Tenggelam— Fariza telah sukses tenggelam dalam nikmat serta hangatnya ranjang milik sang teman, biarkan diri terbawa ke dalam alam bawah sadar berkat rasa nyaman yang dibantu dengan rasa lelahnya seharian ini.
Sedangkan, disamping, Dhafian masih sibuk menatap langit-langit kamarnya yang putih, belum merasakan kantuk.
Terkadang berusaha pejamkan mata nya, berusaha untuk terlelap. Kebiasaannya, tidur pukul 12 lewat, terkadang sampai pukul 2 masih betah membuka mata tanpa lakukan hal berarti kecuali berpikir, mengkhayal, atau mengingat hal memalukan yang dulu terjadi.
Kini, Dhafian jatuh pada khayalan, biasanya berkhayal dapat membantunya tidur.
Kini si remaja kelahiran Desember itu sibuk berkhayal mengenai masa depannya, berpikir mungkin menjadi seorang penulis lagu ataupun penyanyi terkenal dengan sebuah band, manggung kesana kemari dengan banyak penggemar menanti, lagu-lagu yang terjual laris dan banyak didengar oleh khayalak ramai.
"Andaikan." Kata Dhafian selipkan sebuah cengiran kecil disana, berpikir mungkin bisa terjadi ataupun tidak terjadi sama sekali.
Ayah hanya mengizinkannya bermusik sebagai hobi, bukan hal untuk ditekuninya untuk masa depan. Maka Dhafian tak keberatan, asal masa mudanya habis akan hal yang disukainya meski pada akhirnya berakhir menjadi orang dewasa biasa yang bekerja setiap harinya.
Kemudian Dhafian sadar, ingat bahwa miliki seorang kawan tengah tertidur di sampingnya, berharap tak dengar ataupun lihat bagaimana ia berbicara seorang diri.
Bersyukur, Riza tertidur lelap dengan napas yang teratur, Dhafian berpikir bahwa si kecil benar-benar nyenyak di alam bawah sadarnya. Dhafian kembali selipkan senyum kecil, merapikan selimut yang melingkupi tubuh sang teman.
"Damai sekali." Komentar Dhafian, lalu tubuhnya memilih berbalik membelakangi Riza, memilih berusaha tidur ketimbang pikirkan masa depannya yang sudah tertebak akhirnya.
"Malam jadi saksi, bagaimana khayalan ku melayang seperti seorang pemimpi ulung."
Ucapannya menjadi penutup dari malam yang dingin, jatuhkan dirinya secara paksa ke alam mimpi.
Di belakangnya, Riza memeluk dirinya sendiri, secara samar dengarkan kata demi kata yang diucapkan yang lebih muda. Batinnya berkata, kita miliki sedikit persamaan, jadikan malam sebagai pelarian. Lalu kembali pejamkan mata, kembali menyusul ke alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmara, Sungjake.
FanfictionAsmara yang menggelora dikala remaja, mengalahkan norma dan aturan yang ada. ©parkssims, 2022.