Awalan

1.8K 71 5
                                    

Untuk kali pertama, setelah sepuluh tahun lamanya, Katya kembali menginjak rumah bernuansa klasik ini. Dengan tangan yang menggamit lengan sang ayah, dan tarikan nafas pelan untuk meredakan rasa gugup yang entah mengapa timbul mengganggu hatinya

Senyum manis di lebar terlukis di wajah eloknya saat pintu kayu di depan terbuka lebar, menampilkan sosok wanita tua yang kini tengah membalas senyumnya tak kalah sangat. Menarik gadis itu dalam rengkuhan dan tak lupa mengusap lembut punggung cucunya.

"Katyanya nenek sudah besar ya" ucap beliau usai melepaskan pelukan mereka. Katya kembali melukiskan senyum di wajah, mengikuti langkah sang nenek dengan ayahnya mengekor di belakang.
      
"Mba Katya" teriakan dari suara melengking itu terdengar saat Katya telah sampai di ruang keluarga rumah tersebut. Lagi lagi rengkuhan ia dapatkan dari gadis yang meneriakkan namanya sesaat setelah ia sampai di sana.
     
"Mba Katya, Chiara kangen" Chiara peluk kakak kesayangannya itu dengan erat, yang di balas dengan tak kalah erat dan usapan pada punggungnya. Chiara memang selalu jadi yang paling manja pada Katya walaupun mereka tak sering bertemu.
     
"Wellcome home, Kat" Katya angkat kepalanya saat kakak perempuan tertuanya, Kirana,  mendatangi mereka sembari mengusap bahu Katya dan surai Chiara yang masih memeluknya, enggan lepas dari si kakak yang ia rindukan.
     
"Makasih ya, mba" sahut Katya. Kirana tertawa lalu mengangguk, menatap Katya tepat di manik yang kini juga tengah menyorotnya.
      
"Makasih juga ya, Kat. Sudah mau balik lagi ke sini, sekarang formasi kita bertujuh jadi lengkap" Katya terkekeh geli. Kemudian empat saudara perempuannya yang lain ikut mendekat, mendorong Kirana sehingga kini mereka berpelukan bersama. Tak lupa gelak tawa yang membuat orang orang yang ada di sana juga ikut terkekeh gemas.
      
"Mba kita satu sekolahh yeyy" sorak Akasha dengan senang, sebab Katya akan pindah ke sekolah yang sama dengannya.
      
"Harshita juga, tapi tahun depan" sahut Harshita tak mau kalah yang lagi lagi mengundang gelak tawa ketujuhnya.

Pemuda yang tengah bersandar di dinding rumah itu menatap ketujuhnya dengan kekehan geli. Pemuda itu mendekat, hendak mendatangi adik perempuannya.
      
"Permisi permisi ini adek gue" pelukan ketujuh gadis itu terlepas saat Ardito tiba tiba datang menginterupsi kegiatan manis mereka. Membuat Raana menendang kecil tulang kering abangnya tersebut, yang sukses mendapat pekikkan dari sang empu kaki.
     
"Abang ganggu"
     
Ardito mendesis kesal, namun maniknya kemudian menemukan Katya yang kini tengah tertawa pelan. Tangannya terangkat lebar, meminta adiknya masuk kedalam rengkuhan hangatnya.
      
Manik Katya berkaca saat Ardito melemparkan senyuman tulusnya. Gadis itu kemudian mendekat, memeluk kakaknya dengan sangat erat, berharap rasa sesak yang ia tahan cukup lama dapat menguap. Namun bukannya mereda, rasa sesaknya malah semakin menjadi, gadis itu terisak di dalam dekapan Ardito saat pemuda itu berkata.
      
"Sekarang udah ada gue, ada ayah, ada mama juga. Gue paham, gak bakalan mudah buat ngeikhlasin bunda gitu aja karena gue juga masih ngerasain sakitnya apalagi lo. Tapi jangan lupa ya, ada gue ayah sama mama di sini bareng sama lo"
      
"Maafin ayah ya" ucap Tuan Adirajasa sembari ikut memeluk kedua buah hatinya dan memberikan kecupan singkat di puncak kepala mereka.
      
"Udah sekarang jangan sedih sedih, mending kita makan" Danis, si cucu tertua datang lalu menyeret Ardito, membuat pelukan tersebut terlepas. Katya kemudian tertawa lalu ikut duduk di samping Harshita. Sedangkan Ardito duduk di samping Abyan yang nampak tak terganggu dengan keributan yang di ciptakan saudara saudaranya di meja makan, pemuda itu nampak tenang.
      
"Mass jii, mau ayam" rengekan Chiara terdengar. Perempuan berumur tiga belas tahun itu menatap kakak laki lakinya, meminta pemuda itu menaruh ayam di piringnya sebab Jidan kini berada paling dekat dengannya dan juga mangkok opor ayam.

Pemuda yang di seru Chiara dengan sebutan "mas ji" itu menjulurkan tangannya untuk mengambil mangkok opor, menaruh paha ayam dan menyiramkan kuah opor di piring Chiara agar adiknya itu berhenti merengek.

Cucunya Kakek Wibowo || TREASURE ft BABYMOSNTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang