Gulita malam kau kuasai
Kerlip bintang tersingkir pergi
Langit gelap tampak indah kala ini
Kala kau di sini
Menemani sepiku yang sendiri
Meski dengan sendu yang memelukmu erat
Aku bahkan mampu terpikat
Oleh terangnya purnama yang memancar
Pada dirimu yang tak pernah kau sadar
-Paul Aro-
"Nabila... pegangan erat!" teriak Paul yang sedang fokus menatap ke depan.
"Apa Kak Paul?" tanya Nabila yang tak kalah berteriak.
Wajah yang tertutup masker dan telinga yang tertutup helm seakan menyembunyikan suara Paul dari indra pendengaran Nabila.
"Pegangan erat Nabila!"
"Apa Kak? Nabila enggak dengar!"
Tanpa menjawab pertanyaan Nabila, tangan kiri Paul lebih memilih menarik tangan Nabila yang memegang ujung jaketnya, untuk melingkar di tubuh agar aman.
"Oh pegangan yang erat," gumam Nabila yang baru saja mengerti apa yang disampaikan oleh Paul.
Embus angin mengiringi perjalanan Paul dan Nabila menuju rumah Mamak Novia.
<3<3<3
Riuh bunyi gesekan wajan dan spatula, juga gerutuan Paul di dapur tidak mengusik Nabila yang sedang duduk di samping kolam renang, sambil menatap remang purnama sebab tertutup mendung.
Meski Paul fokus dengan kesibukan menyiapkan makan malam, sesekali ia mengintip ke arah Nabila.
Memastikan putri sahabatnya itu tetap di tempat, tidak lantas menghilang.
Mengingat bagaimana Nabila menangis, Paul sengaja memberikan waktu sendiri untuk gadis itu.
Jika memastikan apakah dia baik-baik saja tidak bisa dilakukan oleh Paul, setidaknya Paul akan berusaha menjaga makanan yang masuk ke dalam perut Nabila.
Abaikan makan malam romantis yang sudah memenuhi isi kepalanya, candle light dinner, atau apapun yang sejenis itu. Makan malam berdua dengan Nabila, bagi Paul sudah lebih dari cukup.
"Nab, makan dulu yuk," ucap Paul yang kini berjalan mendekat ke arah Nabila.
Setelah menata makanan yang dibuatnya di meja makan dengan rapi.
Tolong jangan mengintip bagian dapur, karena tentu saja, alat masak menumpuk yang belum dicucinya menjadi pemandangan buruk.
"Kak Paul siapin makanan sendiri?" tanya Nabila yang tidak mengubah arah pandangnya.
Karena Paul tepat berdiri di arah purnama yang dilihat Nabila.
"Iyalah Nab, bakal habis sama Rony kalau aku bikin kamu kelaparan," canda Paul berusaha menghidupkan suasana yang begitu hening.

KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Mengirim Dirimu Untukku (SMDU)
FanfictionSebuah cerita yang masih satu galaksi dengan MMCDH, jadi baca dulu di sana untuk mengerti apa yang terjadi di sini. "Aku tidak pernah becanda soal rasa, Nabila," tutur Paul dengan lembut. "Pun aku yang tidak suka membangunkan praduga," tukas Nabil...