Adelia Cemas

648 50 1
                                    

Riuh terdengar usai bel tanda pulang bergema dan gerbang utama di buka. Para siswa siswi berbondong bondong keluar dari kawasan sekolah. Ada yang langsung pulang saat jemputannya sudah datang, ada pula yang tengah duduk di halte samping sekolah untuk menunggu bus atau sekedar menunggu jemputan.

Adelia menjadi salah satu yang duduk di halte bersama Liana teman sekelasnya, menunggu bus datang. Sebenarnya tadi mereka bertiga dengan Harshita, tetapi tiba tiba Tama datang dengan motor matic berwarna putih miliknya, katanya ada hal penting yang menyebabkan pemuda itu harus menjemput adiknya di sini. Sebenarnya Adelia di ajak sih, tapi mana mungkin mereka bonceng bertiga, jadi Adelia tolak saja walaupun Tama sempat memaksa. Sebab Adelia sudah menebak bahwa ia akan di taruh di tengah atau di depan oleh Tama. Jadi lebih baik tunggu bus saja.

Hari ini adalah hari pertama Adelia menyandang status sebagai siswi tahun akhir di sekolah menengah pertama. Tadi pagi gadis itu dengan semangat pergi ke sekolah bersama Abyan, walaupun mood baiknya sempat di acak acak sang abang yang tak ada hari tanpa mengganggunya.

Adelia menatap Liana yang tengah terlihat lesu sejak tadi pagi. Berbanding terbalik dengan Adelia yang sangat ceria hari ini. Temannya itu nampak tak bersemangat sekolah, untungnya hari ini mereka masih tak belajar. Hanya membagikan tugas tugas kelas seperti piket menyapu, organisasi kelas dan lain lain.

Liana hanya terus mengangguk saat di tanyai, tak protes bahkan saat namanya di tulis sebagai sekretaris. Padahal Liana paling anti menulis di papan tulis, katanya sih sebal dengan teman temannya yang selalu ribut setiap kali mencatat.

"Li" seru Adelia. Gadis dengan jepit pink itu menoleh, menatap Adelia yang kini menyorotnya dengan khawatir.

"Kamu kenapa, lagi sedih ya?" Tanya Adelia langsung pada intinya. Liana menganggukkan kepala, membenarkan pertanyaan temannya dengan wajah yang masih sama lesunya.

"Abang aku mau menikah"

"Loh kenapa sedih? Kan harusnya kamu senang" ucap Adelia bingung.

Liana menggeleng, "Mama bilang sama aku, kalau Abang menikah aku gak boleh terlalu manja sama Abang lagi. Katanya gak enak sama istrinya nanti"

Liana menopang wajahnya di tengan, menatap jalanan yang sore ini cukup padat sebab sekarang jam pulang.

"Aku juga kefikiran kalau Abang nanti punya anak pasti dia bakalan lebih sayang sama anaknya dari pada aku" ujar Liana dengan raut yang semakin sedih. Adelia mengusap punggung temannya itu pelan.

Adelia tahu seberapa dekatnya Liana dan abangnya. Perbedaan umur yang terpaut cukup jauh malah membuat keduanya sangat dekat. Abangnya selalu memanjakan Liana. Sama seperti Danis kepada Adelia.

"Del, kamu sedih gak kalau mas kamu menikah?"

Pertanyaan Liana membuat Adelia termenung sejak tadi sore hingga malam ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pertanyaan Liana membuat Adelia termenung sejak tadi sore hingga malam ini. Usai makan malam, buna harus mengerjakan pekerjaannya sedangkan Abyan juga sibuk di kamar, membuat Adelia kini terduduk di ruang tamu seorang diri. Danis belum pulang, padahal sekarang sudah hampir pukul delapan malam. Entah kenapa masnya itu kembali lembur malam ini.

Cucunya Kakek Wibowo || TREASURE ft BABYMOSNTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang