Becky POV.
Terjebak dengan perasaan asing, di mana Aku harus menghabiskan hariku dengan apa yang sudah membuatku sakit selama 4 tahun terakhir.
Aku tidak tau bagaimana Tuhan merencanakan takdirnya untukku, namun saatku membuka mataku, hanya rindu dibalut luka yang menyapaku.
Dia, ya Dia, laki-laki yang dulu menjanjikan dunianya untukku, tapi akhirnya memberikan nerakanya untukku.
Pertama Aku merasakan duniaku hancur kembali saat sudah tertata rapi, Aku melihatnya dengan wanita lain, bergandengan tangan dan tertawa, entah membahas apa, namun hatiku panas dan tak terima.
Hubungan Kami dingin, setelah Aku katakan jika Kau ingin kembali ke Indonesia, tepatnya 4 tahun yang lalu, yang ada di pikirannya Aku akan kembali kepada Freen, saat Ia tau jika gelang yang selama ini Aku pakai dan setiap hari Aku sentuh itu adalah gelangku bersama Freen.
Gemini marah saat itu, dan pergi dari rumah, Aku tidak memiliki siapapun selain diriku sendiri, teman atau keluarga pun Aku tak punya, hanya Jingga kecil yang selalu merengek kepadaku setiap harinya, Aku benar-benar bingung dengan ini semua.
Setiap hari Aku harus mengurus suamiku yang mabuk dan berantakan, Aku tidak pernah mendapatkan kekerasan fisik darinya, hanya itu satu-satunya yang buatku beruntung, namun setelahnya cacian, makian, umpatan, melukai harga diriku dengan sangat.
Sepulangnya ke Indonesia, Aku menemukan diriku tak lagi dihargai, lelaki itu benar-benar mencampakkan Kami, ya Aku dan anak gadis kecilku, Ia jarang pulang ke rumah, dan ternyata Ia membuat rumah barunya dengan gadis lain.
Tapi satu yang Aku syukuri, yaitu bertemu Freen kembali.
🔺🔻🔺
Author POV.
Wajahnya yang merah dengan mata biru yang berair, lelaki kecil itu menangis tiada henti karena lapar, namun Becky hanya melihatnya saja, tak melakukan apapun, membiarkannya tidur di sebelah wanita itu tanpa ingin repot menyentuhnya.
"Bu, bayinya lapar, harus diberikan ASI. "
Hanya diam, Becky juga bahkan tidak mengindahkan apapun dari perkataan Mereka, membiarkan suara itu berlalu layaknya angin.
"Bu Becky. "
"Kenapa sus?" Freen yang baru saja masuk ke ruangan Becky dibuat kebingungan dengan kondisi yang ada.
"Ah ini Bu Freen, Bu Becky tidak mau menyusui. "
"Ya sudah, biar Saya yang bicara. "
Suster dengan nama Rini itu hanya berdiri tak jauh dari Mereka, melihat bagaimana dengan lembutnya Freen berbicara kepada Becky yang bahkan masih dengan tatapan kosongnya.
Ada yang salah menurut Freen saat ini, menyadari jika Becky mungkin mengalami gangguan pasca melahirkan.
"Babe, bayinya haus, "
Elusan pada pipinya perlahan membuat Becky lemah, wanita itu menangis tanpa suara, entah apa yang benar-benar bergejolak di hatinya, Freen juga tidak mampu untuk menerkanya, namun yang jelas, Freen paham betapa beratnya perasaan Becky saat ini, karena bayi laki-laki kecil ini benar-benar menyalin penuh wajah dari sang mantan suami.
"Sekali aja, nanti ASI nya kita pompa, biar Kamu gak liat anak Aku ini. " Ujar Freen pelan-pelan.
Becky menggeleng, setelah itu berteriak keras, Ia frustasi dengan keadaan, amarahnya benar-benar memuncak, dengan kasar Becky mendorong Freen yang tengah menggendong anaknya, pecik lengking dari lelaki kecil itu membuat suasana menjadi jauh lebih buruk, teriakan demi teriakan Becky lontarkan, Ia tidak ingin anak yang baru Ia lahirkan itu ada di hadapannya saat ini.
"Sepertinya pasien mengalami baby blues Bu Freen, bayinya akan Saya bawa lagi, maaf mungkin Kami akan meminjam Ibu susu dulu, apakah boleh?"
"Baik, lakukan yang terbaik untuk bayinya. "
Freen menekan tombol emergency, semua petugas yang bertanggung jawab kepada Becky langsung memasuki ruangan, ada kadar stress yang tidak bisa dimengerti orang awam tentang ibu hamil dan ibu yang baru saja memiliki bayi.
Baby blues bukan hal yang main-main jika tidak ditanggulangi dengan benar.
Dengan banyaknya pengertian yang Becky terima dari sang dokter, beruntungnya wanita itu mampu untuk sedikit menenangkan dirinya, mungkin beban yang Becky tanggung tidak mampu Freen rasakan, tapi yang bisa Ia pastikan, dirinya dan seluruh hidupnya akan ada untuk Becky selamanya.
"Bu Freen, bisa bicara sebentar?"
Meninggalkan gadisnya yang sudah sedikit tenang, Freen menatap gusar dokter yang berada di hadapannya saat ini, dia tau ada banyak kabar buruk yang akan beliau sampaikan, namun apa daya, Freen tidak punya cara lain untuk itu semua.
"Pasien mengalami baby blues, dilihat dari ciri-ciri kecil yang terjadi, mungkin saja pasien terjebak dengan amarahnya terhadap pasangannya, maaf ini mungkin sangat personal, karena Saya tau Bu Becky baru saja bercerai, itu juga salah satu penyebab kadar stress di dalam dirinya meningkat, maka dari itu, mungkin pihak keluarga bisa dengan pelan-pelan mendekatkan Bu Becky dengan sang buah hati, karena baby blues cukup sulit jika hanya satu orang yang berjuang, berikan pengertian kepada pasien, ajak komunikasi dua arah yang menyenangkan, mencoba mengerti apa yang dirinya mau, berikan istirahat yang cukup untuknya, makanan sehat, dan mungkin ikut kelas yoga sebagai terapi meditasi untuk beberapa bulan, Saya rasa itu akan bisa cukup membantu pasien nantinya. "
Penjelasan itu bisa Freen serap dengan baik, karena sebagai mantan pasien mental illness, Dia paham betul bagaimana ragam penyakit mental yang ada itu akan memakan penderitanya, dan Freen pastikan jika nanti Becky akan kesulitan jika itu tentang dirinya sendiri.
"Baik dokter. "
"Jika untuk ASI, bisakah Bu Freenky untuk membujuknya? setidaknya untuk memompanya saja, agar sang anak akan tetap meminum ASI dari Ibunya sendiri walaupun tidak secara langsung, karena akan berpengaruh terhadap stimulus dan imun pada anak. "
"Baik dokter, pasti Saya lakukan. "
"Semoga Adiknya cepat sembuh ya Bu Freenky, Saya permisi. "
Freen menggaruk tengkuknya, Ia merasa gugup dengan ucapan sang dokter, dan bahkan merasa berbeda saat Kalimat itu terucap oleh orang lain.
"Pacar Saya dok. " Gumamnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME (Freenbecky)
Short Story(GXG⚠️) S2 dari I Hate Rose⚠️ Kau adalah rumah, dan cinta tau kemana Ia harus pulang.