4. Jodoh itu apa?

26 4 0
                                    

Orang lain Bertemu kemudian bersatu
Kalo aku harus mbulet dulu

***

"Dipanggil Mahadewi Lo sama Iren"

Baru saja pantatku mendarat dikursi kebesaran, Bang Ilyas mengagetkanku.

"Ada apa lagi si Bang? Prasaan kemarin udah target terus juga udah masuk container?" 

Bang Ilyas mengedikkan bahu acuh, sementara Jemari Iren yang tadi mengentry keyboard terhenti.

"Tu demit kayaknya mesti gue kasih sajen deh. Biar ngga manggil - manggil orang seenaknya" Ujar Iren lalu berdiri.

Melangkahkan kaki ke Ruangan Mahadewi sama saja menumbalkan diri. Antara dua, ada kesalahan atau mendapat tambahan. Ya tentunya tambahan beban pekerjaan.

"Ayo, kelamaan bisa - bisa ditumbalin kita" Aku beranjak dengan gontai,mengekori Iren yang melangkah di depan.

***
Mata tajam di balik bingai oval itu menatap, si empunya tersenyum penuh makna. Bukan senyuman memabukkan seperti di novel - novel asmara. Melainkan senyuman peringatan terkait bahaya di depan.

"Silakan duduk Anjani, Irena" Tangannya membetulkan bingkai kacamata seraya memandang ke dua staff nya bergantian.

Sementara Jani dan Iren mengkode tangan, agar salah satu mengalah mengikuti instruksi. Persis seperti anak SD yang ditunjuk untuk mengerjakan tugas di depan.

Jani menang, sementara Iren mengalah duduk di depan Maharani persis. Sementara Jani di sebelahnya, agak bisa mengambil nafas. Setidaknya Netra Jani tidak bertubrukan langsung dengan Mahadewi.

"Langsung saja, saya mengucapkan selamat. Kalian berhasil mencapai target dari saya. Dan berhubung kalian bisa, bulan depan saya akan naikkan target dua kali lipat".

'shit' batin Jani mengumpat

Ingin Jani memaki atasannya, namun urung dilakukan. Akal sehatnya masih berfungsi. Setidaknya, ada cicilan rumah yang sedang menantinya.

"Engga saya bercanda, Irena..." Ada jeda sebentar lalu membenarkan letak kacamatanya "...Anjani, kalian seperti mau menelan saya mentah - mentah" lanjutnya.

'Mending gue mutilasi dari pada Gue telen. Lagian siapa juga yang doyan daging lo' Batin Jani Bermonolog.

Iren hanya menatap gusar Anjani dan Beralih tersenyum canggung menatap Mahadewi Bu Hajjah Siti.

"Sebenarnya sejauh pemantauan saya, kalian cukup baik kinerjanya. Jadi saya harap kalian terus tingkatkan lagi. Dan ya, untuk kamu Irena, saya harap kamu perbaiki absen kamu."

Iren memang kerap izin, alasannya keperluan keluarga. Yang entah Jani dan kawan - kawannya tak tahu, keperluan apa yang dimaksud. Karena setau Mereka, Irena belum berkeluarga. Namun dalam satu bulan bisa izin sampai enam kali.

"Baik bu"

"Kalian boleh kembali"

Jani dan Iren saling tatap. Tanpa pikir panjang mereka meninggalkan ruangan dengan perasaan lega. Entah maksud apa Mahadewi memanggil mereka. Namun,dengan tidak memeberikan pekerjaan tambahan saja rasanya sudah sujud syukur.

***

"Bang, menurut Lo jodoh itu apa?"

Ilyas yang sedari tadi memperhatikan ponselnya, berhenti sejenak. Melirik Anjani dengan minat.

"Ta, tolong cek kepala Jani. Kali kali panas atau kebentur?" Intruksinya pada Ita.

Ita menurut, belum sampai tangan itu dikening Jani. Anjani menangkisnya,

"Ishh. Lo pikir gue demam?!" Gerutunya kesal

"Engga, gue pikir lo sawan" Terdengar kekehan bang Ilyas dan Ita.

"Sembarangan Lo, Gue masih sehat wal afiat alhamdulillah"

"Mba Jani tumben tanya Jodoh? udah suka cowok mba?"

Ita memang terkenal polos,saking polosnya sampai membuat orang lain gedek karena ulahnya.

"Lo pikir gue Lesbi?!"

"Gosipnya si gitu Mba."

Ita menjawab tanpa rasa bersalah, sementara mata Jani hampir keluar dan siap menerkam Ita. Sementara Bang Ilyas yang melihat situasi itu segera sadar. Ia menyenggol lengan Ita menyuruhnya cepat pergi dari hadapan Jani.

Beruntung,Ita yang biasanya Lola kali ini langsung peka. Dan berjalan pelan. Lalu setelah agak menjauh Ia lari terbirit.

Jani menetralkan pandangannya. Tak minat juga mengejar Ita.

"Ga usah didengerin. Lo juga tau Ita spesies jenis apa" Bang Ilyas mencairkan keadaan.

"Hmm... emang bener ya bang. Gosip dari Ita? secara dia kan orang paling lurus kalo ngomong juga banyak benernya"

"Bener bener kelewat bego si iya, Sebenernya bukan gosip lo Lesbi si. Tapi ga minat sama cowok. Tapi kalo gosip Ita tadi gue kurang tau. Gue ga pernah gosip soalnya"

Jani mengangguk, Ia tak ingin memperpanjang sesuatu yang menurutnya tidak penting.

"Ngomong - ngomong lo tanya jodoh kenapa? udah bisa buka hati?"

Jani terkesiap. Ia kaget dengan pemilihan kata Ilyas. "Lo kok bisa nilai gitu?"

"Ada dua kemungkinan perempuan susah dideketin. Satu dia punya trauma atau yang kedua ngga suka pria. Dan dari yang bisa gue simpulin, Lo masuk golongan pertama" Jawab Ilyas yakin.

Jani manggut - manggut mengerti. Mengalirlah cerita keluh kesah Jani dan Bang Ilyas.

Dia menceritakan kegelisahan hatinya, dan semua omongan - omongan yang pernah didengarnya.

"Tumben banget Lo denger kata orang?"

"Gue sadar, hidup di masyarakat susah susah gampang. Sebenernya Gue pengen balik ke tempat asal gue"

Raut Jani terlihat serius saat mengucapkan itu. Sementara kedua alis bang Ilyas mengkerut,

"Gue mau balik kayangan"

Pekalongan, 05 Oktober 2023
To Be continue

RECHARGE ENERGYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang