chapter 10 : its over

1 1 1
                                    

Surya pergi ke kelasnya setelah mendengar semua yang dikatakan oleh Marshall.

Ia lihat kelas 10 IPS B belum banyak yang masuk, ia pun duduk dikursi paling belakang dibagian pojok.

Setelah itu ia langsung menyandarkan kepalanya ke meja dan tembok.

Satu persatu para murid yang terpilih masuk kelas itu pun datang, namun Surya tidak berkata apapun apalagi menyapa mereka.

Tak lama kemudian Wali kelas mereka pun masuk.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, semuanya" Sapanya.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" Balas semua murid.

"Perkenalkan nama ibu adalah Amanda Kirana, kalian bisa panggil Bu Kirana.

Senang bisa bertemu kalian para siswa-siswi kelas 10 IPS B, kalau ada yang mau ditanyakan, silahkan tanyakan" Kata Bu Kirana.

Beberapa murid pun mulai bertanya, seperti alamat rumah, dan bahkan ke beberapa pertanyaan random lainnya.

Yang penting bertanya 😅

Sementara itu Surya tidak berkata apapun, ia hanya diam.

Setelah itu, Bu Kirana pun meminta kepada seluruh siswa-siswinya untuk memperkenalkan nama merekanya masing-masing.

Satu persatu memperkenalkan nama masing-masing, ada beberapa yang bercanda dengan temannya karena mereka satu sekolah sebelumnya ada juga yang baru kenalan namun sudah cukup akrab.

Tibalah ke Surya, ia bangun dan memperkenalkan dirinya.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..., perkenalkan nama saya Surya Adi Firmansyah" Katanya sambil berusaha tersenyum.

Setelah ia pun kembali duduk.

Bu Kirana pun melakukan pemilihan ketua kelas dan bagian - bagian organisasi kelas lainnya.

Satryo terpilih menjadi ketua kelas, setelah itu Bu Kirana menjelaskan beberapa hal tentang pelajaran dan sekolah SMAN Nusantara.

Semuanya mendengarkan, begitu juga dengan Surya.

Setelah kelas selesai para siswa-siswi pun ada yang pergi jajan dan ada yang masih dalam kelas.

Mereka saling mengobrol dan bercanda.

Sementara itu Surya masih terdiam sedari tadi, ia bahkan duduk sendiri tanpa rekan, tidak seperti teman-teman sekelasnya yang ada pasangan duduk masing-masing.

Ia membuka kotak bekalnya dan makan dengan sedikit tidak nafsu.

Saat bel pulang ia pun berjalan sendirian ke parkiran.

Kemudian sebuah suara memanggilnya.

"Surya... "

Itu adalah Doni.

"Lo mau balik?" Tanyanya.

"Iya nih... Udah mendung juga" Jawab Surya.

"Yaudah hati hati" Kata Doni.

Surya mengangguk.

Surya pun menaiki motornya dan langsung tancap gas.

Namun ia bukan langsung ke rumah. Tapi ke TPU.

Disana ia pergi ke makam ayahnya.

Ia membersihkannya, lalu membacakan do'a.

Setelah itu ia bercerita.

"Ayah..., ingat tidak waktu ayah bilang kalau aku harus punya cita - cita tinggi" Katanya.

"A-yah bilang..., kalau aku pasti bisa ngerjain cita - cita aku kan"

"Ta-p-pi.... semuanya.... selesai...., s-sudah berakhir" Katanya dengan sedikit terisak - isak.

"Ma-af ayah...., aku... Gagal..., aku memang pecundang...., PECUNDANG PALING SAMPAH....! MAAF AYAH....!!"

Surya mulai menangis, tak lama rintikan hujan turun membasahi badannya.

Setelah itu, ia pergi ke makam sahabatnya satu satunya dan sekaligus orang yang ia suka.

Ia membersihkan makam itu juga, dan juga membacakan do'a walaupun masih dengan air mata.

"Aku sudah membaca suratmu, terimakasih juga sudah jadi bagian dari perjalanan hidupku"

"A-aku juga suka kamu..., maaf juga aku terlalu bodoh dan tidak peka selama ini..." Kata Surya.

"Aku gagal Elina, its over"

"Mungkin Marshall benar..., aku memang pecundang yang berharap pada sesuatu yang mustahil aku dapatkan" Katanya lagi.

Hujan semakin deras membasahi tubuhnya, sinar di matanya perlahan mulai memudar.

Surya membawa motornya seperti tanpa arah, dalam fikiran mulai bergejolak kekhawatiran tentang masa depannya.

Kemudian ia berhenti di sebuah jembatan kampung yang dekat dengan sungai yang deras dan cukup tinggi.

Ia melihat aliran air tersebut dan juga pemandangan disekitarnya.

"Aku tidak punya sesuatu untuk diperjuangkan, apa arti dari semuanya jika dimasa depan akan jadi beban tidak berguna" Katanya.

Tanpa sadar ia sudah naik selangkah dari pagar jembatan.

Namun seketika ia teringat ibunya dan seperti ada yang menariknya ke belakang.

Ia pun terjatuh dengan nafas yang terengah-engah. Surya langsung istighfar beberapa kali.

"Hampir saja..." Katanya.

Ia lalu pulang ke rumah, sesampainya disana, Bibi Mayang menyambutnya dan memberikannya handuk.

"Ya Allah..., Kamu darimana aja, Bibi khawatir." Katanya.

"Maaf ya.. Bi udah bikin khawatir." Katanya lagi.

Surya pun segera mandi, lalu langsung tiduran di kasurnya, ia lelah fisik dan juga mentalnya.

Malam harinya saat makan bersama, Surya bercerita kepada ibunya.

"Bu aku gak masuk jurusan IPA" Kata Surya.

"Yasudah, berarti bukan rezeki kamu" Kata ibunya.

"Lalu bagaimana dengan cita - citaku?" Tanyanya.

"Mungkin sekarang belum saatnya, atau ada yang lebih baik lagi, kita itu kadang gak akan selalu dapet apa yang kita mau, tapi Allah pasti bakal ganti dengan yang lebih baik" Kata ibunya.

"Bener itu... " Timpal Bibi Mayang.

"Kalau kata ustad mah ya..., setiap manusia pasti dapet ujian, tapi gusti Allah gak akan ngasih ujian yang lebih dari kemampuan hambanya" Kata Bibi Mayang.

Mendengar itu Surya menjadi sadar dan teringat dengan kejadian tadi.

Ia bersyukur tidak melakukan itu, sepertinya Allah masih memberinya kesempatan.

Ia masih memiliki banyak orang-orang yang ia sayangi, Surya tidak ingin mereka sedih.

Mulai sekarang ia akan belajar giat dijurusan barunya itu, entah akan sesulit apa tapi ia akan mencoba berjuang.

Bersambung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang