chapter 8 : Toko payung

4 1 2
                                        

Siang itu Surya pulang dari Taman, ia pergi kesana untuk bernostalgia ketika ia jalan - jalan bersama ayahnya, ataupun ketika bersama Erina.

Keduanya adalah orang yang ia sayangi, dan pergi untuk selamanya.

Kini dia hanya bisa mengingat kenangan bersama mereka dalam rekaman ingatannya.

Perutnya tiba - tiba berbunyi,

"Kruk... Kruk.... "

"Laper juga ya.... Udah waktunya makan siang, untung ibu sudah memberi uang untuk jajan" Kata Surya.

Ia lalu berjalan mencari tukang makanan, entah itu nasi padang, atau lainnya yang penting ada nasinya.

"Hm.... Beli makanan apa ya...?" Tanyanya.

Kemudian ia melihat tukang ayam goreng kriuk.

"Nah... Itu dia, udah lama juga gak makan ayam tepung" Kata Surya.

Ia pun menghampirinya dan memesan 2 potong ayam dengan nasi dan saus keju.

Setelah membayar ia pun pulang ke rumahnya. "Beh... Mantep ini mah" Katanya.

Sesampainya di rumah.

"Assalamu'alaikum, bi aku pulang" Kata Surya.

Namun tidak ada jawaban.

"Bibi kemana ya..., mungkin sedang keluar sebentar" Kata Surya.

Ia pun membuka tudung saji yang masih ada makanan tadi pagi walaupun sedikit, ia lalu menaruh sepotong ayam di piring kemudian meletakkannya di meja dan menutupnya dengan tudung saji.

Ia kemudian mengambil piring dan air putih.

Lalu mengeluarkan sepotong ayam lagi dan saus kejunya, ia pun makan dengan lahap.

Selesai makan, ia pergi ke kamarnya ia duduk dikursi belajarnya, ia kemudian mengambil sebuah action figure robot.

Ia ingat itu adalah pemberian ayahnya dihari ulang tahunnya, Surya hanya tersenyum sambil membolak - balikkan mainan itu.

Matanya kemudian mengarah ke foto keluarga mereka saat kelulusan SD nya.

"Seharusnya kita foto bersama seperti itu lagi" Kata Surya, tanpa ia sadar air matanya menetes, ia pun segera mengelapnya dengan lengan bajunya.

Kemudian Andri pergi ke sebuah ruangan dengan komputer besar dipojoknya.

Ruangan itu adalah tempat ayahnya bekerja jika ada kerjaan dari kantornya.

Ia melihat masih ada beberapa dokumen di sana.

Surya hanya menarik nafas lalu pergi dari ruangan tersebut.

Keesokan harinya, Surya sedang bersiap untuk pergi shalat Jum'at.

Ia sudah berpakaian rapi lalu mengeluarkan motor dan langsung tancap gas menuju ke masjid yang memang cukup jauh.

Selesai shalat Jum'at ia pun bersiap pulang, namun ia melihat Pak Haji Udin yang akan pulang juga, tanpa fikir panjang Surya pun mengajaknya pulang bersama.

"Kek mau bareng?" Ajak Surya.

"Oh iya nak Surya, makasih" Katanya.

Pak Haji Udin pun naik dibelakang, Surya mengendarai motor dengan hati - hati sampai ke rumahnya Pak Haji Udin.

"Makasih ya... Nak Surya, Mudah-mudahan kamu jadi orang besar dan orang sukses" Kata Pak Haji Udin.

"Amiiiin...., Makasih pak" Kata Surya.

Surya pun pamit pulang, sesampainya dirumah, ia langsung tiduran.

Namun ia teringat sesuatu, "Oh iya.... Aku harus beli peralatan sekolah, sebentar lagi masuk" Kata Surya.

Surya pun bersiap - siap menggunakan jaket dan pamit kepada bibinya. Lalu ia pun tancap gas pergi.

Sesampainya ditoko perlatan sekolah, ia pun mengambil buku tulis, pulpen, dan sampul buku setelah itu pergi meja kasir.

Setelah membayar ia pun keluar toko namun diluar dugaan hujan dengan lebat turun.

"Aduh... Hujan lagi, mana gak bawa mantel, eh iya emang gak punya mantel aku" Kata Surya sambil garuk - garuk kepala.

Pandangannya lalu tertuju ke toko payung yang tidak jauh dari tempatnya berada.

"Nah.. Ada toko payung, siapa tahu ada mantel disana." Kata Surya.

Ia pun pergi kesana, lalu mengambil satu set mantel.

Dimeja kasir tampak ada seorang perempuan yang tampaknya kesulitan membayar.

"Maaf uang kamu kurang 20.000" Kata penjaga kasir.

"Ya sudah kalau begitu tidak apa - apa" Kata perempuan itu lalu berbalik badan, kemudian berpapasan dengan Surya.

Surya lalu menghampiri kasir tersebut,
"Ada apa tadi" Tanyanya.

"Oh..., itu dia uangnya kurang untuk membeli payung" Katanya.

"Hm.... Kalau begitu ini uangnya sekalian dengan mantel saya" Kata Surya.

Selesai membayar, ia mencari perempuan itu dan menemukannya sedang berdiri memandang hujan.

Rambutnya terurai putih bersih dengan pakaian lengan panjang nya. Surya lalu menghampirinya.

"Hei.. " Sapanya.

"H-hai...." Balasnya.

Surya lalu memberikan payung tersebut.

Perempuan itu terkejut, "Ini untukku? " Tanyanya.

Surya mengangguk, ia pun menerimanya.

Lalu perempuan itu mengeluarkan uangnya.

"Tidak perlu membayar..., itu untukmu" Kata Surya.

Perempuan itu menggelengkan kepalanya, "Aku harus membayarnya, tapi aku hanya ada segini" Katanya.

Surya menghela nafas, "Baiklah aku terima" Ia pun menerima uang tersebut.

"Ngomong - ngomong siapa namamu?" Tanya Surya.

"A-aku Luna..." Katanya.

"Aku Surya... Salam kenal" Kata Surya sambil tersenyum.

"Aku duluan ya... Hati - hati dijalan" Kata Surya yang sudah menggunakan mantelnya dan tancap gas pulang.

Luna hanya memandangnya sebelum menghilang.
"Seharusnya aku yang bilang itu" Katanya.

Bersambung.

HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang