07. Gara-gara Kamu!

449 56 5
                                    

Jika netraku tak mampu menemukan hadirmu

Lalu bagaimana lagi aku bisa melihatmu?

Jika suaramu tak lagi menyapa gendang telingaku

Mampukah aku melewati hari-hari yang senyap itu?

Wahai Cinta, dimanakah kamu?

Di sisimu, begitu kamu mengaku

Tetapi tidak ada, jangan bilang rayumu menipu

atau,

setelah kamu menguasai sanubariku,

aku tak lagi bisa merasakanmu?

_Paul Aro_

Paul baru saja mengibaskan tangan, menyelesaikan rutinitas pagi untuk memberi makan ayam-ayam. 

Setelah mencuci tangan, dan merebahkan tubuh pada kursi rotan panjang, berkenaan dengan mata yang hampir terpejam ponsel di sakunya bergetar, menandakan sebuah pesan masuk.

"Selamat Pagi Mr. Paul, dimohon kehadiran Anda untuk ke sekolah hari ini.  Ada hal penting yang harus didiskusikan." Sebuah pesan masuk dari Humas sekolah memintanya untuk meninggalkan hari bebasnya saat ini.

Meski bertanya-tanya mengapa ia harus masuk hari ini, Paul tetap melangkahkan kaki, bergegas meraih handuk dan memasuki kamar mandi.

=====

Mobil Rony baru saja tiba di pelataran sekolah, entah bagaimana usahanya membujuk Salma hingga Nabila mendapat izin untuk kembali bersekolah.

"Nab, ingat ya, kalau ada sesuatu yang bikin kamu gak nyaman, segera hubungi Papi atau Mami," tutur Rony begitu Nabila turun dari Mobil dan mencium punggung tangannya.

"Ihh Papi, sama saja kayak Mami. Papi tenang saja ya, Nabila aman kok," balas Nabila dengan senyum yang mengalahkan sinar mentari pagi ini.

"Ok. Nanti Papi juga akan bilang ke Paul buat ngawasin kamu kalau di sekolah ya."

Nabila menggeleng, "jangan dong Pi, Om Paul kan bukan bodyguard Nabila. Lagian hari ini, Om Paul gak ada jam ngajar."

"Gimana sih, padahal janjinya bakal ngawasin kamu..." belum sempat Rony melanjutkan ucapannya. Nabila lebih dulu memotong.

"Papi, Nabila masuk kelas dulu ya. See you, Papi." Nabila berucap sambil berjalan menjauh dari mobil Rony, tidak lupa aksi melambaikan tangan sebagai salam perpisahan.

Dunia Nabila begitu indah, senyumnya masih saja cerah, hingga ketika dia berbalik, koridor sekolah yang menjadi lalu lalang siswa yang baru datang mendadak tenang.

Tatapan-tatapan tajam itu membuat bulu kuduknya berdiri, Nabila merasakan sesuatu yang berbeda dari biasanya. 

Meski demikian, ia lebih memilih berjalan ke arah kelas, mengabaikan tatapan aneh siswa-siswa lain.

Akan tetapi telinganya berhasil merekam obrolan yang kurang menyenangkan ketika hendak memasuki kelas.

Segerombol siswa perempuan tampak berdiri di depan pintu kelas dan tidak menyadari kehadiran Nabila di sana.

Semesta Mengirim Dirimu Untukku (SMDU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang