hari ini hari terakhir magang. dua hari terakhir, sih. sebenarnya. tadi pagi mba weny sudah memberikanku satu tas kertas berisikan hadiah kecil (berupa jajan dan buku yang dihias sedemikian rupa). sisanya, tidak begitu ada hal yang berbeda. oh, kecuali mas janu yang berkali-kali menoleh kearahku. merasa kehilangan karyawan yang bisa dipersuruhnya, mungkin. bercanda, mas.
siang ini istirahat. mba-mas-dan pegawai lain keluar ke kantin seberang museum. hari ini aku tidak merasa enak untuk makan. aku hanya akan memesan coklat dingin seperti biasa dan mengunyah roti cokelat yang ada di selipan tas ku hari ini. entahlah, mungkin sarapan nasi uduk besar tadi pagi masih memenuhi perutku sehingga enggan rasanya kujejali hal lain.
aku berjalan ke arah ruangan minuman seperti biasa. kulihat punggung tinggi seseorang yang, pastinya mas janu. siapa lagi yang punya perawakan tinggi menjulang di museum? oh, mungkin mas dion, ya. tapi mas janu punya bentukan dan cara berdiri yang berbeda jauh dengan mas dion. bukan body shaming, ya. aku kebetulan hanya observer yang sangat pandai.
"hai, rubi." ujar mas janu. tuh, kan, benar. mas janu punya aura tersendiri yang bercampur dengan caranya berjalan, bahkan berdiri. entahlah, aku rasa mas janu punya karismanya sendiri.
"halo, mas." aku mengetuk pesananku di mesin, lantas merogoh kantungku untuk mengeluarkan kartu e-money yang kusimpan disana.
bip.
aku mendongak. pembayaran berhasil. aku menoleh ke mas janu yang ternyata mengggesekkan kartunya untukku. "buat kamu." katanya. "makasih, mas!" lumayan, menghemat satu harga menu makanan di dompetku hari ini.
aku menunggu minumanku jadi dengan mengetukkan kaki ke lantai.
"rubi, saya mau nanya." aku menoleh ke arah mas janu.
"kenapa, mas?" tanyaku. mas janu menoleh ke kanan-kiri, lantas pandangannya berakhir padaku.
"what do you think about big age-gap relationship?" tanyanya. tiba-tiba?
"maksudnya?" tanyaku. aneh juga pertanyaannya. "age-gap relationship. bukan minor dengan orang dewasa, ya. what do you think about that?" tanyanya sekali lagi.
"hmm.." aku berpikir-pikir dulu.
"it's okay, saya rasa." mas janu menaikkan alisnya. "sama-sama dewasa, kan, mas. jadi meskipun banyak hal yang gak sejalan karna perbedaan umur dan generasi, kalau mau, ya bisa dibicarakan. mungkin justru banyak juga hal atau insight yang bisa dibicarakan sama orang beda generasi. ide-ide yang sebelumnya gak kepikiran, bisa jadi ada. yang lebih tua bisa belajar hal-hal terkini dari yang muda, dan yang muda mungkin bisa belajar kehidupan sama yang lebih tua. intinya, it will work if they willing to try, sih, mas."
"really?" mas janu tersenyum kecil mendengar kalimatku.
"kalau mas sendiri?" tanyaku balik.
"kalau saya, everything will be possible if the significant others have a willing to try." aku manggut-manggut.
mas janu meletakkan minumanya di meja ruangan minuman dan menghadapku sepenuhnya.
"rubi, saya punya perasaan sama kamu. lebih dari atasan ke pegawainya."
jemariku yang menggenggam segelas cokelat dingin seketika turut dingin layaknya es yang mengkristal di dalam.
"i don't have many experiences in loves like youngsters nowadays. i also lacking here and there in many ways. i may not a perfect person, but i will do my best treating you as my other half." mas janu menghela napas sejenak. "i may not be as cool as young man in your generations. but im willing to do everything. i will take you anywhere, showing you eveythings, bring you to everyones important in my life."
KAMU SEDANG MEMBACA
dokumen tanpa judul
Fiksi Penggemarsatu bulan magang yang menyebalkan dengan atasan bernama mas janu. menyuruhku ini-itu, memanggilku lupa waktu, dan meninggalkan tugas setinggi gedung baru di universitasku. tapi tenang, ada raka sang penyelamat. pokoknya kalau toserba berubah wujud...