01. AWAL BERMULA

66 51 3
                                    

"Malam memang menakutkan, tapi malam yang bisa membuat tenang"

~~~~~

Malam yang indah, dengan sinar rembulan yang menerangi kegelapan. Kelipan bintang di langit, menambah keindahan angkasa pada malam itu.

Suara burung hantu saling bersahutan, terdengar menyeramkan. Namun sebaliknya, jika malam itu membuat ketenangan yang mendalam.

Seorang gadis berusia 17 tahun, duduk di sebuah rooftoop apartemen. Dengan pandangan kosong, menatap ke depan tanpa sadar. Jalan raya sudah kian menyepi, karena waktu sudah memasuki pukul setengah dua belas malam.

Gadis itu tak lain adalah Ella, yang di marah habis-habisan oleh Hansel hanya karena sebuah angka. Bahkan tangan Ella sekarang membawa sebuah buku tebal, yang di berikan oleh sang ayah.

"Ngelamun gak bakal bikin materi masuk ke dalam otak." Sebuah suara membuyarkan lamunan Ella, dia menoleh ke samping tepat di pojok roftop apartemen berdiri seorang pria memakai Hoodie hitam.

"Lo ngapain disini?" Tanya Ella dengan nada ketusnya, ia kembali menatap ke depan rasanya malas untuk melihat pria itu.

"Setengah dua belas malam, Lo tahu kalau disini pernah ada aksi bunuh diri karena lelah menjalani hidup. Dan gue cuma memantau Lo aja, kalau Lo gak bakal ngelakuin hal yang nekat," jawabnya dengan suara dinginnya, pandangannya tak pernah tertuju kepada Ella. Kedua tangan dimasukan ke kantong celana, rambutnya sedikit bergerak terkena hembusan angin malam.

Ella berdecak dengan sebal, mendengar ucapan pria itu. "Gue gak sebodoh itu, buat ngelakuin hal nekat," balas Ella, ia masih memiliki otak normal.

Pria itu hanya menganggukan kepalanya, kini pandangan mata nya tertuju kepada Ella. Kakinya mulai melangkah, mendekati Ella yang masih menatap ke depan.

Ella menoleh, bertepatan dengan itu matanya bertemu dengan mata elang milik pria itu. Setelah sekian menit mereka saling pandang, Ella mengalihkan pandangannya ke lain arah.

"Lo dimarah lagi?" Ella memejamkan matanya, ia menggigit bibir bawahnya dengan kuat.

"Van, Lo jangan bahas itu sekarang!" Ujar Ella dengan nada tertekan, Devan-nama pria itu hanya menganggukan kepalanya dengan paham.

"Papa Lo itu keterlaluan, selalu nuntut Lo berlebihan yang sama sekali gak Lo suka," kata Devan, ia memutar tubuhnya agar bisa kembali menatap ke arah jalan raya yang kosong

"Gue suka, Lo gak usah sok tau," balas Ella, dia mengambil buku-buku yang dia bawa. Ella hendak pergi, namun suara Devan menghentikan langkahnya.

"Jangan paksa diri Lo dari sesuatu yang Lo gak bisa, karena itu bakal nyiksa diri Lo sendiri. Mungkin sampai mati baru Lo tenang." Tangan Ella mengepal mendengar ucapan itu

"Lo gak tahu apa soal gue Devan, jadi berhenti beramsumsi kalau gue tertekan karena bokap gue!" Bentak Ella, tatapan tajamnya menatap Devan. Dia menjadi tidak mengerti dengan ucapan Devan, yang semakin tahu tentang dirinya.

Devan membalikan badannya berjalan mendekati Ella, bahkan dengan jarak yang sangat dekat.

"Gue tahu, Ayu Ella Mahayani siswa yang selalu mementingkan nilai daripada perasannya sendiri! Paham Kan maksud gue?"

***

Tring!!!

Bel masuk kelas berbunyi, setelah siswa libur satu bulan penuh kini mereka kembali untuk sekolah seperti biasa. Namun ada yang berbeda dari kali ini, yaitu banyaknya adik kelas yang bertambah, karena mereka juga sudah selesai MPLS.

ATHALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang