chapter 5

120 85 283
                                    

"Apapun dan gimana pun nanti hasil dari pilahanku, semoga aja itu yang terbaik buatku,"
~Natara Angelica~

***
 

 
  Tak terasa sudah  1 bulan Natara berada di rumah Kakek dan Neneknya, dia sangat bahagia dan bahkan tak mendapatkan kekerasan apapun.

"Malam kakek, Malam nenek," sapa Nata dengan mencium pipi kedua pasutri itu.

"Malam," Kompak pasutri itu.

"Makan yang banyak oke," ucap Nek isma membrikan Nata sarapan.

"Makasih Netara, seharusnya aku tau yang melayani kalian," ucap Nata sedih.

"Udah ihh nggak usah cemberut gitu, entar tambah kecil loh," ledek kek Wisnu.

"Ihh si menolak tua, mana ada kayak gitu, hahaha,"

"Ohh ya, nanti Tara izin keluar ya, Jalan-jalan aja si cari angin, boleh nggak?"

"Boleh dong cucu kecil, tapi ingat jangan jauh-jauh oke,"

"Oke siap Katara hahaha,"

"Udah makan dulu kalian, entar keselek loh," Sahut Nek Isma.

"SIAP IBU NEGARA," kompak kakek dan Nata lalu tertawa.

***

   Seorang gadis sedang menikmati angin malam yang menerpa kulitnya,matanya tertuju pada kendaraan yang berlalu lalang, bahkan dia tak sadar bahwa salah satu kakinya sudah terbelengkalai di jembatan.

"Eh-h jangan bunuh diri," ucap seseorang, mampu membuat Gadis itu menoleh.

Dia menggaruk dahinya yang tidak gatal,lalu mengedarkan pandangannya,tapi tak ada seorang pun selain mereka disana.

"Ak-u?" tanya nya sembari menunjukkan diri sendiri.

"Iyalah siapa lagi coba, nggak boleh bunuh diri,"

"Maaf, tapi aku tidak bunuh diri, niat pun tidak ada,"

"Lalu itu?kenapa kaki mu seakan-akan mau bunuh diri?"

"Hehe nggak sadar," Gadis itu sedikit terkekeh karna dikira mau bunuh diri.

"Syukur lah, kiraiin tadi,"

"Ngapain disini?" sambung remaja pria itu.

"Nggak ngapa-ngapain, cuma cari angin,"

"Boleh gabung?"

"Hah? Mau bunuh diri? " tanya gadis itu polos.

Ucapannya tanpa sadar membuat seorang remaja itu tertawa.

"Hahaha jadi kamu benar-benar ingin bunuh diri? Kenapa pertanyaanmu polos sekali,"

"Hah?ada yang salah kah?"

"Hahaha tidak-tidak, jadi boleh bergabung?"

"Iya,"

Setelah mendapatkan izin remaja lelaki itu ikut bergabung dan duduk didekat gadis itu.

Remaja itu menoleh lagi. "Arkasa." Arka menjulur kan tangan Didepan Gadis itu.

Gadis itu melihat uluran tangan itu sejenak lalu melihat Arka dengan tatapan Polosnya.

"Em, Natara," walaupun sempat bingung namun setelah nya Nata mengerti.

"Nama yang cantik," puji Arka, yang hanya dibalas dengan senyuman tipis oleh Nata.

Cahaya RedupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang