Gosip

737 70 1
                                    

Artis berinisial W memutuskan bercerai setelah menikah lebih dari dua belas tahun, pendaftaran perceraiannya sudah masuk ke pengadilan agama. Alasan perceraian karena sudah tidak cocok bukan adanya pihak ketiga.

Model berinisial P yang tidak lain suami dari artis W kedapatan keluar bersama dengan wanita yang tidak lain adalah seorang youtuber ternama.

Almira menggelengkan kepalanya membaca berita gosip, banyak sekali beirta tentang perselingkuhan. Pernikahan yang lama tidak membuat sebuah hubungan menjadi lebih baik, egois diutamakan dibandingkan perasaan cinta yang pernah ada dulu.

“Kebanyakan baca dan nonton gosip makanya jadi begini,” ucap Resti sambil menggelengkan kepalanya.

“Aku parno aja buat nikah.” Almira memberikan pendapatnya yang membuat Resti hanya bisa menghembuskan napas kasar “Nggak semua orang pernikahannya baik-baik saja kaya kamu.”

“Nggak semuanya berakhir buruk kaya berita yang kamu baca, orang tuamu buktinya baik-baik saja sampai sekarang. Kakakmu juga sama baik-baik saja, tinggal gimana mencari pasangan yang sempurna.” Resti memberikan pendapatnya.

“W itu tampan dan berkharisma, kurang apa coba? Aku aja selalu mendambakan pria seperti dia, tapi ternyata? Selingkuh.”

Resti hanya bisa menggelengkan kepalanya “Kalau lihat jangan public figure karena itu image yang mereka bangun bukan kenyataan, kamu itu lihat papa, kakakmu atau suamiku.”

Almira terdiam, semua yang dikatakan Resti memang benar. Selama ini dirinya selalu melihat public figure, beberapa kali orang terdekatnya sudah memperingatinya agar tidak terlalu percaya sama berita negatif apalagi perceraian atau perselingkuhan.

“Mau sampai kapan kamu berpikir negatif tentang pernikahan? Orang tuamu memang tidak memaksa pernikahan, semua akan datang pada waktu yang pas dan mereka menyadari itu semua. Menikah memang tidak mudah dimana menyatukan dua keluarga, pernikahan bukan hanya tentang kita berdua tapi semua. Aku nggak memaksa kamu untuk segera menikah, tapi belajar membuka diri bukan percaya sama berita artis.”

Kedua orang tuanya memang tidak meminta dirinya segera menikah, tapi mamanya beberapa kali menyinggung tentang teman-temannya yang sudah menikah dan memiliki anak. Resti terutama yang membuat mamanya semangat untuk menyinggung dirinya segera menikah, bukan tidak laku hanya saja sampai sekarang tidak sedikitpun memikirkan tentang pernikahan. Bayangan pernikahan tidak pernah hadir sama sekali, belum lagi kebiasaannya membaca berita gosip perceraian atau perselingkuhan.

“Berhenti baca berita begituan, baca itu yang bermanfaat atau kamu nonton drama aja tentang percintaan jadi otakmu akan berubah menilai seseorang.” Resti memberikan saran yang membuat Almira memutar bola matanya malas.

“Daripada nonton drama dan nanti kaya kamu atau mama atau kakak iparku mending kerja, toko roti aku butuh perhatian lebih.”

Almira meletakkan ponselnya yang tadi dipakai untuk membaca berita tentang Artis kesayangannya, memilih kembali membaca laporan keuangan yang baru saja masuk. Resti yang melihat Almira kembali fokus memilih melakukan hal yang sama dengan beranjak dari tempatnya dan kembali ke posnya, ruang keuangan.

Mendirikan toko roti atau bakery sejak lulus kuliah, sejauh ini sudah berjalan dengan lancar dan Almira tinggal memantau saja tidak lebih. Bakery yang dibuat sudah ada dua dan sementara masih ada di kota yang sama yaitu Surabaya, Almira sudah ingin membuka di kota lain tapi masih memikirkannya terlebih dahulu.

Larut dalam pekerjaannya membuat Almira tidak sadar waktu, andaikan ponselnya tidak berbunyi bisa saja Almira akan menghabiskan waktu di ruangannya. Menatap ponsel dan menghembuskan napas panjang saat melihat nama yang ada di layar, nama seseorang yang tidak lain anak teman mamanya dan ingin melakukan pertemuan berikutnya.

Almira sudah mengatakan jika tidak ingin lagi bertemu dengan pria itu, tapi tampaknya pria ini tidak akan menyerah, menelan tombol merah agar tidak diganggu atau harapan orang tersebut paham. Hembusan napas lagi dikeluarkan saat melihat nama tersebut muncul kembali di layar, memilih melakukan hal yang sama dan tampaknya pria tersebut tidak peduli dengan apa yang Almira lakukan.

“Wah...nggak benar dia.” Almira berdecak keras melihat kegigihan pria itu “Apa yang harus aku lakukan? Bodo amat lah, lagian aku mau menyelesaikan pekerjaan.”

Almira memilih fokus, menjauhkan ponselnya dari jangkauannya dan tidak membutuhkan waktu lama sampai akhirnya selesai. Mengirim laporan pada tim finance, tidak lupa melakukan tanda tangan yang akan menjadi bukti tertulis. Hembusan napas lega saat semuanya selesai, beranjak dari tempat duduknya dengan membasuh wajahnya, memegang ponsel dan seketika tangannya gatal membuka akun gosip.

“Apa sih menariknya cowok hitam begitu?” Almira bergidik ngeri melihatnya “Keluarga cewek seksi itu juga sukanya kulit hitam, memang barangnya lebih besar dibandingkan pria pada umumnya?”

Almira kembali bergidik, membayangkan hubungan intim dengan kulit hitam. Almira tidak akan mau jika mendapatkan pria kulit hitam, mengingat pria kulit hitam membuat Almira teringat pria di masa lalunya. Pria yang membuat Almira seketika tidak menyukainya dan berharap tidak akan bertemu lagi, membayangkan pria itu seketika merasa perutnya mulas.

“Nggak pulang?” suara Resti membuyarkan lamunan Almira “Pulang bareng?”

“Kamu sama suami, pulang aja langsung.” Almira langsung menolak.

“Setidaknya kita keluar bersama, daripada kamu sendirian disini.” Resti tetap dengan pendiriannya.

Almira menggelengkan kepalanya “Pulang aja, aku masih banyak yang harus diselesaikan. Aku juga mau lihat keadaan bakery.”

“Baiklah, jangan terlalu malam pulangnya. Jangan lihat berita gosip lagi.” Almira hanya menganggukkan kepalanya.

Keheningan menemani dirinya setelah Resti pergi, menghembuskan napas panjang tentang apa yang ada didalam pikirannya. Mematikan laptop yang dipakai, membereskannya dan memilih melangkah ke bawah untuk melihat kondisinya. Bakery yang dibuat Almira dengan tangannya sendiri sudah menjadi cukup besar, setidaknya ada hal yang dibanggakan pada usianya sekarang.

Menatap sekitar dimana kondisi bakery yang cukup ramai, membuat senyum lebar tampak di wajahnya. Mendekati kasir untuk membantunya, kedatangan Almira membuat pekerjaan karyawannya sedikit lebih ringan. Satu per satu pembeli dilayani dengan ramah, senyum tidak lepas dari bibirnya setiap menghadapi pembeli.

“Makin malam makin ramai,” ucap Almira setelah pembeli pergi meninggalkan kasir.

“Bukannya selalu begitu, Mbak?”

Almira tersenyum tipis “Aku kebanyakan diatas jadi nggak tahu kondisi disini.”

Memilih memasuki area kitchen yang masih produksi, mereka menata roti pada tempatnya. Melihat itu membuat Almira membantu mereka pelan, sambil sesekali berbicara tentang gosip yang lagi panas-panasnya. Setidaknya memiliki teman yang bisa diajak berbicara tentang gosip tidak seperti Resti yang membuat Almira bisa tersenyum lebar mendengar kata-kata yang keluar dari mereka.

Melangkahkan kakinya keluar dari bakery setelah memastikan semuanya berjalan dengan lancar, tujuan Almira saat ini adalah rumahnya. Usia memang tidak muda lagi, tapi tetap memilih tinggal bersama orang tuanya, jarak rumah dan bakery tidak terlalu jauh jadinya sampai dengan cepat.

“Harusnya tadi kamu cepat pulang karena ada rekan bisnis papa yang usianya sama kaya kamu.”

Unbelievable MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang