"Masa depan anak-anak mau di bawa mana? Bawa mati?"
-N.***
Plak!
Sebuah tamparan mulus mengenai pipi Devan. Devan memejamkan matanya, menahan rasa perih yang dia rasakan. Namun Devan tau, rasa perih di pipinya tak sebanding dengan apa yang di rasakan Ella.
Mata berkaca-kaca Ella menatap mata Devan, ia berusaha untuk menahan air matanya agar tidak keluar. "L-lo, manusia paling sok tau tentang kehidupan gue!" ketus Ella.
"Lo seolah paling ngerti kehidupan gue, PADAHAL SEMUA ITU OMONG KOSONG!"
"Omong kosong apa lo nutupin kesedihan yang ada pada diri Lo?"
Deg!
Ella terdiam, mendengar perkataan Althur. Tangan Ella mengepal sempurna, suara langkah kaki Althur yang mendekat membuatnya menoleh ke belakang.
Althur berdiri tepat di belakang tubuhnya, tubuhnya yang lebih tinggi dari Ella, membuat Althur sedikit menunduk. Tangannya mengusap air mata Ella yang sedikit terjatuh
"Lo gak usah sok kuat, gue tau Lo lemah," balas Althur dengan suara santainya.
Ella terkekeh dengan sinis. "Gue paling benci, orang yang sok tau kehidupan gue dan sok peduli sama hidup gue," ujar Ella, matanya melirik Devan yang menatapnya sejak tadi.
"Dan buat Lo!" Ella menunjuk Althur, tatapan tajamnya bertemu dengan tatapan elang Althur. "Gue gak butuh belas kasihan dari Lo, cewek egois kayak gue gak butuh bantuan dari siapapun."
Ella menjeda ucapannya, ia menarik nafas dalam-dalam. "Sekalipun lo gak mau ikut lomba, gue gak peduli. Orang pinter bukan cuma lo doang!"
"Tapi yang bisa ikut lomba ini cuma gue!"
Ella yang hendak pergi, menghentikan langkahnya. Ia kembali membalikan badannya, mendengar ucapan Althur. Terdengar kekehan kecil, yang keluar dari mulut Ella.
"Apa? Cuma Lo doang?" Ella menggelengkan kepalanya. "Gue gak butuh!"
Althur menarik tangan Ella dengan kencang, Ella yang tak dapat menahan keseimbangannya langsung berada di pelukan Althur. Jarak mereka sangatlah dekat, bahkan Ella bisa merasakan deru nafas Althur.
"Mau lo butuh gue apa gak, gue bakal ikut lomba itu. Kita bisa belajar bareng?"
***
bugh!
Suara hantaman pada tembok terdengar sangat keras. Seorang pria tampak sangat marah, tangannya mengepal dengan sempurna. Bahkan tatapan matanya terlihat sangat seram
"Kenapa gue care sama manusia kayak dia? TOLOL BANGET!" bentaknya pada dirinya sendiri, ia menarik rambutnya dengan kasar.
"Lo manusia tolol Althur! Lo ngapain sok peduli sama orang yang sama sekali gak Lo kenal?"
Ya, dia Althur. Setelah pulang sekolah tadi, dia sangat kepikiran dengan ucapannya bersama Ella. Apa yang merasuki Althur, sampai dia berbicara seperti itu?
Althur duduk dengan tatapan kosong di tepi ranjang. Hidupnya sunyi, hampa, kosong tidak ada siapapun. Kekosongan ini membuat Althur malas, untuk berurusan dengan siapapun.
Namun apa jadinya, jika ucapan Akhir di rooftop tadi di sekolah? Dia memang gila.
"CK!" Althur berdecak dengan sebal. "Stres gue!"
ting!
Althur melirik ponselnya yang ia lemparkan sejak tadi, dengan cepat tangannya mengambil ponsel itu. Membaca sebuah pesan, yang masuk dari ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA
Teen Fiction"Gue gak tahu pasti benar apa enggak, wajah Lo Ella ada di lukisan canvas Althur." *** Ayu Ella Mahayani kerab di sapa Ella, mungkin tidak asing lagi di telinga anak SMA pelita harapan. Gadis berusia 17 tahun yang sudah menyumbangkan banyak prestasi...