Cari cowok harus yang 3T
Taqwa Tampan Tajir
- Ibu NegaraUntaian 'kata kata mutiara' yang terus keluar dari bibir Ibu Negara. Sementara seseorang yang mengekor dibelakangnya pura - pura tuli agar tidak mendengar kebisingan yang tercipta.
"Ibumu kenapa Nduk? Pulang - pulang bukannya salam malah kayak burung beo"
Suara nyaring alat pemotong bahan sudah dihentikan. Bos besar melirik putrinya yang acuh dan mencebik,
"Biasa Yah, Obatnya abis" Jawabnya cuek lalu berlalu ke kamar .
"Itu anak ya, dibelain bukannya makasi malah ngomong sembarangan. Ayah anakmu kui loh, mbok dikandani. (Ayah, Anakmu itu, tolong dikasih tahu)"
"Ibu ngapain Jani lagi si?" Ayahnya menggelengkan kepala lalu kembali melanjutkan kegiatannya.
Sementara Sang Ibu menghentakan kaki kesal karena tak digubris oleh kedua orang tercintanya.
Helaan nafas keluar dari mulut Jani, Ibunya benar sudah membelanya didepan banyak orang. Tapi dia jenggah mendengar dumelan ibunya. Apalagi sewaktu tadi Ibunya memberi petuah harus mencari suami yang 3T. Membuat Jani menggeleng pusing.
"Boro - boro nyari yang tiga te Mak, Ada yang mau aja udah syukur" Batinnya bergumam.
Weekend kali ini banyak menguras tenaga Jani. Jika biasanya dia full rebahan. Kali ini ia menjadi lebih Produktif. Dimulai dari bangun untuk melaksanakan Titah Ibu Hajjah Siti, dilanjutkan dengan kerandoman Ibu Negara.
Terkadang Jani sendiri bingung, Mengapa dia dikelilingi Orang - orang yang Unik. Termasuk dirinya sendiri. Bersyukur sang Ayah masih cukup waras untuk mengontrol dua perempuan kesayangannya.
***
Badannya mengeliat, memunculkan bunyi 'Bruk'. Separuh kesadarannya telah kembali, mata yang sedari tadi terpejam kini melebar.
"Aduhh.." Ringisnya memegangi pantat yang terasa sakit.
Nafasnya yang tadi memburu kini mulai teratur, diedarkannya pandangan menuju arah jarum jam membentuk sudut lancip, lalu beralih menuju dipan yang menyangga tubuhnya.
"Sial, Bisa - bisanya Gue Jatoh" Umpatnya kesal.
Seingatnya tadi ia sedang scroll ponsel. Namun sudah menjadi kebiasaan, dimana ponsel menyala sementara siempunya terlelap.
"Masih ada waktu" Gegas Jani menyambar handuk.
Lima menit berlalu ia kini rapi dengan Training kebanggaan dan kaos lengan panjang serta hijab sport kesayangannya. Tak lupa earphone bluetoth yang sudah nangkiring di kedua telinganya.
"Eh... anak perawan mau kemana sore - sore gini?"
Suara yang tadi membuat Jani Badmood Langsung muncul begitu Jani membuka pintu depan rumah. Dilihatnya Sang Ibu tengah menyiram tanaman.
"Mau nyari sugihan"
Jani melenggang pergi tanpa memerdulikan jawaban Ibu Negara. Jani sendiri kadang sadar, tingkat kesopanannya pada orangtua minim. Tapi jika terus disauti ibunya pasti akan terus menjawab dan waktunya akan habis meladeni kerandoman ibunya.
***
Udara paling bagus sebenarnya pagi hari, dulu sebelum bekerja Jani masih menyempatkan waktu sepekan sekali jogging atau hanya berkeliling taman. Sebenarnya bukan niat, Jani hanya tak ingin tubuhnya tidak sehat. Sebab semasa dia jobless kegiatannya hanya bergonta ganti gaya rebahan. Sangat nyaman, dan manusiawi bukan?.
Tapi selepas ia meninggalkan gelar pengacara , Boro-boro sempat jogging, rebahan nyaman tanpa gangguan saja sudah sujud syukur.
Sebenarnya Jani menikmati hidupnya. Sangat menikmati meskipun hidupnya gini - gini aja. Dan meskipun dia yang berkeja yang kaya tetap bosnya.
Taman ini selain terdapat stadion yang digunakan untuk Jogging terdapat pula Food Area. Berbagai macam makanan ringan sampai berat tersedia disini. Bahkan tak jarang, saat weekend seperti ini akan berubah menjadi tanah abang. Dimana apapun yang dicari akan dapat ditemukan disini. Kecuali Jodoh.
Sudah lima kali Jani memutari Stadion, keringatnya mengucur dipelipis. Napasnya terengah, ia mencoba duduk di tepian sambil menenggak minuman yang tadi ia beli.
"Uangnya Jatuh Mba"
Jani mendongkak, Menatap seseorang yang menjulang tepat di sampingnya. Seseorang itu tingginya sekitar 175 cm dengan rambut dikuncir. Wajahnya samar sebab tertutup pantulan sinar.
Jani menoleh ke samping,di dapatinya uang satu lembar seratus ribu, tak jauh dari tempatnya beristirahat.
"Oh iya, Maaf mas tapi bukan uang saya." Jani langsung berdiri berniat melanjutkan larinya.
Orang itu mengejar, mensejajari langkah Jani. "Kirain itu uang kamu, soalnya tadi kamu ada di sana"
"Bukan Mas, mungkin punya orang jatuh. Atau engga pancingan kali" Sahut Jani sekenanya.
Ia tak mau ambil pusing juga tak mau terlalu dekat dengan orang asing. Jani sedikit menghindar membiarkan pria tadi mendahuluinya. Syukur - syukur dia tidak bertemu orang itu lagi.
Namun sayang, saat ia kembali ke tempat ia meletakkan minuman. Orang itu duduk di sana, Ia tersenyum melihat Jani, Menampilkan lesung pipit yang menurut Jani manis.
"Permisi Mas, saya mau ngambil minum saya"
"Kayaknya kamu bener, itu uang pancingan. Buktinya gaada yang ngambil"
Bukannya bergeser mempersilahkan, Laki - laki itu mengalihkan pembicaraan. Jani bukan perempuan bego, ia tau maksud lelaki ini.
"Hmm, Minumnya ambil aja mas. Daripada saya kesusahan ngambilnya".
Jani berbalik hendak meninggalkan Laki laki itu, namun otaknya mencerna yang tidak - tidak.
"Loh Kok balik lagi Mba?" Alis Lelaki itu terangkat satu
"Ngga jadi mas, kayaknya saya haus" Jani langsung menyambar botol minumnya lalu menjauh dari laki - laki itu.
Sementara dari kejauhan, Lelaki itu mengamati Jani sampai tubuhnya benar - benar menghilang dari jangkauannya "Menatik" gumam lelaki itu pelan.
***
Jani bergidik ngeri memikirkan hal tadi, sudah bukan rahasia lagi jika ada uang berserakan di sana. Ya, bisa dibilang uang pancingan bagi yang melakukan ritual - ritual tertentu.
Dan menurut cerita - cerita yang santer terdengar, bagi yang menemukannnya akan jatuh sakit bahkan ada yang sampai meninggal.
Semntara Jani sendiri tak terlalu memusingkan hal itu, selagi ia Beriman dan Percaya akan Tuhannya ia tak takut. Apalagi jika dia tak salah. Namun lebih baik menghindarinya bukan?
Dan tentang laki - laki tadi, Jani tidak habis fikir, mengapa akhir pekan ini dilengkapi dengan hal random yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Semua seperti diluar nalar.
'mengacaukaan saja' Batinnya bersuara.
"Setan sama manusia akhir - akhir ini sama saja".
Ia sengaja menghindar, selain orang asing, dirinya tak terlalu suka didekati orang apalagi yang sok kenal. Apalagi maraknya kasus - kasus kekerasan maupun pemerkosaan. Ya meskipun orang tadi tampan,tapi sifat seseorang tidak ada yang tau bukan?.
Meskipun dirinya jomblo lama, tapi kualitasnya harus tetap terjaga. Orisinil dan terpercaya.
Pekalongan,29 Juli 2023
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
RECHARGE ENERGY
ChickLitDunia ini tempat ujian. Apalagi jika seorang ANAK PERTAMA PEREMPUAN TUNGGAL. Ditambah umur sudah mendekati 30an dan belum memiliki pasangan. Hal itu dianggap beban pikiran bagi tetangga dan keluarga besar Jani. Hidup di lingkungan bersama dengan ora...