O5. Rahasia dan Rumus

2K 175 1
                                    


Coba tebak, siapa yang sedang menulis tugasnya di perpustakaan? Ya, betul. Marcus, ia mengambil tempat paling ujung agar mendapat ketenangan. Tetapi, malah ponselnya itu berbunyi sehingga mengganggu ketenangannya.

Marcus pun berakhir keluar dari perpustakaan dan mengangkat teleponnya.

"Papa ingin tahu apakah ada perkembangan?"

Tentu saja, Papa-nya hanya menelpon untuk menanyakan calon mantunya itu, bukan dirinya.

"Belum, Pa. Sepertinya cinta Marcus hanya bertepuk sebelah tangan."

"Hey, tidak masalah, Nak. Semua ada prosesnya," ujar Papa Marcus di seberang sana.

"Maaf, dia sedikit sulit didekati."

"Haduh kau ini, sudah Papa bilang tidak apa-apa. Lagipula kalian masih sangat muda, habiskan waktu kalian," katanya

"Berjuanglah."

"Okay, Papa."

Setelah itu Marcus menyudahi panggilannya. Baru saja mau menghela nafas ia terkejut dengan keberadaan seorang bocah di sampingnya.

"Mas.. cinta dengan siapa?" tanya Aelrish.

Denganmu, tentu saja.

"Dengan seseorang." Bocah cadel itu mengernyitkan dahinya, siapa perempuan yang mau menolak visual bule ini? Walaupun Aelrish tidak begitu menyukai Marcus, ia mengakui jika Marcus memang tampan.

"Ditolak?" Marcus menggeleng mendengarnya.

"Aku bahkan belum mengatakan perasaanku padanya."

"Tuh! Belum belkata kok suda tahu cintanya beltepuk sebelah tangan?" Aelrish mendengus serta memasang wajah sebalnya.

Ternyata Marcus hanya cerdas di akademik. Bukan di hal cinta seperti ini. Aelrish bahkan lebih cerdas dalam hal ini, tolong jangan tanya alasannya. Tentu saja karena bocah cadel itu suka menonton sinetron cinta bersama sang ibunda.

"Kau tidak mengerti, Yis."

"Aku mengelti! Kalau kau suka katakan sejujulnya, mengapa hayus diam-diam?" tanya bocah cadel itu.

"Yang aku sukai masih kecil. Dia tidak begitu mengerti tentang cinta."

Aelrish berdecak, "makanya jangan menyukai anak kecil!"

Itu kau, Ayis. Itu kau. Ingin sekali Marcus berseru. Namun, Marcus memilih untuk mencubit pipi gembilnya. Dan melupakan pembicaraannya tadi.

Aelrish merasa sedikit kesakitan, kenapa cubitan Marcus kali ini lebih bertenaga, sih? Rasanya pipinya mau kempes.

"Mas! Katakan. Siapa. Olang. Itu." Aelrish memasang wajah penasarannya. Sedangkan Marcus malah salah tingkah karena dirinya baru sadar dipanggil 'Mas' oleh Aelrish.

"Ingin tau saja atau ingin tau sekali?"

"Ingin tau cekalii!"

"Rahasia," jawab Marcus singkat dan kembali masuk ke perpustakaan.

Aelrish mendengus, ia meninggalkan Marcus dengan menghentakkan-hentakkan kakinya. Sudahlah, Aelrish tau mengapa cinta Marcus bertepuk sebelah tangan.

Karena, orang itu lebih mencintai tumpukan buku-buku daripada manusia di sekitarnya.

Bocah cadel itu melangkah ke bangkunya kemudian meletakkan kepalanya di meja, ia melirik Shera yang sedang bergosip bersama perempuan-perempuan di dalam kelasnya. Melihat raut wajah tak mengenakan dari teman sebangkunya, Shera menyudahi aksi gosip itu sejenak lalu menghampiri Aelrish. "Astaga, kau cemberut lagi? Apa sudah bertemu kak Marcus tadi?"

bocah cadel; remake.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang