chapter 6

124 80 206
                                    

    Pada akhirnya Nata Harus kembali ke Rumah yang dulu penuh kebahagiaan, tempat dia mendapatkan kasih sayang yang lengkap, tapi kini semua itu hanyalah sebuah kenangan karna sekarang itu semua sudah musnah dan tergantikan oleh penyiksaan dan air mata.


"Makan yang banyak ya sayang," ucap Ibu Dini selaku ibu Tiri Nata.

"Makasih bu," jawab Nata dengan senyuman yang dipaksakan.

"Sama-sama sayang, kamu juga Dita makan yang banyak sayang, biar kalian berdua itu semangat belajar nya,"

Ayah Firman yang melihat intraksi istri dan anak nya terseyum, dia tidak tau saja bahwa yang dilihat sekarang bukanlah jati diri sang istri sesungguhnya.

"Aku udah selesai,Aku kekamar dulu ya," pamit Nata. Bangkit dari kursi dan langsung menuju ke kamar.

Tak lama kemudian, saat Nata ingin istirahat sejenak, terdengar suara ketukan yang keras, yang pada akhirnya mengharuskan dia untuk membukanya.

" heii dekil, lama sekali kau membuka pintu, ck,"

"Maaf bu, tadi Aku baru aja mau istirahat,"

"Enak aja istirahat, sana cuci piring dulu, inget ya Nata, jangan mentang-mentang ayahmu itu kembali memungutmu di tempat nenekmu itu Aku jadi baik kepadamu,"

"Tapi aku baru sampai bu, walaupun sudah makan tapi aku juga mau istirahat,"

"Bagus kamu ya, sebulan tidak dirumah sudah berani membantah kamu?Mau Ibu kurung kamu hah?Mau kamu?" bentak Ibu Dini.

Nata terkaget-kaget mendengar Suaranya yang sangat melengking itu, sungguh tidak lah bagus untuk telinga.

"Kasih aku waktu buat istirahat ya bu, aku benar-benar capek,"

"Nggak ada istirahat-istirahan, sekarang cepat beresin meja makan dan langsung cuci piring,"

"Tapi b-,"

"Apa? udah cukup ya kamu menghilang sebulan,"

"Tapi kan, ibu yang me-,"

"Protes kamu? Ngelawan aja terus ,untung Ayahmu lagi ada hari ini, cepat beresin dan cuci piring nya," tinta Ibu Dini berlalu keluar kamar.

Sedangkan Nata cuman hanya bisa diam tanpa melawan, rasanya Tak tahan jika harus begini terus.

Mau tak mau pada akhirnya Nata harus mengerjakan semuanya, rasa lelah ditubuh, dan rasa kantuk pun menyerang, namun dia harus menyelesaikan itu dulu, tak ada sedikit keberanian untuk nya melawan.

***

"Ini kopinya Yah,"

"Makasih Bu," Pria itu meletakan koran yang dia pegang dan segera meminum kopi buatan istri nya.

"Kenapa si Nata harus dijemput mas?" tanya seorang wanita yang tak lain adalah Bu Dini.

"Kamu kan tau Nata harus sekolah, bagaimanapun Nata anakku jadi Aku ingin yang terbaik untuknya," timbal Ayah Firman.

"Tapi gimana kalau Nata kembali mencelakai Dita?"

"Kamu yakin Nata yang mencelakai Dita?," tanya Ayah firman yang Ragu.

"Yakin yah, bahkan Dita sendiri yang bilang, nggak mungkin kan Dita bohong apalagi sampe mencelakai dirinya sendiri,"

"Tapi masalah nya Nata anak baik-baik yang nggak mungkin dia mencelakai saudari nya sendiri,".

" jadi kamu nggak percaya? Jadi maksud kamu Dita berbohong begitu?,"

"Ck, ayolah Dini kalau kau kesini hanya untuk mengajakku berdebat, maka sebaiknya pergi saja,"

"Buk-an Gitu mas," Bu Dini seketika gelagapan sendiri saat rencana untuk menghasut firman gagal.

"Aku cuman nggak mau Dita celaka lagi,"

"Sudahlah mereka bakal baik-baik saja,aku capek nanti saja jika ingin membahas tentang itu," ucap Ayah firman seraya beranjak dari tempat duduk.

"Oh ya, Aku bakal pergi lagi,jaga Anak-anak ya?, "sambung firman menoleh.

"Iya mas,"

'Dasar bodoh, kau kira aku akan baik ke anak mu itu? Bodoh sekali kau firman," batin Bu Dini.

Dengan rasa kesal akhirnya Dini kembali kedalam rumah.

***

"Akhirnya dateng juga lo Nat,"

"Hehe, kamu kangen ya sama aku?,"

"Dihh PD sekali Anda nona, eh tapi emang iya sih hehe," ucap Gadis berambut keriting yang bernama Raisa.

"Habisnya lo nggak ada kabar, di chat nggak di bales, ditelpon nggak diangkat," sambung Raisa.

"Ya maaf, soalnya aku ke tempat nenek kakek,"

"Oh yaudah yang penting lo dateng, udah ah mending ke kelas kuy, keburu bel bunyi,"

***

Saatnya jam makan siang,waktu untuk beristirahat dan makan, begitu juga dengan para siswa/i SMA BUNARA SCHOLL tengah berhamburan menuju kantin, perpustakaan, dan melaksanakan aktivitas lainnya.

Disinilah Nata berada bersama dengan Raisa Dan Cika ditempat yang ramai akan siswa/i untuk mengisi perut, mereka menikmati makanan nya.

"Upss sorry, sengaja hahahaha"ucap seorang perempuan yang berpakaian cukup memperlihatkan lekuk tubuhnya, Dengan sengaja nya dia menumpahkan minuman ke baju Nata.

" Heh kuntil badak!! Lo bener-bener nggak punya kerjaan ya? Ganggu orang aja lo,"seru Cika, Gadis cantik berkulit sawo mateng itu.

"Apasih lo, berani lo sama gw?"

"Ya berani lah, sejak kapan seorang Cika takut dengan seorang Kuntil badak,"

"Jaga ya mulut lo!" ucap Dita emosi.
Ya Dita, Dita Sintya Saudari Natara angelica, lebih Tepatnya Saudara Tiri.

"Apa ngajak debat lo? Sini maju lo,"

Sebelum terjadi perlawanan Ribet anatara Dua perempuan itu, Nata dan Raisa Segera melerai nya.

"Cik, udah Cik, nggak usah diladenin biarin aja," ucap Nata menenangkan.

"Tapi gw nggak Terima sifat nya yang semena-mena sama lo,"

"Udah aku nggak apa-apa kok,"

Dita yang melihat itu semakin Panas, entahlah Bagaimana bisa Ia Mendapatkan temen-teman yang hanya berdiri dan melihat saat dia berantem, tanpa membantunya.

"Sama-sama gembel emang pantes berteman," ujar Dita.

Cika kembali menoleh,"Lo!!"

"Udah Cik, Biarin aja itu si kuntil," sahut Raisa.

"Pengen gw bunuh ini kuntil Sa,"

"Udah ah, ngapain kita buang-buang tenaga buat Yang tidak berguna,"

"Iya juga ya, kuntil badak kok di kalangan masyarakat," ucap Cika, Lalu Disambut tawa oleh Raisa.
Sedangkan Nata hanya menggelengkan kepala melihat kedua temannya itu.

Mereka bertiga pergi ke toilet untuk membantu Nata membersihkan tumpahan Minuman di Baju Nata, meninggalkan Dita yang menahan emosi, ditambah temen-temannya yang hanya menyaksikan Drama itu.

"Arghh, kenapa si Udik itu selalu beruntung? " kesel Dita dengan Ke irian yang mendalam kepada Nata.

"Sepertinya gw harus kasih pelajaran buat Si udik," batin Dita Menyeringai.

Cahaya RedupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang