03. GUE EGOIS?

60 52 15
                                    

Hai Selamat datang, semoga suka dengan cerita aku yaa!!

Jangan lupa Vote!

-Hidup Cuma Sekali, Tapi Masalah Datang Berkali-kali-

***


Malam hari yang indah, bintang bertaburan  banyak di atas langit. Namun keindahan sama sekali tidak dirasakan oleh Ella, dia justru kepikiran kepada Nila—sang kakak yang selalu merasa di bandingkan oleh orang tua mereka.

"Kak," panggil Ella, kini dirinya berada di halaman belakang rumah mereka. Sehingga posisi mereka berdua, bisa di lihat oleh orang di jalan raya.

"Ngapain Lo kesini? Puas setelah apa yang Lo lihat tadi?" Tanya Nila dengan ketus, Ella hanya bisa diam menatap tubuh Nila dari belakang.

Nila membalikan badannya, langsung menatap Ella dengan tajam. "Gue benci sama Lo, La," tajam Nila, menatap wajah Ella dengan nyalang.

Ella tersenyum sinis, dia mengalihkan pandangannya ke lain arah. Kakinya melangkah, mendekati sebuah kursi putih yang panjang lalu duduk di sana dengan pelan.

"Kita sama-sama capek kak, cuma dengan cara yang berbeda," ujar Ella, tanpa menatap ke arah Nila.

"Capek? Lo capek apa? Capek selalu di banggain? Capek selalu di utamain?" Balas Nila dengan cepat, bahkan di sertai dengan kekehan pelannya.

"Lo semua udah di siapin sama bokap nyokap, sementara gue? Selalu di salahin Mulu!"

"Karena apa yang kakak lakuin salah!" Balas Ella dengan nada meninggi, kini pandangannya menuju Nila. "Kak, kakak keluar jam kuliah hanya untuk jam pemanah kakak yang kakak selalu gagal bukan? Itu yang buat—"

"Emang Lo udah bisa jadi penulis? Bukannya hobi Lo nulis?"

Deg!

Ella langsung terdiam, mendengar apa yang di katakan oleh Nila. Memang Ella suka dengan menulis, namun semua itu telah terhalang.

"Lo juga sebenarnya sama kayak gue, bedanya Lo lebih nurutin keinginan mereka dibanding isi hati Lo sendiri!" Tajam Nila.

Nila menggeleng. "Gue gak bisa, cita-cita gue di Pemanah bukan jadi anak kantoran. Mereka gak berhak ngatur apa yang gue suka," sambung Nila, bahkan Ella yang bisa diam menatap wajah Bila yang menatapnya dengan penuh kebencian.

"Lo itu gampang Ella, dimana-mana udah dapat beasiswa bahkan kalau Lo mau kuliah tinggal masuk aja udah di terima," kekehnya Nila lagi.

Ella mengusap wajahnya dengan kasar, mendengar semua yang di katakan oleh Nila. "Kakak usaha pasti semua bisa, aku juga udah—"

"Usaha karena tuntutan orang tua?" Sela Nila, dia langsung tertawa dengan keras. "Lo bodoh! Think about your own feelings! Bukan mementingkan perasaan orang lain!"

***

Suasana pagi di sekolah SMA Pelita Harapan, sangatlah ramai. Siswa-siswi sangat antusias untuk datang kesekolah, bahkan tak ada kata TELAT sedikitpun di kamus mereka.

Tak jarang jika SMA Pelita Harapan menjadi sorotan publik, selain memiliki siswa yang berprestasi, sekolah itu juga dikatakan sekolah dengan nilai kedisiplinan paling tinggi.

Ella baru saja sampai di sekolah, seperti biasa Hazel yang mengantarkannya. Langkah Ella terhenti, ketika ia melihat seorang pria yang tengah menggambar di sisi lapangan sekolah.

Ella terus menatapnya, hingga empunya menoleh ke arah Ella. Dengan cepat, Ella kembali berjalan menuju kelasnya.

"Ella!" suara teriakan dari Abel menggema di koridor sekolah, Ella melihat Abel yang berlarian sangat kencang dari jauh. "Lo harus liat loker Lo!"

ATHALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang