13.Surat Cinta.13

2 0 0
                                    

HAPPY READING :)

"Ada yang lupa habitat lama"

"Horas, lek. Gimana kabar?"

"Domba yang hilang, datang sendiri"

"Kupikir pun tadi kayak kenal, tapi sok gak kenal si kawan ini"

Menampilkan sederetan gigi putihnya, Bonar menanggapi sambutan mereka satu persatu diiringi bertos ria dengan beberapa teman lamanya.

"Gak minum kau, Bang? pesanlah pesan, udah ada yang bayar satu meja ini, Bang," seru yang lain.

Tanpa segan sama sekali Bonar mengambil tempat duduk kosong pada meja sebelah dan langsung duduk tepat di sebelah Denis.

"Udah berkelana kemana aja kau," sapa Denis menepuk lengan Bonar keras.

Tampaknya Bonar bakal berhasil, begitulah identifikasi singkat yang dapat ditangkap Xion.

Menatap gelas kedua yang tinggal setengah, Xion malah teringat dengan Mio saat berlarian dari kejaran Udin kemaren.

Kepalanya tertunduk lesu. Gak waras, batinnya.

"Kalender sialan sebenarnya siapa yang bikin? Kenapa dengan tololnya norehin hari minggu," ujar seorang tak jauh dari meja Xion mulai meracau.

"Kenapa sejarah bangsa portugis harus punya Santo Domingus segala yang dijeplak jadi kata minggu," tambahnya lagi frustasi. Xion tebak habis putus cinta dan bingung besok akan ngedate dengan siapa.

Temannya yang lain hanya menanggapi sekilas dan kemudian sibuk dengan aktivitas mereka kembali.

Xion terkekeh melihat pria itu yang kini telah menyumpal mulutnya dengan rokok. Namun tampak mencari sesuatu.

Dengan peka Xion meletakkan korek api di meja tepat di hadapannya. Tanpa babibubebo duduk santai pada kursi di sebelahnya.

"Makasih, Bro," lontarnya meletakkannya kembali ke hadapan Xion diikuti kepulan asap yang membumbung tinggi menyatu dengan angin malam.

Xion hanya mengangguk singkat sebagai respon dan sok menyibukkan diri dengan ponselnya.

"Gak nyangka aja mereka berani tanam di dekat panti asuhan"

"Kalo tumbuhnya baik, bisnis baru ini"

"Gak bakal ada yang ngira juga tempat senyaman itu sumbernya ganja,"

Xion pura-pura tak dengar dan tetap memasang ekspresi netral mendapat info dari orang-orang yang sudah teler ini. Diam sedikit lama di sini tampaknya akan lebih seru.

-'-'-'-'-

Mulai dari pindahan sampai kini Mio tidak pernah sekalipun menyentuh barang-barang milik mamanya. Semuanya masih dalam bungkusan kardus yang ditumpuk di ujung ruangan.

Entah kenapa kini hatinya tergerak untuk sekedar melihat-lihat, yang mungkin akan mengurangi rasa rindunya.

Kardus paling atas tampaknya baju-baju dan sepatu yang berhasil di bawa. Sebagian mungkin tertinggal, terbakar, atau mungkin sudah hilang.

Menurunkannya, kemudian lanjut pada kardus kedua. Berisi medali,  sertifikat juara, dan piagam mamanya. Ada juga buku deary yang disusun sesuai tahunnya. Mio pernah membaca beberapa...dulu, tetapi langsung malas dan jenuh karena terlalu banyak dan membosankan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

What's Up MXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang