PROLOG

117 53 6
                                    

Welcome new story!!

Terimakasih buat kalian yang masih mau mengikuti jejak Pie sampai kecerita kedua ini. Maaf pie bikin cerita baru, tidak bisa lanjutkan cerita pertama pie benar minta maaf ya<3

Sebagai gantinya pie sudah buatkan cerita baru, walau tidak bisa seperti yang lama tapi bisa menghibur kalian semua.

Absen yuk!!

Buat yang baru join, ketemu cerita ini lewat mana nih??

👉 Fb?
👉 Instagram
👉TikTok
👉Mandiri
👉Atau dapat rekomendasi?

Folow Instagram kami:
@mngyuuu_
@miniiipieee

Note: Baca awal cerita berarti siap kawal sampai akhir.

Tandai typo, maaf bila ada kesamaan nama, tempat, ataupun yang lainnya mungkin karena tidak di sengaja. Murni karya sendiri, anti plagiarisme.

Happy Reading ♥️
Budayakan folow sebelum membaca ♥️

Peringkat umum Tiga  besar
SMA PELITA BANGSA

1. Althur Elang Narayana (3450 poin)
2. Ayu Ella Mahayani (3200 point)
3. Devan Adigangga (2999 point)

"WOY! JUARA SATU BRO!" Teriak heboh seorang yang berada di depan Mading dengan keras, bahkan mereka berdua bertos dengan senang dan riang gembira.

"Gila Lo, Thur. Lo bisa ngalahin Ella sekarang," ujar Zael— siswa dengan pakaian ombrak-ambrik, yang sejak tadi berteriak dengan heboh tidak jelas, sehingga mereka menjadi pusat perhatian sekarang.

Sementara orang utama yang berada di sana hanya diam, menatap Mading dengan tatapan sulit diartikan. Ada yang ingin ia sampaikan, namun sangat sulit untuk dia utarakan. 

"Yaelah, udah dapat juara satu juga gak ada senang-senangnya," balas seorang gadis yang berada di samping mereka, setelah bersorak heboh dengan Zael namun pemeran utama sama sekali tidak ada respon.

"Gue gak butuh juara satu," jawabnya cuek, membalikan badan mulai melangkahkan kaki untuk pergi dari area masing. Sementara kedua temannya, menatapnya dengan heran.

"Eh marmut! Lo ya kurang bersyukur banget, banyak di luar sana yang mau dudukin pringkat Lo sekarang. Masa lo—"  ucapannya terpaksa terhenti, ketika siswa yang diajaknya bicara membalikan badan dan menatap matanya dengan tajam.

"Peringkat pertama gak menjamin, kalau gue bakal sukses ke depannya!"

Dia Althur, Althur Elang Narayana siswa yang terkenal akan kepintaran dalam seni lukis. Bahkan hampir seluruh sampul majalah Althur yang membuat dan mendesain sendiri.

Namun terlihat jika Althur tidak suka dengan peringkatnya tersebut, bahkan ada yang berusaha mati-matian belajar untuk menduduki peringkat itu.  Tapi tidak dengannya, tidak ada arti peringkat satu Dimata Althur.

"Tapi setidaknya, Lo ada pengalaman pegang peringkat itu kan?" Ujar nya lagi, namun Althur hanya mendesah dengan kesal.

"Gue gak butuh peringkat!" Balas Althur, dia kembali melanjutkan langkah menuju kelas tanpa ingin menghiraukan ucapan kedua temannya itu.

ATHALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang