukannya merasa bersalah pelaku malah berulah.

"Bundaaa, ikuttt. Gak mau ditinggal sendiri!" gerutu si anak dibuat sangat keras. Bunda katanya? kenapa sangat sok kenal-sok dekat sekali, "Ayra mau ikut, ya, jangan ditinggal. Nanti nangis lagi nih," mohonnya terdengar hampir berbisik.

Pandangan hampir seluruh penghuni pasar tertuju padanya. Selanjutnya terdengar berbagai bisikan tak sedap didengar.

"Hey... maaf, ya, Ayra kita gak kenal. Kamu kesininya sama siapa? Mending tung-"

Tampak ujung bibirnya bergetar kembali bau-bau part dua.

"Argh, terus sekarang mau lo apa hah!"

Inilah alasan Mio tak menyukai anak kecil selain merepotkan, anak yang satu ini banyak tingkah.

Kesal setengah mampus, tadi katanya Bunda bukan? Akan Mio tunjukkan apa itu Bunda yang sesungguhnya.

Menyodorkan sapu ijuk, bungkusan daswol, beberapa sayuran dan telur setengah papan serta terakhir menempatkan caping dikepala mungilnya sedangkan dirinya hanya memegang satu tas penuh bahan dapur yang menurut Ayra itu tak seberapa dibanding bawaannya.

What's Up MXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang