Kau boleh,
Mengurai air matamu
Saat suara tersihir hilang
Lalu bangkit,
Saat kaki-kaki mulai kembali berenergi
Kau boleh,
Menuai pedih atas luka yang menganga
Tapi jangan selalu membiarkannya
Sebab luka harus bertahan sementara saja
-Nabila-
"Di sini gelap," lirih Nabila yang kini tertutup matanya, tertutup mulutnya, terikat kedua tanganya dan sedang didudukan di antara barisan baju-baju untuk pementasan.
Tidak hanya butiran keringat yang membasahi keningnya, tetapi air mata juga mulai merangkak turun dan membasahi sebagian kain penutup mata.
Sayangnya, keadaan di tempat lain berbeda.
Aula sekolah kini begitu terang benderang, lampu-lampu dinyalakan meskipun hari masih siang. Keriuhan siswa yang ingin mengikuti kelas musik bersama Pak Yovie menambah kegaduhan karena informasinya Pak Yovie tidak datang sendiri, beliau datang bersama putranya. Penyanyi tampan yang namanya meledak saat melakukan duet dengan lulusan Indonesian Idol.
Miss Liyan datang bersama Pak Yovie dan putranya, kelas dimulai dengan perkenalan dan sapaan hangat kemudian dilanjutkan Pak Yovie yang memainkan piano dan Arsy yang mulai mengeluarkan suara indahnya.
"Aku tepat ada di sampingmu.."
"Bertahan, menunggu, satunya cintaku..."
Arsy menyanyikan lagu itu hingga selesai dan gemuruh tepuk tangan tentu saja mengisi seluruh aula.
Pak Yovie kemudian berdiri, melangkah ke sisi piano.
"Baik adik-adik, hari ini saya disini tidak akan mengajar tentang bagaimana bermain piano ataupun menuliskan lagu, kita bermain dan seru-seruan saja ya?" tawar Pak Yovie yang seketika disetujui oleh seluruh Aula.
"Ada yang ingin bergabung dengan kami di sini, duet dengan Arsy, mungkin?" pertanyaan Pak Yovie kali ini membuat penghuni aula bergeming.
Siapa yang tidak mau bernyanyi bersama Arsy?
Tetapi siapa yang berani menyandingkan suaranya dengan suara emasnya?
Siswa-siswa di aula sibuk saling menunjuk, tidak ada yang berani mengangkat tangan atau hanya mengutarakan saya.
Hingga pertanyaan Pak Yovie berikutnya menyapa telinga para siswa, "Ini kelas Nabila Taqiyyah ya? Mungkin Nabila mau mewakili teman-temannya?"
Tidak ada sahutan. Si empunya nama tidak bersuara atau memang tidak ada.
Teman-temannya saling lirik, mencari sosok yang dimaksudkan, tetapi tidak ditemukan batang hidungnya. Entah Nabila dimana.
"Saya Gaby Pak, mohon maaf, tapi sepertinya Nabila tidak mengikuti kelas ini," jawab Gaby setelah aksi bisik-membisik antar teman karena tidak ada yang melihat Nabila.
"Nabila kemana?" tanya Pak Yovie yang seketika mendapat gelengan dari teman-teman Nabila.
Di waktu yang bersamaan, Miss Liyan masuk untuk memberikan absensi.
Pak Yovie tampak berbisik, mungkin menanyakan dimana keberadaan Nabila.
"Wah, saya sedikit kecewa karena ingin mendengar langsung suara Nabila, tapi tidak apa-apa, kita tetap lanjutkan kelasnya ya, ayo siapa yang mau bernyanyi bersama Arsy?"
Keisya berdiri, ia berjalan menuju tempat Pak Yovie dan tidak butuh waktu lama, aula telah kembali riuh oleh melodi dan nyanyian siswa lainnya.
Sementara itu Miss Liyan memanggil Tama untuk ke depan bersamanya.
"Tama, kamu tadi lihat Nabila?" tanya Miss Liyan ketika melihat Tama sudah menyusul di belakangnya.
"Iya Miss, tadi sebelum menemui Miss Liyan saya masih ngobrol dengan Nabila di kelas dan dia juga sedang bersiap menuju kelas Pak Yovie," tutur Tama dengan air wajah cemas.
"Begini saja Tama, saya minta tolong kamu untuk mencari Nabila ya, karena tadi saya lihat kelas kalian sudah kosong."
Tama mengangguk, "Baik Miss, saya akan mencari kemungkinan keberadaan Nabila."
"Saya juga akan tanya satpam apa tadi melihat Nabila keluar sekolah atau tidak."
Tama menyusuri sekolahan, mulai dari ruang kelas mereka untuk memastikan, kemudian ke halaman belakang sekolah yang sepi, dilanjutkan ke gymnasium, ke kantin, ke perpustakaan, tetapi nihil. Nabila tidak ditemukan.
Tama kembali ke kantin untuk membeli minuman.
"Tam, dari mana aja sampai keringatan begitu?" tanya Keisya dan teman-temannya yang kini menduduki salah satu meja kantin.
"Kelas Pak Yovie udah selesai?" bukannya menjawab, Tama kembali bertanya sambil duduk di salah satu bangku dekat mereka, untuk akhirnya membuka air mineral kemasan yang langsung ia tuang pada kerongkongannya.
"Udah kali, siapa suruh ngilang kayak Nabila," tukas Gaby cepat.
"Aku disuruh Miss Liyan cari Nabila!"
"Yaelah Tam, udah bagus Nabila ngilang, ngapain dicariin sih. Udah biarin aja, biar kelas kita gak kena kutukan sialnya." Gaby berujar cepat.
"Gab, kalau punya mulut tuh dijaga! atau jangan-jangan kamu yang sengaja umpetin Nabila?"
"Dih, malas banget, tangan suci gua gak akan ngelakuin hal kotor, bahkan untuk Nabila yang kotor sekalipun. Gila, bisa-bisanya dia bikin Mr. Paul dikeluarin dari sekolah!"
"Shut Up!" Tama bangkit, menuang sisa minumnya di atas kepala Gaby.
"TAMAAAA! Gua laporin lu ke Miss Liyan!" teriak Gaby memenuhi kantin.
"Aku laporin kamu duluan atas kecurigaan pelaku hilangnya Nabila, See you Gab!" Tama melenggang setelah melambaikan tangan dan tanpa rasa bersalah.
==========
Siswa kelas 12 kini memenuhi wardrobe untuk memilah pakaian yang tepat untuk dikenakan sebagai ujian pementasan.
Keriuhan berebut kostum mendadak senyap ketika salah seorang menemukan sesosok gadis yang terduduk diantara barisan baju dengan mata dan mulut ditutup, juga lengan yang diikat ke belakang.
"Hah Nabila?" pekik salah seorang diantara mereka ketika sedang mencari baju untuk pementasan kelas tinggi.
============
Hai soby Linz :)
Maaf banget ya baru bisa lanjut update, karena kemarin dihantam sama tugas-tugas kuliah yang tiada hentinya.
Semoga setelah ini bisa kembali rutin lanjutin ceritanya yaaa.
Semoga suka <3
Dan terima kasih masih setia menunggu kisahnya <3
![](https://img.wattpad.com/cover/339825397-288-k808227.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Mengirim Dirimu Untukku (SMDU)
FanfictionSebuah cerita yang masih satu galaksi dengan MMCDH, jadi baca dulu di sana untuk mengerti apa yang terjadi di sini. "Aku tidak pernah becanda soal rasa, Nabila," tutur Paul dengan lembut. "Pun aku yang tidak suka membangunkan praduga," tukas Nabil...