Kring...........!!
Kriing.........!!
Kriiing.......!!Bel pulang pun berbunyi seluruh murid pulang ke rumah masing-masing.
"Sudah bell pulang nih, kita pulang yuk!" ajak Erina
"Ayo" kata Surya.
Ketika mereka berjalan ke gerbang sekolah, Surya diamati oleh beberapa anggota gengnya Danu.
Wajahnya agak sedikit takut karena ia takut mereka akan menghampiri mereka berdua.
Erina yang melihat wajah Surya ketakutan berusaha menenangkannya
"Jangan khawatir soal mereka, jika mereka macam - macam lagi kita lapor ke kesiswaan saja"
Setelah mereka sampai di jalan raya, mereka menunggu Angkot datang.
Saat Angkot sampai mereka pun menaikinya, Angkot pun melaju kencang membelah angin disiang hari itu.
Didalam Angkot mereka hanya diam tak berbicara.
Surya hanya menatap keluar pintu.
Erina lalu berkata
"Terimakasih ya... buat yang tadi, kalau gak kamu mungkin aku yang ada diruang UKS"Surya lalu melirik kearah Erina dan menjawab "Sama - sama" lalu tersenyum.
Melihat senyum itu Erina juga tersenyum dalam hati ia berkata "senyuman itu, aku akan terus membuatnya tersenyum apapun yang terjadi"
Ketika sampai dirumah Surya mereka melihat bendera kuning di pagar rumahnya.
Seketika jantung Surya seperti berhenti berdetak, ia lalu turun dari Angkot itu Erina juga,
Surya melihat sudah banyak orang - orang berpakaian Muslim, sontak ia berlari ke dalam dan melihat ibunya sedang menangis didepannya terbaring jenazah yang wajahnya sangat ia kenal
Dia yang sudah mendidik serta membesarkan nya dan membelikan Surya mainan ketika kecil dan bermain dengannya walau selalu bekerja
"A-ayah" Surya menghampiri jenazah ayahnya, diusapnya wajah ayahnya yang dingin tak bernyawa, Surya mengingat kembali kenangannya bersama ayahnya, tanpa sadar air matanya sudah terjatuh sedikit demi sedikit.
Erina yang melihat dari luar rumah merasa iba, ia merasa ingin berlari dan memeluk temannya itu, namun ia tahu ia bukan keluarga atau kerbatnya jadi Erina hanya melihat dari luar saja.
Setelah prosesi pemakaman para pelayat dan orang-orang yang membantu proses pemakaman pun pulang, namun Erina masih dirumah Surya.
"Kamu belum pulang?" tanya Surya.
"Nanti" Kata Erina."Kamu sebaiknya pulang nanti orang tua kamu nyariin kamu, aku gak apa apa kok tenang aja" katanya Surya lalu sedikit tersenyum.
"Senyum itu berbeda dengan yang tadi"
Akhirnya Erina pun pamit pulang, dalam perjalanan ia masih kepikiran Surya, "Aku harap ia baik - baik saja"
Katanya."Aku akan melakukan apapun untuk membuatnya tersenyum lagi"
Keesokan harinya disekolah, Surya berangkat sekolah dengan keadaan murung ia masih berduka karena kepergian ayahnya, tadinya ia tak mau berangkat sekolah tapi ia tidak ingin ketinggalan satu pelajaran pun.
Sesampainya disekolah ia duduk di kursinya sambil menatap langit dengan tatapan kosong.
Tak lama Marshall dan teman-temannya datang,
"Anjay si ranting pohon udah dateng" Katanya.
"Woy! Lo diam aja" Kata Ilham temannya Marshall
"Dia mah kan emang diem mulu udah kek orang bisu hahaha" Kata Marshall yang disambut tawa mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT
Подростковая литератураdi bully, stress, depresi, kehilangan harapannya dan Cita - citanya, juga kehilangan orang - orang yang ia sayangi dan cintai, adalah rasa sakit yang di alami oleh Surya seorang siswa SMP bahkan ia sempat berfikir ingin segera mati.