O6. Gramedia-date

1.7K 180 2
                                    

Agaknya Aelrish menyesal karena telah mengiyakan ajakan Marcus kemarin. Dia jadi bosan sekarang.

Iya, Marcus mengajak Aelrish pergi ke Gramedia. Membuat Marcus pun tidak memperdulikan keberadaan Aelrish yang merasa bosan di sana. Si alis camar itu sibuk melihat-lihat buku yang mau dia beli.

Berkali-kali Aelrish berdecak kesal, kenapa waktu berjalan sangat lama? Aelrish kan juga mau makan es krim! Seperti janjinya Marcus tadi.

Mereka berdua terduduk di antara rak-rak buku dengan Marcus yang masih fokus pada bukunya. Sampai akhirnya, pemuda berkacamata itu mulai menyadari Aelrish sebal itu akhirnya menolehkan kepalanya sembari terkekeh gemas.

"Sebentar lagi, ya?" tanya Marcus sembari mengelus rambut si cadel. Setelah itu, Aelrish hanya menanggapi nya dengan gumaman. Dalam hatinya bertanya-tanya, tumben sekali hanya mengelus lembut? Biasanya diusak sampai kusut rambut indahnya itu.

Tetapi, Aelrish tidak terlalu peduli dengan hal sepele itu. Bocah cadel itu mengantuk. Sangat mengantuk. Sehingga ia menjatuhkan kepalanya di bahu lebar milik Marcus.

Marcus terkejut, sebenarnya. Namun, daripada membangunkan bocah itu Marcus memilih merapikan poni gemas milik Aelrish. Di tengah acaranya membaca buku, ia sesekali melirik wajah si cadel membuatnya senyum-senyum sendiri.

Manis sekali calon mantu Mama.

Setelah puas bercengkrama dengan buku-buku itu Marcus membawa dua buku yang mau ia bawa pulang. Melihat Aelrish yang mata indahnya terpejam, Marcus menepuk pelan pipi gembilnya.

"Ayis, ayo pulang." Aelrish menggosok-gosok matanya, menatap Marcus yang sudah menyunggingkan senyumnya.

"Ayis tida jadi es klim. Mau nasi goyeng," lirih Aelrish dengan matanya yang masih mengerjap. Marcus mengangguk.

"Iya, bangun dulu." Marcus berdiri sambil mengulurkan tangannya untuk diambil Donghyuck.

"Masih ngantukk!" rengek Aelrish, ia merasa kantuknya belum hilang. Meskipun demikian, mereka berdua tetap berjalan ke arah kasir. Marcus membawa kedua bukunya sendiri di tangan kanannya dan tangan satunya ia gunakan untuk menggandeng si cadel ini.

Ini yang katanya masih mengantuk? Melihat boneka di sepanjang jalan saja bisa membuat mata Aelrish berbinar-binar. Namun, Aelrish tidak mau jujur dengan Marcus jika dia menginginkan boneka boneka gemas itu, dia sudah dewasa, kan? Jadi, Aelrish tidak mau terlihat masih bocah di mata si alis camar itu.

"Mau boneka beruangnya?" tanya pemuda berkacamata itu lembut.

"Hng? Tidak."

Marcus menghela nafas, kenapa bocah ini bohong sih? Matanya saja selalu melirik ke boneka-boneka itu.

"Kalau mau tidak apa-apa, kesana dulu sebelum pulang." Marcus menawarkan, dia kan sedang berusaha menjadi calon yang baik- ah. Maksudnya menjadi kakak kelas sekaligus tetangga ya.

"Kok maksa, sih? Ya sudah mau. Ayo kesana."

Dengan iringan kekehan gemas mereka berdua masih bergandengan tangan (Marcus takut Aelrish nanti hilang) kemudian berjalan ke rak boneka yang ada di sana. Mata Aelrish semakin membulat saat melihat surga boneka. Gemas-gemas sekali. Padahal dirinya sendiri juga tak kalah gemas dengan boneka itu, kan?

bocah cadel; remake.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang