bab 11 : mesin kopi

7 4 2
                                    




hari ini pameran digelar. ternyata, unit kegiatan mahasiswa yang melaksanakan pameran di museum kami adalah milik neo union. kurasa aku tidak ada kenalan disana, pun tahu siapa saja anggota-anggotanya saja tidak. memang jiwa kuliah-pulang ku sudah mendarah daging di diriku, jadinya aku tidak begitu tahu. tapi, sekilas memang kudengar bahwa unit ini adalah salah satu dari yang terbaik di kampus kami. unggulan, katanya. sudah beberapa kali menggelar pameran dengan koleksi yang bisa dibilang luar biasa untuk anak kuliahan. pun katanya juga beberapa menjual foto koleksinya ke pihak-pihak yang tertarik dengan jumlah lumayan. keren juga, bisa mendapatkan pendapatan pasif dengan hobi yang diseriusi.

mungkin karena reputasi yang lumayan besar itulah, halaman depan museum kami kini dipenuhi oleh beberapa orang bergerombol. padahal museum belum buka, loh. keren juga.

aku melihat mas janu keluar dari mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

aku melihat mas janu keluar dari mobilnya. kali ini agak berbeda, sama hitamnya namun mobil yang dipakai agak tinggi, bukan lagi sedan. menggunakan jas hitam seperti biasa, sangat memesona. mas janu selalu punya cahaya, yang tidak begitu membutakan namun tetap membuat kepala menoleh karenanya. kurasa aku belum pernah menyebutkan bahwa proporsi mas janu atas segala hal di fisiknya nyaris seratus. yang kurang mungkin sikap menyebalkannya itu, dan tawanya yang seperti bapak-bapak kompleks.

"rubi, bisa minta tolong ke ruang minuman? ambilkan air putih dingin buat panitia yang jaga didepan," mas janu berujar padaku, memberikan kartu e-money nya untuk kesekian kali. kali ini berwarna biru gelap. sudah berapa, ya, kartu miliknya. rasa-rasanya jika aku mengambilnya satu mas janu tidak akan menyadarinya (bercanda ya, aku bukan kriminal). aku mengangguk, bergegas menuju ruang minuman yang ada di lantai dua museum kami.

mas janu, itu, orang yang membingungkan. dia ini berada di tangah antara baik dan jahat. atasan yang baik yang selalu mengayomi anak buahnya, tidak juga. mas janu terkadang memberikan perintah aneh diluar nalar seperti memotong tanaman didepan dengan bentuk tertentu kepada tukang kebun, juga memberikan tenggat waktu mepet dengan kalimat yang sepertinya tidak bisa dibantah. atasan jahat yang memperlakukan anak buahnya seperti bawahan yang bisa diinjak, tidak juga. beliau seringkali (bahkan terlalu sering) mentraktir anak buahnya minuman di ruangan. terkadang membelikan pizza juga secara tiba-tiba.

mas janu mungkin tidak banyak mengungkapkan dengan kata-kata, karena orangnya memang hemat bicara. tapi tindak-tanduknya seringkali kulihat dan kuperhatikan. karena aku orangnya pengamat, mungkin, ya. pernah suatu kali kulihat dia memberi makan kucing didepan museum dengan tangannya sendiri. dengan makanan kucing yang tidak tahu didapatnya darimana. jangan-jangan mas janu menyimpannya dari awal, tidak tahu.

aku sampai di ruangan minuman. beberapa pegawai berbincang asik dan menutupi mesin minuman yang ada. asik sekali sepertinya, menunjuk-nunjuk menu dihadapannya. "permisi, mba, mas." ucapku bersopan-santun.

"oh, halo rubi!" mba weny dan mba jovanna berbalik dengan antusias. "kenapa, mba?" tanyaku penasaran, lantas pandanganku jatuh pada sebuah mesin minuman baru yang diletakkan di sebelah mesin kopi lama. "ada mesin baru!!" mba weny sangat antusias. "sekarang ada esnya, rubi! kalau dulu kita mau beli yang ada esbatunya, harus ke kantin seberang dulu!" mba weny masih berantusias ria, memencet tombol di mesin baru tersebut.

dokumen tanpa judulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang