•••
Nala menunggu Skala mandi dengan berpura-pura memainkan ponselnya, layarnya mati dan entah apa yang dia mainkan.
"Mark pulang?" Tanya Skala seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk.
Tidak tahu alasannya, tapi Nala sangat menyukai penampilan Skala setelah mandi. Dengan rambut basah berantakan, kaos lengan pendek dan celana pendek, jika Skala pacarnya mungkin dia akan berlari dan segera memeluknya.
"Maaf buat kemarin ya," kata Nala, dia menyimpan ponselnya di meja.
Skala memiringkan kepalanya, "buat apa?"
"Gue kemaren lupa sama ultah lo," Nala tersenyum kearahnya, "selamat ulang tahun ya."
Kecewa, sudah pasti.
Harapannya mendapat ucapan pertama dari Nala sudah lebur. Dia tidak ingin apapun, hanya ucapan dari Nala sudah menjadi hadiah paling istimewa untuknya. Skala hanya tersenyum dan berterimakasih padanya sebagai responnya.
Skala menyimpan handuk basahnya dan berniat untuk keluar dari kamar, tapi Nala dengan cepat menghentikan niatnya. "Skala, mungkin hadiah gue gak lebih istimewa dari Malva tapi semoga lo suka," dia menunjuk sweater lilac dan sepatu yang sudah dia pindahkan ke sana.
"Sweater sama sepatu?"
Nala mengangguk, "gue bingung harus beli apa, waktunya mepet banget semalem."
Ekspresi wajahnya tidak bisa berbohong, senyum di wajahnya terlukis begitu saja. "Makasih banyak, Nal."
Dengan sumringah Skala berlari kearah Nala dan langsung memeluknya, wangi sabun ciri khasnya pun bisa langsung di cium langsung oleh indra penciumannya. Sadar apa yang dia lakukan, Skala segera menjauhkan dirinya dari Nala dan segera meminta maaf. Sebenarnya jika dia tahu, Nala sangat senang dengan itu.
Dengan jantung yang berdegup kencang Nala mengangguk. Semoga Skala tidak mendengar detak jantungnya.
"Ada tugas kelompok dan lusa udah presentasi, gue masukin nama lo tadi," kata Nala mengalihkan pembicaraannya.
"Gue kira lo gak inget lagi sama gue."
Nala tertawa, "gue mau kasih kejutan malem kemaren, eh keduluan Malva," bohongnya.
Skala hanya tersenyum mendengarnya, dia sudah tidak mau mendengarnya lagi. Skala cukup muak dengan drama hidupnya yang akhir-akhir ini sangat kacau, di tambah Malva.
•••
Pagi yang sangat buruk, pertengkaran terjadi begitu saja tanpa alasan kuat. Gio yang akhir akhir ini sensitif segera melayangkan pukulan pada wajah Nala. Dia sudah meredam emosinya sejak lama, Nala tahu jika Skala menyukainya, tapi dia bermesraan dengan seseorang gadis baru di hadapan Skala. Itu lah yang membuat Gio tidak menyukainya.
Guru BK yang selalu datang dari pagi-pagi sekali segera datang melerai keduanya. Mereka tak mengatakan apa alasan dari pertengkaran yang terjadi, itu akan memalukan. Nala berbohong dengan berkata Gio selama ini membencinya dan berusaha menyakitinya. Dia menunjukkan lebam di pipinya akibat tinjuan Gio pada guru BK tersebut. Keduanya segera di bawa ke ruang BK untuk diberi peringatan.
Para siswa di sana termasuk Skala bingung mengapa pertengkaran itu terjadi, sejauh ini mereka tahu jika Gio dan Nala sahabat karib, dan alasan yang mereka dengar sangat tidak masuk akal.
Keduanya di beri hukuman membersihkan lapangan basket sampai bersih dan hanya di beri waktu sampai istirahat jam kedua selesai.
Sambil membersihkan lapangan, Nala mencoba memulai percakapan dan meminta alasan Gio melakukan hal seperti itu padanya. "Lo suka Skala tembak dia! Bukan lampiasin emosi lo ke gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH | FK
Fiksi Penggemar"Gak semua rumah itu berbentuk bangunan. Skala bukan bangunan, tapi dia rumah gue." "Endingnya kaya gimana, lihat aja nanti hati gue bakal berlabuh sama siapa ujungnya." Selamat membaca ^^