O7. Karena Boneka

1.7K 152 3
                                    


Sebenarnya Marcus sudah terlalu lelah untuk melakukan sesuatu di malam hari ini. Tetapi karena ketukan pintu kamar nya ia dengan lungai lesu harus membuka pintu itu. Si alis camar membulatkan matanya saat melihat siapa yang berada di depanny saat ini, "Papa? Kenapa pulang tanpa memberi tahuku?"

"Astaga anak Papa sudah besar, berani sekali ya mengajak anak orang jalan?" tanyanya lalu langsung membawa anak satu-satunya itu ke dalam pelukannya.

"Kan Papa yang menyuruh untuk PDKT dengan bocah itu," cetus Marcus.

"Good job, son."

"Thanks, Pa. I miss you." Di sesi peluk antara ayah dan anak itu, sang ibu memandangi keduanya dengan tersenyum, lalu ikut bergabung dalam pelukan hangat kedua superhero nya.

"Miss you guys more." Papa Marcus sudah memikirkan hal ini baik-baik dan sudah mendiskusikan nya dengan calon besan nya itu, mereka semua setuju. Terkecuali Aelrish yang belum tahu tentang ini.

Tentunya kedua belah pihak mengharapkan anak mereka bahagia. Kebahagiaan tidak bisa dibeli. Dan cinta juga tidak dapat dipaksakan. Kedua anak itu masih labil soal cinta. Jadi, Papa Marcus memutuskan untuk benar-benar menunggu mereka berdua matang dan siap.

Siap tanpa paksaan sedikitpun.

Meskipun janji antara kakek mereka tak akan terlaksana tidak apa, asalkan mereka berdua bahagia dengan pilihan masing-masing.

****

Hari mulai berganti, subuh-subuh sekali sudah terdengar rengekan si cadel yang membuat satu rumah bergetar.

"Ayahhhhhhh!" Aelrish berteriak sembari menggeliat di ranjangnya, berusaha menghalau kantuk yang masih menempel.

"Hayo boneka beruang ini siapa yang beliin?" goda Ayahnya sambil mengangkat boneka kesayangan putrinya itu tinggi-tinggi, hingga membuat mata Aelrish melotot.

"Mm- temen itu," jawab Aelrish sambil merebut boneka beruang dari genggaman sang ayah, tatapannya setengah mengancam.

"Temen hidup?" ejek sang Ibunda yang datang sembari membawa segelas susu hangat. Dan tanpa disangka, mendadak ikut dalam perseteruan pagi ini. Ia terkekeh melihat kedua orang berbeda umur ini yang selalu penuh energi di pagi hari.

Aelrish menghembuskan napas panjang, berusaha menahan sebal sambil menegak habis susunya dengan dramatis.

"Bilang dulu, siapa?" sang Ayah terus menggodanya.

"Ish! Iya, iya. Itu Methwus," ungkap Aelrish akhirnya, mengaku dengan suara setengah mendengus.

"Ayah nggak kenal yang namanya Methwus deh?" sahut Pak Akbar dengan gaya seolah detektif yang menyelidiki kasus besar. Sementara itu, Bunda Kanaya hanya bisa menepuk lembut pundak suaminya agar berhenti menggoda lidah cadel si putri.

"Methwus, meteus!" teriak Aelrish sebal, merasa sang ayah tak memahami atau mungkin malah menikmati setiap kesalahan cara bicaranya.

"Dalem?" Kaget mendengar panggilan itu, Marcus tiba-tiba muncul dari belakang. Rupanya, sejak awal Marcus sudah ada di depan pintu, menunggu siap berangkat bareng.

"BUNDAA!" Aelrish kembali berteriak keras karena terkejut, hampir saja dia menjatuhkan boneka kesayangannya.

"Jangan teriak-teriak, Yis," ucap Bunda menenangkan.

bocah cadel; remake.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang