1O. Maaf

1.5K 147 1
                                    


Ini sudah masa pulang dari sekolah, seluruh siswa dan siswi mulai keluar dari lingkungan sekolah. Tapi, lengan pemuda berkacamata itu ditahan oleh seorang gadis yang gemar mengenakan rok span.

Padahal sekolah mengutamakan kenyamanan dan keteraturan dalam berpakaian, sehingga mengatur bahwa seragam harus longgar. Aturan ini juga bisa dimaksudkan untuk menjaga keseragaman dan menghindari pakaian yang mungkin membuat gerak jadi terbatas. Selain itu, sekolah kerap menekankan nilai-nilai kesederhanaan dan kepantasan dalam berpakaian, memastikan setiap siswa fokus pada hal-hal akademis.

Sayangnya, mana mau Celine mengikuti aturan itu?

Gadis itu tersipu malu lalu berujar, "selamat, ya. Kamu udah jadi waketos."

Pemuda berkacamata itu mencoba melepas genggamannya pelan kemudian mengangguk berterimakasih.

Merasa diacuhkan olehnya, gadis itu masih sibuk mencari perhatian Marcus. "Aku juga udah jadi anggota OSIS tau."

"I know," jawabnya ketus.

"Enggak ada ucapan selamat buat aku??" Mata Celine berbinar dan menatap wajah sempurna milik Marcus.

Marcus berdesis, "selamat."

"Tidak seperti itu~" ujar Celine menghentakkan kakinya sebal. Lalu berfikir sejenak.

Astaga, tak tahukah jika Marcus sudah risih ditahan sedari tadi? Ia harus segera pulang bersama si Cadelnya serta meminta maaf.

"Sebagai ucapan selamat, aku mau main ke rumahmu sepulang sekolah. Eung— tapi, sekarang aku belum dijemput," kata Celine bohong. Dia bahkan menghubungi kakaknya agar tidak usah menjemputnya demi rencana kembali mendekati Marcus dengan ugal-ugalan.

Marcus hanya terdiam mendengar hal itu, kemudian membenarkan kacamatanya sembari menghela nafas. "Baiklah, ayo aku antar."

Mendengarnya membuat gadis itu tersenyum licik.

Marcus sedikit merasa bersalah, karena kejadian kemarin. Ia buru-buru mengeluarkan telepon nya dan mengetikkan sesuatu di sana.

To. Shera X MIPA 3

Tolong anterin si cadel pulang,
Besok aku bayar pakai traktiran, Dek.

Pemuda berkacamata itu menghela nafas, semoga saja ini tidak menjadi masalah yang besar, ya. Sebagai laki-laki yang baik, orang tuanya selalu menasehati Marcus agar menolong semua orang. Walau itu adalah Celine sekalipun. Jadi, niat Marcus itu baik. Bukan bermaksud hal selain itu.

Lagipula, mungkin Aelrish pasti akan lebih merasa gembira menikmati waktunya dengan Shera.


.

.
.


Terik panas matahari begitu memanggang bumi, hari hari biasa di Riverglade ini. Sepasang ibu dan anak itu tengah menonton sinetron bersama. Seperti sudah menjadi rutinitas yang mereka lakukan. Iya, sang Ibunda sudah bercakap banyak tentang sinetron perselingkuhan yang mereka tonton dengan emosi. Tetapi, si anak malah melamun dan memikirkan sesuatu yang mengganjal hatinya.

Peristiwa kemarin itu membuat ia sedikit renggang dengan Marcus. Padahal hanya sekedar Marcus mengelus pipinya.

Tidak, menurut Aelrish tidak hanya itu.

Marcus bahkan menatap mata Aelrish. Membuat Aelrish merasakan hal aneh dalam hatinya. Bocah itu bingung bagaimana harus meresponnya, dan ia salah malah memilih untuk menjauh.

bocah cadel; remake.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang