PART 14

16K 959 31
                                    


Kenniro sedari tadi memberontak saat lehernya akan di periksa oleh dokter Galen, dirinya ingin melihat keadaan dua temannya.

Ceklek

Irene datang bersama dengan Demario, dengan segera Kenniro berjalan menuju Papanya

"Raka sama Kemal mana? Mereka baik-baik aja kan?"

"Kenapa belum diobati?" Tanya Demario yang melihat darah masih berada di sekitar leher putranya

"Jawab Ken dulu"

"Galen" Demario menatap dokter muda itu, Solah paham Galen membawa Kenniro duduk di kasur dan akan mengobatinya, tetapi Kenniro lagi-lagi memberontak

"Raka sama Kemal mana, Pa!!" Sungguh Kenniro sangat mengkhawatirkan kedua temannya itu, kenapa Papa nya harus bertele-tele seperti ini?

"Sayang-" Irene yang akan mendekati Kenniro mengurungkan niatnya saat melihat penolakan darinya

"Segera obati Kenniro" Demario pergi dari sana, Kenniro mengejar tetapi hanya sampai pintu karena di hadang oleh Roy

"Papa!!"

Demario seolah tuli dan terus berjalan menjauh dari kamar Kenniro

"Ken..Mama minta maaf" Irene bersuara dengan nada sedih, tetapi dihiraukan oleh Kenniro

"Jangan diamkan Mama seperti ini dong sayang" Irene melihat Kenniro yang diam dengan dokter Galen yang mengobati lehernya

"Kita mengenal Raka dan Kemal bukan sehari dua hari, tapi kenapa Mama tega lakuin itu? Apa Mama lupa apa yang sudah mereka lakuin ke Ken?" Kenniro dan Irene jelas masih ingat kejadian saat Kenniro menempuh pendidikan SMP nya. Saat itu ia menjadi korban bullying dan tak ada yang menolongnya kecuali Raka dan Kemal

"Ken kecewa sama Mama. Sejak tinggal sama Papa, Mama berubah. Ken seperti tidak mengenali Mama Ken sendiri"

Dokter Galen sudah selesai mengobati leher Kenniro meninggalkan perban putih yang melilit apik di leher pemuda itu. Lalu dokter Galen pergi menghadap Demario untuk melaporkan kondisi Kenniro

Melihat Dokter Galen pergi, Kenniro segera mendekat ke arah Irene. Memegang sepasang tangan lentik itu kedalam genggaman tangan yang sama besarnya

"Kita pergi dari sini ya Ma? Kita akan tinggal di rumah yang dulu, tanpa Papa. Ken benar-benar nggak suka tinggal disini"

"Mama nggak bisa, nak"

Sekali lagi, tatapan kecewa itu ia berikan kepada Irene.

"Sayang-"

"Pergi" Kenniro segera memotong perkataan Irene

"Kenniro, Mama-"

"Pergi Ma!! Ken mau sendiri" Kenniro sendiri cukup terkejut karena meninggikan suaranya pada Irene. Ingin meminta dan tapi egonya terlalu tinggi

"Baiklah, Mama pergi. Tapi jangan diamin Mama ya?" Kenniro tak menjawab dan itu cukup membuat Irene mengerti jika anaknya masih marah

Tak lama Irene pergi. Agra datang, mendekat pada Kenniro. Agra sedari tadi menguping pembicaraan sepasang ibu dan anak itu

"Tidak seharusnya kamu membentak Mama mu seperti itu, boy" Agra membalikkan tubuh Kenniro yang semula membelakanginya

"Dan lagi, kamu mengajak Mama mu pergi dari sini. Tentu Papa mu akan marah besar"

"Ken nggak peduli, Ken cuma mau hidup seperti dulu tanpa adanya kalian" Kenniro mengatakannya dengan mantap tanpa ada kebohongannya sedikitpun dihatinya

ALESSANDRO||END||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang