1. Mahadewi dan Ajudannya

67 7 0
                                    

Perempuan selalu benar
Atasan tidak pernah salah
Apabila Atasanmu perempuan
Tamat riwayatmu

***
Anjani jasmin

Karyawan teladan yang selalu datang tepat waktu. Dia tiba di depan pintu tepat jam Tujuh lebih Lima Puluh Delapan. Hampir setiap hari selama dia bekerja, dia selalu datang hampir mendekati waktu masuk, kecuali hari pertama bekerja. Itupun kurang lebih tiga taun lalu, setelahnya dia berangkat selalu mepet.

"Karyawan teladan udah dateng bray" Iren Berseru melihat jarum jam yang menunjuk pukul delapan tepat. Sudah bukan rahasia umum lagi seorang anjani berangkat jam lurus.

"Ngga kaget gue,kalo dia masuk jam tujuh baru gue takut" Balas bang Doni yang langsung mendapat jitakan dari Jani.

"Enak aja, gue juga bisa kali berangkat pagi. Cuma ya males aja. Lagipula gaji gue ga nambah kalo berangkat pagi"

"Eh oneng,bukan nambah engganya gaji. Lo pikir lo kucing nyawanya sembilan? ---"

"--- Keselamatan lo lebih penting daripada ugal - ugalan" Lanjut Jani memotong Nasihat bang Doni.

Bang Doni menggelengkan kepala lelah melihat rekan kerjanya, sementara Iren memaklumi kelakuan ajaib Anjani yang menurutnya sudah biasa.

"Udah tau manusia begitu, masih aja ga kapok lo bang buat nasihatin ish ish---" Iren menepuk pundak bang Doni Menyemangati sembari menyaksikan Jani yang sudah meninggalkan mereka di Lobby.

"Jangan semangat, nyerah aja" Lanjut Iren mengejeknya lalu berlalu meninggalkan bang Doni yang masih tidak habis fikir dengan kelakuan dua juniornya.

Bang Doni memang selalu begitu. Ia begitu peduli pada semua rekannya, dan terkesan santai. Meski nasihatnya kadang dianggap angin lalu oleh rekannya, seperti Jani dan Iren.

Bekerja di kantor yang satu paket dengan pabrik memberikan banyak pelajaran dan pandangan hidup. Banyak bermacam karakter manusia di sini. Dari yang paling wajar sampai yang di luar nalar.

Namun Bekerja di sini cukup membuat siapapun betah, disebabkan tunjangan dan THRnya yang tiga kali lipat belum lagi tunjangan jabatan maupun masa kerja. Membayangkan kaya sekali dalam setahun memang menyenangkan, tapi ya setara dengan menukar mental yang berusaha tetap waras dibarengi tangisan sambil berucap "Ya Allah ya Allah".

***

"Lo tau ga? Anak packing kemarin kegep loh ---"

"Kalian dibayar buat kerja bukan ngomongin orang"

Belum selesai Ita melanjutkan omongannya,terpotong oleh Mahadewi Hajah Siti. Alhasil semua yang tadi mendengarkan Ita membubarkan diri kembali ke kubikel masing - Masing.

Bu Siti Rohmah adalah Kepala staff yang berkuasa di sini. Tanpa titahnya semua tidak bisa berjalan. Dan harus dengan titahnya semua yang berkerja di sini. Bahkan untuk mengisi tinta printer pun harus se izinnya. Padahal di Departemen lain tidak separah ini, namun di Departemen ini sesibuk apapun Bu Hajah Siti, harus seiizinnya. Bila perlu harus menunggu dia tidak sibuk.

Pernah suatu ketika aku mengirimkan Update data pengeluaran terbaru tanpa  bicara padanya, Esoknya langsung dipanggil ke ruangannya.

Perkara dia belum menerima revisi dari orang sebelum aku. Beruntungnya saat itu aku masih seminggu berkerja, jadi masih aman.

Dan Rekanku banyak menasehati jika harus hati - hati saat berhadapan dengan bu Hajjah Siti. Selain panggilan bu Hajjah, Kami memanggilnya Mahadewi karena prinsip dia harus selalu benar.

Bekerja dengannya sama saja harus memanjangkan usus sepanjang mungkin. Ada saja hal ajaib yang selalu membuat kejutan kami tiap bulan. Ya tiap bulan,jika tiap hari mungkin kami yang berkerja dengannya akan mati berdiri.

Februari kemarin giliran Bang Ilyas, April kemarin giliran bang Doni dan Mei masih menjadi Rahasia. Sebab hari apes tidak ada dikalender bukan?.

***

"Stres gue kalo gini caranya" Aku membanting laporan bulanan ke kubikelku dan memancing berbagai pasang mata menatapku, aku langsung menenggelamkan diri,menekuk lututku dan bersimpu di lantai bawah kubikel.

"Mahadewi ngapain lo?"

Kudengar bunyi heels yang mendekat. Suara Iren menyambar, ku dongakkan kepala "Biasa, laporan stock opname minta diganti. Dan parahnya List barang minta diganti. Mahadewi minta ditambah barang. Sementara lo tau sendiri kan produksi baru jalan kemarin. Gue nyari 10.000 kodi barang dimana Ren? Apa gue kerahin jinnya bandung bandowoso aja kali ya?" Rancuku frustasi.

Tidak menyangka bulan apes ini jatuh ditanganku. Mahadewi membuat titah ajaibnya kepadaku.

Mimpi apa aku semalam, hingga hari ini bayangan kacamata hitam tebal Mahadewi bu Hajjah Siti terus terpampang diingatan, terlebih titahnya tadi yang terus terniang.

"La tahzan innallaha ma'ana " Sahut bang Doni di ujung "--- Di kasih waktu berapa lama Jan?" Lanjutnya lagi

"Empat hari, paling lama seminggu bang" Jawabku lesu mengingat titah Mahadewi.

"Bener - bener ya tu orang. Curiga gue emang lakinya ga cepet stroke punya bini kayak gitu, dipikir di surga kali ya. Barang sepuluh ribu kodi banyak banget kali" Iren ikut emosi menimpali target yang dibuat.

"Udah udah, kalo kalian adu mulut terus ga bakal kelar. Diem dulu Iren" Sela bang Dony

"--- Target produksi perhari bisa berapa Jan?" lanjutnya bertanya

"seribu pieces  kalo gaada gangguan bang" Jawabku lemas

"Esmtimasi orang berapa?"

Kepalaku hampir pecah, ingin rasanya aku menjerit. Ditambah bang Dony yang terus mencercaku dengan beragam pertanyaan.

"500 orang dibagi tiga shift."

"Oke,gini. Sekarang Lo ajuin data lembur sekarang. Estimasi 200 orang. Jaga - jaga kalo ada yang gabisa lembur. Satu shift Lo atur mau berapa orang. Tapi sebelum itu pastiin ada mesin kosong yang bisa dipakai. Jangan lupa data helper buat lembur. Abis itu lo ngadep Bu siti minta dia acc Saran Bang Doni.

Aku melihat dia seksama, benar juga katanya. Daripada frustasi tidak jelas, tidak akan menyelesaikan apapun.

"Terus kalo ga di acc bang?" bayangan terburuk menghampiriku

"Pilihan Lo dua Jan, Lo Gantung diri atau Lo gantung tu bu hajjah" Seloroh Iren disertai tawanya yang menggema dan langsung ku lemparkan botol kosong di mejaku mengenainya.

Tiba - tiba aku teringat sesuatu, "Lo disuruh ikut bantuin gue, Kita paroan" Lanjutku lesu

"Ogah gue, buat lo semua gue iklas" seloroh Iren tak terima.

"Kan ga mungkin Bu Siti ngasih deadline cuma buat Lo. Pasti dia numbalin orang juga haha" Bang Ilyas ikut menimpali obrolan kami, sedari tadi ia diam menyimak. Sepertinya dia tahu aku sudah agak tenang.

"Pokoknya mau ga mau Lo harus mau, ini Titah Ren"

Terdengar bunyi ponsel berdering, aku melirik tangan Iren. Ternyata ponselnya yang berbunyi, ku lirik ponselnya

Demit is calling

Nama itu muncul, diikuti dengan Mata Iren yang melolot kaget, sepertinya aku tau sesuatu.

"Mampus gue" Dengan lemas Iren mengangkat telfonnya.

Well, selamat datang di realita kehidupan dimana kita yang kerja tetep aja bos yang banyak duitnya

To be Continue
Pekalongan, 04 Juni 2023

Alhamdulillah bisa comeback,semoga bisa selesai sampai akhir hihi. Selamat membaca ya,semoga suka.

RECHARGE ENERGYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang