Ruby deg-degan. Ia menyentuh dadanya, tertunduk dengan raut haru. Perasaan macam apa ini? Semuanya campur aduk dalam dirinya. Bahagia, haru, sedih, senang, dan harap-harap cemas.
Pandangannya naik, menatap refleksi wajahnya di cermin. Cantik. Polesan make up itu mampu membuat siapa saja bisa pangling melihat wajah Ruby. Ditambah gaun putih yang membalut tubuhnya, menjadikan Ruby terlihat seperti seorang tuan putri dari dunia dongeng.
Hari ini akhirnya tiba juga.
Hari yang dinanti-nantikan. Dimana Reja dan Ruby akan saling terikat dalam hubungan yang sakral.
Ruby bahagia sekali.
Gadis payah dan tak berguna sepertinya bisa mendapatkan laki-laki sebaik dan seperhatian Reja. Itu benar-benar anugerah yang luar biasa baginya.
Dia kira, sudah tak ada lagi orang yang menginginkannya di dunia.
Dia kira, semua orang tak menyukai keberadaannya.
Tetapi, Reja membuktikan bahwa nyatanya ia sangatlah berharga. Dan Ruby begitu bahagia akan hal itu, sampai ia tak tahu cara mengungkapkan kebahagiaannya ke dalam kata-kata.
"RUBY!!" Tiara berseru di ambang pintu, menatap haru ke arah sang sahabat.
Ruby memandangnya lewat pantulan cermin, lalu memberikan senyuman lembut.
"GUE BERBAHAGIA BUAT LO." Tiara memeluk erat tubuh Ruby dari belakang. Kemudian menangis terharu di sana.
Ruby terkekeh geli, "Kenapa jadi kamu yang nangis? Kebalik, dong. Harusnya aku yang nangis, karena sebentar lagi bakal ngelepas masa remaja."
"Bodo amat! Intinya gue mau nangis, soalnya gue terharu banget karena bayi besar gue udah mau jadi istri orang," balas Tiara seraya mengendurkan pelukannya.
Gadis itu memandang wajah Ruby, lalu memuji kecantikannya.
Tugas Tiara di acara ini adalah menjadi bridemaid. Akan siap siaga tiap detik untuk mendampingi Ruby.
Sementara itu, di tempat berbeda, Reja sedang memperbaiki kerah jas putihnya, mematut penampilannya di depan cermin. Di sana juga ada Alvin, Morgan dan Jean yang menemaninya.
"Gue ga nyangka ternyata lo yang nikah duluan, Ja," celetuk Alvin dengan senyum di bibirnya.
"Hm, buru-buru amat," cibir Morgan dengan intonasi datar.
Reja menukik tajam alisnya pada cowok itu. "Lo jangan ngomong gitu! Emangnya lo mau punya temen perjaka tua?!"
Morgan menggulir bola matanya ke sisi lain. Ekspresinya membuat Reja jadi sebal.
Alvin ketawa, menengahi. "Udah, udah, kan hari ini hari bahagia. Bisa ga jangan ngerusak?"
Reja mengalah, dia kembali memantapkan hati dan berlatih ijab qobul di depan cermin berulang kali. Supaya nanti ketika dilakukan terasa lancar dan tidak gugup.
Di antara mereka, hanya Jean lah yang tak sedikitpun mengeluarkan suara. Laki-laki itu hanya menunjukkan raut dingin, seraya memalingkan wajah ke arah lain.
Dia benci.
Dia tidak senang dengan pernikahan ini.
Tapi Jean tidak bisa melakukan apapun. Pernikahan Reja terlalu mendadak, sampai-sampai dia tidak bisa membuat siasat untuk menggagalkannya.
Sial!
Jean benci ini. Dia tidak rela Reja menikah dengan gadis lain. Apalagi gadis bodoh semacam Ruby, yang hanya memanfaatkan kebaikan dan ketulusan Reja untuk kepuasannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI MENJADI BADBOY
Random"Ga ada cowok yang sempurna di dunia ini. Makanya gue menciptakan Reja Syaputra dalam wujud manusia fiksi." - Azura Hayakawa - *** Reja Syaputra memiliki kepribadian yang baik hati, ramah, dan humble. Karena itulah, dia bisa dengan mudah mendapat pe...