Lenggang, kini masih lenggang pasca pertanyaan basa-basi yang dilontarkan Paul kepada Nabila. Gadis itu juga enggan meneruskan pembahasan atau bahkan tidak memberikan jawaban sebagaimana mestinya.
Nabila menatap lurus ke depan tanpa ekspresi.
"Nabila lagi suka lagu apa?" Paul berusaha mengusir keheningan yang membuatnya tidak nyaman, tentu dengan pembahasan yang berbeda dari pertanyaan sebelumnya.
Nabila menoleh, ia terdiam sejenak sambil memikirkan lagu yang sedang ia dengarkan, kemudian dia mengingat sebuah lagu yang tadi diputar di mobil Rony ketika mengantarnya ke sekolah.
"Lagu 'Kau' seru sih Om," jawab Nabila, sambil mencari lagu yang dimaksudkan pada heat unit single DIN.
"Itu kan lagu lama, Nab. Kamu suka?"
"Tadi waktu Papi puter lagu itu di mobil seru sih Om Paul, gapapa kan dengerin lagu itu?"
"Dengerin aja mana masuk Nab, sekalian karaokean kita."
Senyuman yang sebelumnya berpamit dari wajah Nabila, kini kembali hadir.
Instrumen musik khas tahun 2000an memenuhi seluruh mobil tua milik Paul. Nuansa vintage seakan sedang terlukis di antara Nabila dan Paul.
"... Rona merah pipimu terlukis jelas di wajahmu..."
"...Diam membisu kuingat senyuman manis walau sesaat..."
"...Bayangan dirimu selalu mengisi hatiku..."
"...Bilakah kan terjadi, kau kan jadi milikku slamanya..."
"...Kau..."
"...Tiada kata terucap tuk ungkapkan isi hati, Dan.."
"...Beri aku asa yang datang mengisi hidupku..."
Nabila menikmati lagunya, tidak butuh waktu lama ia bahkan telah berhasil mengingat lirik dan turut bergabung dengan Paul untuk menyanyikan bersama.
Sayangnya, tidak dengan Paul, laki-laki itu justru bernyanyi sambil seringkali mencuri pandang gadis di sampingnya itu.
Lagu itu secara diam-diam seperti menggambarkan isi hati Paul, meski ia sendiri belum bisa mengungkapkan perasaan.
==========
Tidak terasa, mobil tua Paul yang hari ini bekerja seperti kereta kuda karena menjemput Tuan Putri Nabila telah tiba mengantarkannya dengan selamat hingga di depan rumah.
"Om Paul, terima kasih ya sudah menjemput aku hari ini," tutur Nabila ketika hendak membuka pintu.
"Sama-sama Nabila Taqiyyah," balas Paul dengan nada rendah. "Tapi kamu kayaknya lupa sesuatu deh, Nab."
"Apa Om Paul?"
"Bukannya Paul sudah pernah bilang, kalau lagi berdua panggilnya Kakak Paul saja," jelas Paul kembali dengan nada rendah.
"Ah iya, Nabila lupa. Besok-besok aku panggil Kak Paul saja ya?"
"Sip, anak pintar." Tidak hanya membalas dengan suara, tangan Paul juga mengusap lembut puncak kepala Nabila.
"Om Paul, eh, Kak Paul gak mau mampir dulu?" tanya Nabila setelah berhasil meloloskan diri dari mobil milik Paul.
"Next time saja ya Nab," balas Paul cepat. Sejujurnya dia belum siap memberitahu sekaligus memberikan alasan ke Rony dan Salma tentang dirinya yang sudah tidak lagi mengajar di sekolah Nabila.
"Okay, hati-hati di jalan Kakak Paul."
"Mending ganti kata-katanya, selamat sampai tujuan deh Nab," tukas Paul ketika Nabila hendak menutup pintu mobilnya.
"Kenapa?"
"Hati-hati di jalan hanya untuk mereka yang tidak bisa bersama."
"Maksud Kak Paul?"
"Gak ada. Masuk aja Nab, panas banget ini. See you..." Paul segera meraih pintu mobil dan melepaskan dari tangan Nabila.
Rona merah kini menyebar di wajah Paul, entah bagaimana dia yang hendak melakukan gombalan, malah dia sendiri yang tersipu malu.
Selepas mobil milik Paul pergi dari halaman rumahnya, Nabila melangkah masuk ke dalam rumah.
Baru saja membuka pintu, Rony sudah lebih dulu menyapa Nabila dengan pertanyaan yang sangat tidak terduga.
"Kenapa gak ikut kelas Pak Yovie, Nabila? kamu bolos sama Paul?" Rony meletakkan ponsel yang sebelumnya dia pegang di atas meja dan kini bersindekap sambil menatap anak gadisnya yang pulang sekolah melebihi jam seharunya.
"Bukan gitu, Pi," elak Nabila.
"Lalu apa?" tanya Rony dengan nada tinggi.
Sontak Nabila terkejut dan berlari masuk ke kamar sambil berteriak, "Papi gak akan ngerti!"
==========
Hy Saba (Sahabat Baca) Linz <3
Kalian ada yang kangen IDOLYFE gak sih? Author ngerasa beberapa pekan ini selasa hampa tanpa mereka :')
Terima kasih sudah setia membaca cerita ini ya :)
![](https://img.wattpad.com/cover/339825397-288-k808227.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Mengirim Dirimu Untukku (SMDU)
FanfictionSebuah cerita yang masih satu galaksi dengan MMCDH, jadi baca dulu di sana untuk mengerti apa yang terjadi di sini. "Aku tidak pernah becanda soal rasa, Nabila," tutur Paul dengan lembut. "Pun aku yang tidak suka membangunkan praduga," tukas Nabil...