"Nabila, kamu tidak apa-apa?" tanya Miss Liyan yang kini sudah menghampiri Nabila di UKS.
Kakak kelas Nabila yang tidak ingin disebutkan namanya itu, lebih dulu membawa Nabila ke UKS sebelum mengantar Nabila menemui Miss Liyan.
Tangan Nabila yang sebelumnya terikat, tampak ke merahan dan kini sedang diberikan salep oleh kakak kelas Nabila tersebut.
"Nabila tidak perlu ke ruangan saya, istirahat dulu di UKS saja, tapi sebelumnya apa boleh saya menanyakan tentang yang terjadi pada kamu, Nabila?" tanya Miss Liyan yang kini mengambil kursi dan duduk di sebelah tempat tidur Nabila.
Nabila bangkit, memposisikan diri untuk duduk sambil menatap Miss Liyan, pandangan sendu Nabila menghujam mata Miss Liyan hingga pada inti hatinya.
"Sejak kapan Nabila ada di sana?" tanya Miss Liyan hati-hati.
Nabila tersenyum getir, "Saya tidak tahu Miss, tadi saya hendak mengikuti kelas Pak Yovie tapi ketika akan membuka pintu penghubung antara wardrobe dan aula, seseorang membekap mulut saya dan segera menutup mata saya juga."
"Kamu tahu siapa orang tersebut?" tanya Miss Liyan lagi.
Nabila terdiam, ketika si pelaku memintanya untuk tidak teriak telinganya mendengar suara yang tidak asing baginya. Suara yang dimiliki si pelaku terasa begitu dekat dan terdengar tidak asing, tetapi Nabila lupa, tidak ingat sama sekali, itu suara siapa.
Nabila menggeleng.
"Ya sudah, kamu istirahat dulu saja. Biar saya hubungi orang tua kamu untuk menjemputmu ya Nabila, kamu bisa bebas istirahat di rumah."
"Jangan Miss," tolak Nabila lekas sambil menahan tangan Miss Liyan yang hendak bangun dari duduknya.
"Kenapa Nabila?"
"Saya gak mau bikin Mami sama Papi khawatir, nanti saya akan ceritakan sendiri ketika pulang ke rumah ya Miss. Setelah ini, saya mohon izin untuk bisa mengikuti pelajaran bahasa Inggris sebelum pulang ya Miss."
Miss Liyan mengangguk, sesaat ketika Miss Liyan hendak meninggalkan Nabila, Tama datang.
"Titip Nabila ya Tama, saya mau cek CCTV dulu."
"CCTV ruang wardrobe rusak Miss, saya tadi sudah bertanya pada petugas IT sekolah."
Miss Liyan mengembuskan napas, "ya sudah, terima kasih ya Tama. Saya akan mengumpulkan informasi dari siswa-siswa yang tadi berada di wardrobe. Termasuk kamu," tunjuk Miss Liyan pada Kakak Kelas Nabila yang baru selesai memberikan perawatan pada pergelangan tangan Nabila.
"Kamu gak apa-apa Nab?" tanya Tama yang kini duduk di kursi yang baru saja ditinggalkan Miss Liyan.
"Iya, aku sudah baik-baik saja, kok. Tadi cuma takut saja."
"Siapa sih, orang yang setega itu sama kamu? Ya kalau gak bisa jadi kamu, setidaknya gak malah musuhin kamu. Gimana sih, mendingan pansos daripada jadi psikopat." Tama masih sibuk menggerutu, sementara Nabila hanya tersenyum melihat sikap Tama itu.
"Makasih ya Tama, makasih udah mau jadi teman Nabila di saat satu sekolah memusuhiku."
"Anak-anak yang musuhin kamu itu cuma kemakan hoax, mereka udah sibuk sama sosmed mereka, scroll TikTok mereka, tanpa mau tahu kebenarannya tentang kamu. Udah Nab, tenang aja, ada aku di sini."
"Sekali lagi terima kasih banyak ya Tama." Sabit terlukis indah di wajah Nabila yang kini sudah kembali bercahaya.
Tama berhasil mengusir kabut yang sedari tadi menutupi wajahnya.
Sebuah denting pada ponsel Nabila, berhasil membuat keduanya menoleh ke sumber suara. Nabila bergegas meraih ponselnya dan mengetikkan sesuatu.
"Dari siapa Nabila?" tanya Tama menelisik, air muka Nabila kini cerah seketika, apalagi setelah membaca dan membalas pesan tersebut.
"Dari Om Paul, maksudku Mr. Paul, dia mengabarkan akan menjemputku ketika pulang sekolah karena Mami dan Papi ada urusan mendadak keluar kota," jelas Nabila yang hanya mendapat anggukan singkat dari Tama sebagai respon jawabannya.
==========
Hy, Saba (Sahabat Baca) cerita Linz <3
Terima kasih sudah mengikuti kisah ini hingga di bab 10 yaa, mohon doanya semoga Author Linz tetap semangat dan bisa menyelesaikan cerita ini.
Semoga Tama tidak patah hati dan semoga Om Paul tidak tahu deklarasi Tama pada Nabila tentang "Ada aku di sini."
Walau dia kini tlah lama di hidupmu....
Namun sampai kini tak bahagiakan kamu....
Lanjutkan guys :D
![](https://img.wattpad.com/cover/339825397-288-k808227.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Mengirim Dirimu Untukku (SMDU)
FanfictionSebuah cerita yang masih satu galaksi dengan MMCDH, jadi baca dulu di sana untuk mengerti apa yang terjadi di sini. "Aku tidak pernah becanda soal rasa, Nabila," tutur Paul dengan lembut. "Pun aku yang tidak suka membangunkan praduga," tukas Nabil...