Kalo udah ga kuat
Tonjok aja gapapa***
Berkutat dengan laporan dan deadline menjadikan seorang Anjani jasmin seperti singa yang siap menerkam mangsanya.
Bagaimana tidak? Hampir sepekan dia dibuat kewalahan,terlebih Iren yang tidak banyak membantu karena banyaknya kesibukan yang dijadikan alesan."Besok weekend gimana progressnya Jan?"
Sosok tinggi menjulang itu mengagetkanku, ia tiba - tiba berdiri di belakang kursi tempatku duduk.Pundaku melemas, tenagaku hampir habis menjalankan titah Mahadewi, "Entahlah Bang, masih enampuluh persen. Waktunya tinggal dikit"
"Jangan ga enakan jadi orang, nanti orang seenaknya. Kalo ga mampu bilang. Sesekali ngumpanin orang gapapa kalo emang dia salah" Bang ilyas menepuk pundakku memberi semangat.
Aku tersenyum kecut mendengar ucapannya, "Gue pamit dulu, ini diminum biar ngga loyo"
Ku lirik di sudut mejaku botol berisi kopi bertuliskan badday.
"Ngga ada kopi yang lain apa Bang?Lo ngledek gue apa gimana?"
Sementara si empunya kopi tertawa terbahak sembari lari meninggalkanku, ku lempari pulpen namun tidak dapat menjangkaunya.
***
Weekend adalah hari yang ditunggu - tunggu oleh spesies tulang punggung sekaligus tulang lunak seperti Anjani.
Namun untuk pekan ini dia harus see good bye membuang jauh jauh mimpinya untuk seharian penuh bergulat dengan bantal dan kasur.
Aktivis kaum rebahan yang merangkap sebagai budak coorperat sungguh susah. Dulu sebelum dirinya bekerja, hampir seluruh waktu dalam tiap harinya ia lakukkan untuk rebahan. Dirinya hanya bangun untuk sholat,makan dan mandi, itupun dengan terpaksa. Kalaupun bisa ketiga kegiatan itu ia lakukkan sembari rebahan, ia akan melakukkannya dengan sukarela. Selebihnya ia berbolak balik mengganti gaya rebahan.
"Itu semalem udah gue buat laporannya, gue juga masukin stok yang Mahadewi ga tau. Tapi masih sejenis"
Iren membangungkan Jani dari lamunan. Jani terkesiap sebentar. Ia membenarkan anak rambutnya yang terlilit pulpen akibat tanganya sendiri yang usil, "Oh. oke nanti gue cek. Kemarin Lo nyampe jam berapa?"
Iren mendengus, "Look me, menurut Lo gue pulang jam berapa?"
Jani menelisik,matanya memicing menatap Iren menelitinya dari atas ke bawah. Tanganya mengatup ke mulut. "Are you sure?, wah gila Lo belum pulang?"
Ditatapnya Iren seksama, Baju yang dipakai sama seperti kemarin malam. Ya, Iren datang jam delapan malam, saat Jani baru selesai memastikan anak - anak lembur terdata dengan baik.
Beralih ke rambut, Rambut Iren tidak lagi terurai namun tercepol awut - awutan seperti orang yang baru bangun tidur, matanya sedikit memerah yang Jani duga, Ia belum lama bangun.
"Lo tidur dimana?"
Tanpa mengeluarkan suara,Iren menunjuk meja kerjanya.
"Untung ga dibawa demit Lo" ucapan Jani tak ayal membuat Iren menarik hijab yang Jani kenakan.
***
Jani kira Iren akan lepas tanggungjawab, mengingat track recordnya selama ini yang selalu menggampangkan segala sesuatu. Tapi kali ini ia salah menilai, Iren bekerja keras dengan SKS (sistem kebut semalam).
Jani bahkan tidak terpikir untuk memakai stock lama yang tidak diketahui Mahadewi Hajjah siti,tapi Iren menemukan ide itu. Alhasil bisa dipastikan Barang yang akan dikirim hanya kurang sedikit. Ia bisa bernafas tenang, dan berencana pulang untuk tidak terlalu sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
RECHARGE ENERGY
ChickLitDunia ini tempat ujian. Apalagi jika seorang ANAK PERTAMA PEREMPUAN TUNGGAL. Ditambah umur sudah mendekati 30an dan belum memiliki pasangan. Hal itu dianggap beban pikiran bagi tetangga dan keluarga besar Jani. Hidup di lingkungan bersama dengan ora...