34. Bumil Banyak Mau

25.8K 1.2K 15
                                    

"Mas, aku mau seblak"

"Mas, aku mau bakso"

"Mas, aku mau nasgor"

"Maaaas, pengen rujak buah"

"Kok kepingin mie ayam ya"

Itu adalah suruhan Launa kepada Bumi seharian ini. Lelaki itu rela tidak bekerja demi menuruti kemauan sang istri. Daripada anaknya ngiler, mit amit.

"Mas, kamu capek gak?" Tanya Launa mendekati Bumi dengan memakan sosis telur.

Bumi membuka matanya yang sempat terpejam. Lelaki itu langsung menegakkan duduknya saat melihat istrinya mendekat.

"Gak, kenapa sayang?" Tanya Bumi. Jujur saja dia sangat lelah, tapi kalau Launa ngidam Bumi usahakan untuk siap siaga.

"Mass, aku kepengen mangga mudanya pak rojali" Ucap Launa memanyunkan bibirnya. Lihatlah Launa, badannya sangat naik sekarang. Padahal menurut dokter usia kandungan Launa baru lima minggu. Bumi suka jika Launa banyak makan dan badannya naik, artinya dia sudah mampu membahagiakan istri.

"Beli aja ya sayang? Mas cariin" Bumi berdiri dari duduknya dan hendak berjalan keluar rumah, namun sang istri menahan.

"Aku maunya mangga pak rojali, Mas yang panjat" Ucap Launa yang hampir mengeluarkan air mata.

Bumi menghela napas "oke, Mas ke rumah Pak rojali" Ucap Bumi.

"Ikuuuut"

"Gak usah, kamu di rumah aja"

"Gak mauuu, mau ikuut pokoknya!" Kekeuh Launa.

Terdengar helaan napas lagi dari Bumi "ya udah ayok"

Terlihat cengiran di wajah Launa. Wanita itu langsung menggandeng suami tercintanya menuju rumah Pak rojali, tetangga dekat rumah.

"Assalamualaikum Pak"

Pak rojali yang tengah mencuci mobil nya berbalik ke arah suara "walaikumsalam" Balasnya.

"Loh Pak Bumi sama neng Launa ada perlu apa? Tumben" Ucap Pak rojali berjalan ke arah Launa dan Bumi.

"Gini pak, istri saya lagi ngidam pengen mangga muda tapi punya bapak" Ucap Bumi menggaruk tengkuknya, percayalah ini kali pertama Bumi berbicara panjang lebar kepada tetangga "Boleh gak saya minta mangga mudanya pak?" Lanjut Bumi.

"Oalah Pak, ya boleh Pak, tuh bapak ambil aja" Tunjuk Pak Rojali kepada pohon mangga samping rumahnya. Seketika mata Launa berbinar melihat mangga seperti koin emas.

"Iya Pak" Balas Bumi kemudian berjalan ke arah pohon mangga dan memanjatnya. Launa yang melihat suaminya memanjat langsung mengeluarkan ponsel miliknya dan mengabadikan momen tersebut.

"Emang beruntung punya suami polisi" Ucap Launa tersenyum kecil.

"Tiga aja ya sayang!" Teriak Bumi dari atas pohon.

"Iyaaa Mas!"

Bumi turun setelah mendengar ucapan Launa. Lelaki itu memberikan mangga tersebut kepada sang istri. Mata Launa kembali berbinar dan mengecup pipi suaminya.

"Makasih Mas"

"Yang ini gak di cium?" Tanya Bumi menunjuk bibirnya.

Launa memutarkan bola matanya malas. Wanita itu memilih berjalan meninggalkan Bumi.

"Makasih ya Pak!?" Teriak Launa kepada Pak Rojali.

"Iya sama-sama!" Balas Pak Rojali teriak.

Kedua pasutri tersebut kembali masuk kedalam rumah. Bumi mengupas mangga tersebut dan menyajikan untuk istrinya. Sebenarnya Bumi sudah menyewa pembantu, tetapi orangnya datang lusa. Itupun dia tidak menginap di rumah Bumi dan Launa di karenakan pembantu tersebut tinggal dekat kompleks perumahan.

"Ini sayang"

"Keliatannya seger banget ya Mas" Launa mengambil piring berisikan mangga tersebut dan memakan satu persatu potongan mangga muda dalam piring.

Bumi yang melihatnya langsung meringis ngilu "Gak kecut?" Tanya Bumi.

Launa menggeleng dan melanjutkan makannya "kok sekarang kepengen ayam bakar ya?" Tanya Launa.

"Mas beliin ayam bakar, mau gak?" Tanya Launa memandang sang suami.

Bumi hanya diam. Dirinya benar-benar lelah, dari pagi hingga sore dirinya terus menuruti kemauan Launa tanpa henti. Namun ujung-ujungnya tidak dimakan oleh wanita itu.

"Mas? Kok diem? Beliin ayam bakar ya?" Tanya Launa lagi.

"Mas istirahat sebentar ya?" Tanya Bumi meminta pengertian sang istri.

"Gak mauu! Aku mau sekarang pokoknya!" Kesal Launa memandang sang suami.

"Nanti sayang, bentaran"

"Gak mau!!" Sentak Launa.

"MAS BILANG BENTAR YA BENTAR! KAMU TAU ORANG CAPEK GAK SIH!?" Bentak Bumi kesal.

Launa kaget mendengar suara dan intonasi nada bicara Bumi yang keras. Lelaki itu membentaknya? Seketika Launa berdiri dan masuk ke kamar.

"Sayang! Maafin, Mas gak bermaksud buat bentak kamu" Ucap Bumi mengikuti Launa berjalan ke kamar.

"Sayangg, jangan diem gini, kamu mau minta apa? Ayam bakar? Soto? Batagor? Mas beliin" Bumi memegang ujung kaos oversize yang Launa kenakan.

"Gak, aku udah gak pengen" Ucap Launa lirih.

"Maafin Mas ya? Tadi cuma capek aja" Ucap Bumi membalikkan tubuh sang istri menghadapnya.

"Maafin aku juga, tapi ini tuh maunya adek, bukan aku Mas" Ucap Launa tertunduk.

"Iya sayang, Mas tau" Bumi mengecup kening sang istri dan menuntunnya ke atas ranjang.

"Kamu kepengen apa? Ayam bakar?" Tanya Bumi.

"Emm aku kepengen elus rambut riko Mas, Boleh gak?" Tanya Launa.

"Hah!?" Kaget Bumi, lelaki itu langsung berdiri tegak "maksudnya? Yang lain aja ya? Jangan itu? Mau apa? Mau ayam bakar? Atau apa? Mas beliin, janji" Bumi memegang bahu istrinya.

"No, aku cuma kepengen elus jambul riko doang" Launa langsung berdiri dan meninggalkan Bumi. Wanita itu berniat ke rumah Riko, mumpung hari sudah menjelang petang pasti lelaki itu di rumah.

"Sayang!" Teriak Bumi menyusul sang istri.

"Assalamualikum!" Teriak Launa menggedor rumah Riko.

"Walaikumsalam!" Teriak orang dari dalam rumah.

"Loh Kak Launa? Kenapa kak?" Tanya Riko setelah membuka pintu rumahnya.

"Mamah sama Papah kamu kemana Rik?" Tanya Launa.

"Baru aja berangkat kak, mau kondangan"

Launa manggut-manggut lalu setelahnya tersenyum "Aku lagi ngidam Rik, boleh gak kalau aku elus jambul mu?" Tanya Launa menatap rambut Riko.

"Sayang, Elus rambut Mas aja ya" Sela Bumi yang baru datang dan langsung menarik ujung kaos Launa.

"Gak mau! Aku maunya punya Riko"

"Maksudnya? Kak Launa mau elus kepala aku? Beneran?" Riko langsung sumringah dan menuntun Launa masuk kedalam rumah menghiraukan Bumi yang tengah melotot ke arahnya.

Riko duduk di sofa diikuti Launa disampingnya "nih kak, Mau elus yang mana" Ucap Riko.

Launa seketika berbinar menatap rambut Riko. Tangan wanita itu mulai mengelus rambut lelaki kelas dua SMA tersebut. Riko tentu saja bahagia, senang karena sedekat ini dengan Launa.

"Bocah sialan!" Umpat Bumi.

Bumi langsung masuk dan menarik sang istri keluar dari rumah Riko "Eh Mas? Kok akunya di tarik sih!?" Kesal Launa.

"Loh? Kak Launa! Kok udahan!" Teriak Riko di ambang pintu

"Elus sendiri! Kalau perlu rambut bawah juga di elus!" Teriak Bumi membalas Riko.

Riko hanya cengo mendengar jawaban Bumi yang menurutnya sangat ambigu. Rambut bawah maksudnya? Jemb-?. Astaga polisi itu benar-benar.







*
*
*
Tbc

Baca doang vote kaga😌

Loving The Hot Police (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang