“Mau kemana?” suara Resti mengejutkan Almira yang sedang bersiap-siap “Kamu jadi tanda tangan perjanjian pra nikah?”
“Rahasia.” Almira menjawab singkat “Aku pergi dulu.”
Keputusannya memang benar untuk saling mengenal, walaupun mereka teman lama tapi mereka sudah lama tidak bertemu. Membuka hati pada pria lain mungkin jalan satu-satunya melupakan apa yang pernah dilakukannya dahulu, langkah kakinya semakin cepat saat melihat Julius duduk di salah satu kursi.
“Sudah siap?” tanya Julius sambil merapikan rambut Almira yang berantakan, Almira hanya menganggukkan kepalanya “Kita berangkat kalau gitu,” ucap Julius yang hanya diangguki Almira.
Julius menggenggam tangan Almira, berjalan keluar dari toko dan masuk kedalam mobil milik Julius, tidak menggunakan mobil Almira karena memang mereka sudah janjian dan pagi tadi dirinya diantar Angga. Tidak tahu dibawa kemana membuat Almira hanya diam mengikuti Julius yang akan membawanya kemana, mereka kali ini sudah memutuskan untuk saling mengenal satu sama lain.
“Suratnya sudah dibaca?” tanya Julius membuka pembicaraan yang diangguki Almira “Ada yang mau ditambah atau rubah kembali?”
.
“Aku belum kepikiran sama sekali,” jawab Almira ragu “Nggak tahu kenapa aku kayak udah nggak memikirkan tentang perjanjian.”
“Aku nggak masalah kalau kamu mau buat, terlepas dengan ketakutan kamu. Perjanjian itu memang bagus buat kita pasangan, bukan berharap perpisahan tapi menjaga diri dan lebih berhati-hati, apalagi kamu memiliki harta sebelum menikah jadi kamu bisa baca terlebih dahulu.” Almira mengerutkan keningnya mendengar kata-kata Julius “Kalau tanpa perjanjian itu kamu tenang saja aku nggak akan masuk kedalam toko kamu.” Julius melanjutkan kalimatnya.
“Aku baca saja nanti, kalau aku mau menambahkan nggak papa?” tanya Almira yang diangguki Julius “Aku nggak ada lawyer juga buat bimbing perjanjian ini.”
“Kita bisa membahasnya bersama nanti tentang isi-isinya, nanti kita bisa cari lawyer bersama. Aku sendiri juga nggak kenal lawyer.” Almira mengerutkan keningnya “Kemarin temanku, tapi kalau kamu nggak sesuai kita bisa cari yang netral.” Julius menambahkan membuat Almira menganggukkan kepalanya “Kita akan bertemu sama bapak dan keluarga barunya.”
“Adik kamu?” tanya Almira penasaran.
“Dia harusnya udah datang, cuman belum hubungi lagi. Kamu siap ketemu mereka?” Julius menatap Almira sekilas.
“Siap nggak siap harus siap,” jawab Almira yang membuat Julius tersenyum “Apa ini proses kita untuk saling mengenal?”
“Mungkin, harusnya kita mengenal diri sendiri terlebih dahulu. Setelahnya kita bisa mengenal keluarga masing-masing, tapi keluarga aku jarang berkumpul dan ada waktunya sekarang jadi kenalan dengan mereka terlebih dahulu. Kamu nggak keberatan, kan?” tanya Julius sedikit takut dalam nadanya.
“Aku paham, nggak usah khawatir.” Almira menepuk punggung tangan Julius pelan “Kamu seharusnya bilang biar aku bawain mereka roti.” Julius menunjuk ke belakang membuat Almira menatap kearah belakang dan membelalakkan matanya “Kapan kamu beli? Kenapa aku nggak tahu?”
“Aku pesan, tadi tinggal ambil.” Julius menjawab santai yang semakin membuat Almira kesal “Nggak usah marah, aku cuman nggak mau kamu kepikiran bertemu keluargaku.”
Almira menganggukkan kepalanya “Kamu tahu kalau orang tua angkat kamu...”
“Tahu,” potong Julius “Mereka cerita waktu pulang, mereka langsung hubungi bapak dan cerita tentang kamu termasuk orang tua kamu. Kamu nggak mikir aneh-aneh kalau ibu angkatku dan papa kamu akan menjalin hubungan affair nantinya?” Julius menatap Almira cemas.
Almira mengangkat bahunya “Bisa jadi, walaupun aku yakin kalau papa sama Mas Angga nggak akan berbuat aneh-aneh.”
“Aku?” Almira mengerutkan keningnya “Kamu percaya sama aku? Sama kaya kamu percaya sama kedua pria tercintamu itu?” Almira mengangkat bahunya “Apa yang dimiliki pria itu yang nggak ada padaku?”
Almira menatap tidak percaya dengan pertanyaan Julius, setelah mereka berbicara panjang kemarin sama sekali Julius tidak membahas tentang pria dari masa lalunya. Mendengar itu membuat Almira seketika kesal, dipaksa membayangkan kegiatan mereka selama bersama, menggelengkan kepalanya agar tidak larut dalam kenangan dan melupakan pria itu dengan mudah.
“Maaf, aku tahu nggak seharusnya bertanya tentang pria itu. Aku hanya penasaran tentang pria yang bisa membuat kamu masuk kedalam pesonanya dengan mudah.” Julius mencoba menjelaskan maksud dari pertanyaan “Kalau kamu nggak mau menjawab atau sulit menjawab, aku nggak masalah sama sekali karena memang tidak penting. Aku bisa berusaha dan berjuang tanpa mengikutinya, kami punya cara berbeda agar kamu bisa masuk kedalam pelukan.”
“Bagaimana dengan kamu? Mantan kamu?” tanya Almira penasaran.
Julius menghentikan kendaraannya tepat dengan keadaan lampu merah, mengalihkan pandangan kearah Almira dan memberikan tatapan dalam padanya “Aku nggak pernah dekat dengan wanita manapun, waktu aku habis untuk membuktikan agar bisa mendatangi dan bertemu kamu. Bisa dikatakan otakku hanya ada kamu, kalau nggak percaya nggak masalah.” Julius mengatakan dengan mengangkat bahunya dan tanda tidak peduli.
“Kamu mencari tahu aku dimana?” Julius menggelengkan kepalanya “Terus?”
“Keyakinan kalau kamu masih berada di kota yang sama, keinginan kamu membuat toko roti yang pernah kamu katakan membuatku perlahan mencari toko roti yang kemungkinan milikmu,” jawab Julius menatap kedua mata Almira “Banyak hal yang kita tidak tahu tentang diri masing-masing.”
Suara klakson di belakang membuat Julius kembali fokus pada keadaan jalan, Almira memegang dadanya setelah mendengar apa yang Julius ucapkan, menggelengkan kepalanya agar tidak percaya dengan mudah. Mereka memutuskan untuk saling mengenal satu sama lain, terutama Almira memastikan perasaannya pada Julius. Sejauh ini tidak ada penilaian negatif pada Julius, terutama setelah tahu apa yang terjadi pada Almira di masa lalu.
“Pastinya banyak wanita yang jatuh hati sama kamu, memang nggak ada teman wanita paling dekat begitu? Biasanya kalau kuliah pastinya memiliki satu atau dua teman lawan jenis, aku nggak yakin kalau otakmu hanya mikirin aku. Masa ada cewek cantik didepan mata nggak dihiraukan sama sekali?” Almira menatap selidik pada Julius dan tidak puas dengan jawaban yang diberikan.
“Memang itu kenyataan, lagipula mana ada yang mau sama cowok hitam macam aku. Kamu aja menghindar bahkan sampai mual, tapi untungnya sekarang sudah nggak pernah lihat kamu mual. Aku hanya ingin membuktikan diri agar bisa mendapatkan kamu, mendapatkan pekerjaan yang layak. Pepatah bilang kalau laki-laki sudah memiliki uang pastinya akan dengan mudah mendapatkan wanitanya, itu yang aku pakai agar bisa mendapatkan kamu karena aku nggak mau kamu menderita setelah denganku tanpa uang.” Julius menjawab tanpa menatap Almira yang hanya diam.
“Banyak hal ternyata yang membuat kita tidak saling mengenal, butuh banyak waktu agar kita saling mengenal.” Julius menyetujui perkataan Almira “Apa kita harus bertemu untuk saling berbicara satu sama lain? Kalau begitu rencana pernikahan akan semakin mundur.”
“Kita bisa melanjutkan setelah menikah untuk saling mengenal lebih dalam.”Vote dan Komen
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbelievable Marriage
RomanceMenikah? Tidak ada dalam isi kepala Almira. Usianya memang sudah cukup untuk menikah, tapi melihat berita artis dan lingkungan sekitar membuat Almira tidak mempercayai pernikahan dan menghilangkan semua pikiran tentang menikah. Julius, pria yang dat...