Keesokan harinya seperti biasa Surya berangkat ke sekolah, cuaca hari itu sangat cerah namun baginya itu hanya hari – hari biasa sekolah yang harus ia lewati, walaupun itu ia harus tetap berusaha jika ingin cita – citanya tercapai, sesampainya dikelas ia hanya duduk sambil memandang awan dilangit yang bergerak beriringan.
Sesekali ia melihat teman – temannya yang asyik mengobrol satu sama lain, Surya jarang sekali mengobrol dengan teman – temannya ia agak minder karena ia tidak seperti yang lain ia agak buruk dalam banyak hal seperti olahraga ataupun berhitung, ketika kelas 1 dipelajaran bahasa ia bercerita kalau ia bercita – cita ingin jadi ahli astronomi namun respon teman – temannya ada yang menertawakannya terutama Marshall.
Bel masuk pun berbunyi semua murid masuk ke kelasnya masing – masing
Pak Heru guru Olahraga datang
"Selamat pagi anak – anak, hari ini kita akan belajar bola besar, sekarang kalian segera mengganti seragam kalian ke baju olahrga"
"Waktu kalian 10 menit" Priiittt!!!
Sontak Surya dan yang lainnya segera ke ruang ganti pakaian, saat Surya membuka bajunya Marshall dan teman – temannya tertawa
"Hahahaha.......... Itu badan apa tulang doang kerempeng bet" kata Marshall,
"Udah ke kayu kering" kata temannya yang lainnya.
"Udah guys, jangan dibody shaming ntar nangis lagi dia" kata Marshall yang kemudian pergi.
Surya hanya terdiam dan mengepalkan tangannya, setelah berganti ia pun pergi menuju ke lapangan,
"Semua sudah ganti baju?" tanya Pak Heru,
"Sudah Pak" jawab semua murid.
"Baiklah sekarang kita pemanasan dulu, Marshall maju ke depan tolong pimpin pemanasan" kata Pak Heru.
Marshall pun maju kedepan dan mendapat tepuk tangan dari yang lain, "Ok guys sekarang kita pemanasan dulu ya" kata Marshall, selesai pemanasan Pak Heru meminta mereka lari keliling lapangan.
"Ayo semuanya semangat!" kata Pak Heru, "Siap pak!" jawab yang lain, namun belum 1 putaran Surya sudah kelelahan, tiba – tiba "buk! Gubrak!" ia tersandung hingga terjatuh, Marshall dan teman – temannya tertawa melihat itu, "Njir kayu kering jatoh woy hahaha" kata temannya Marshall.
"Ayo bangun Surya" kata Pak Heru,
"Iya Pak" kata Surya, ia pun bangun dan lanjut berlari walau lututnya masih agak sakit.
Selesai lari mereka semua peregangan agar tidak keram, Surya melihat celananya bolong sedikit dibagian lutut, "Aku harus menjahit ini setelah pulang sekolah..." katanya.
Selesai pelajaran olahraga saat ia sengaja mengganti bajunya belakangan karena ia tidak ingin bertemu dengan Marshall dan teman – temannya.
Surya hanya duduk didekat ruang kelasnya sambil menatap langit menjelang siang hari itu, namun ia merasa aak lapar karena olahraga tadi, ia pun memutuskan untuk jajan sebentar, saat ia melewati kelas 8A ia melihat Erina sedang diancam oleh seseorang,
"Heh! Lu ya... yang ngelaporin gua ke guru" tanya Danu
"kalau iya emang kenapa!" kata Erina dengan nada tinggi
"Kurang ajar lo ya...!" Danu mengarahkan tinjunya, Erina pun menutup mata dan wajahnya dengan tangannya, namun seseorang menangkap tangan Danu.
Dengan mata tajam Surya berkata "Jangan nyakitin cewe, lawan aku kalau berani" katanya,
"Oh...nantangin lo hah!" Danu pun melepaskan tinjunya ke Surya namun dihindari olehnya, tapi Danu berhasil menuinju wajah surya dengan tangan satunya lagi hingga Surya ambruk.
"Cuma segitu hah! Maju lagi sini!" kata Danu memprovokasi, Surya pun bangun kemudian berlari kearah Danu lalu meninjunya tepat di bagian hidungnya.
"Arrghh.....!" Danu memegang hidungnya kesakitan.
"Sudah cukup....!" Kata Erina, Surya melihat kearah Erina matanya memberi sinyal untuk menghentikan perkelahian itu, tapi tiba – tiba Danu berterak "Aa.....!!" lalu mendorong Danu dan meninjunya beberapa kali.
Erina mencoba menghentikan namun tidak bisa ia malah terdorong hingga terjatuh, murid – murid yang melihat itu juga mencoba menghentikan walaupun ada yang hanya menonton saja.
Pak Heru lalu datang dan menghentikan perkelahian itu, "Hei! Hentikan!" kata Pak Heru sambil berusaha memegangi Danu yang masih mengamuk, namun Surya sudah tidak berdaya hingga pingsan dengan darah dipipinya.
Beberapa saat kemudian Surya sadar ia lalu melihat ke sekelilingnya, "D-dimana aku?" tanyanya,
Seseorang lalu menghampirinya "Syukurlah kamu sudah sadar" dan ternyata itu adalah Erina.
"Kamu di UKS sekarang" katanya.
"Apa yang terjadi?" tanya Surya.
"Kamu dipukul berulang kali oleh Danu hingga pingsan" jawab Erina,
"Bagaimana dengan Danu?" tanyanya
"Dia diskors oleh Pak Heru" jawab Erina lagi.
"Maaf......., gara – gara aku kamu jadi begini" kata Erina sambil akan mengeluarkan air matanya, "Aku udah panik banget pas liat keadaan kamu yang udah berdarah, maaf....." katanya lagi.
"Itu bukan salah kamu" kata Surya
"Aku Cuma pengen nolong kamu tadi dari si Danu, aku gak mau kalau kamu sampai diperlakukan sama kayak aku" kata Surya lagi.
"Lagi pula aku baik – baik saja kok" kata Surya, "Nih.." katanya sambil mengepalkan tangannya namun terasa sakit "Aduh..."
Erina pun hanya tertawa kecil "Makanya jangan banyak tingkah, tangan kamu juga berdarah setelah mukul muka si Danu"

KAMU SEDANG MEMBACA
HURT
Ficção Adolescentedi bully, stress, depresi, kehilangan harapannya dan Cita - citanya, juga kehilangan orang - orang yang ia sayangi dan cintai, adalah rasa sakit yang di alami oleh Surya seorang siswa SMP bahkan ia sempat berfikir ingin segera mati.