Tangis yang tak kunjung berhenti, riuh suara yang mulai Ia nikmati setiap harinya, rumah besar ini bahkan tidak mampu meredam suara itu.
Becky hanya diam, tanpa ingin menyentuh bayi mungil yang ada di dalam box bayi berwarna abu-abu itu.
Pintu yang sengaja Ia kunci, tidak memberikan akses apapun untuk siapapun orang di luar sana untuk masuk.
Ia menangis dalam diam, begitu sakit yang Ia rasakan melihat bagaimana bayi kecil itu tumbuh, tanpa dirinya.
Tangannya menggenggam ujung dari box bayi itu, nafas yang tercekat, Ia terisak keras dengan tangis yang tak kunjung mampu Ia hentikan, namun rasa benci yang sudah mulai bersarang hebat di hatinya membuat Becky benar-benar bingung.
"Rayi. "
Tangan yang semula berada dan mencengkram kuat kayu-kayu dari tempat tidur lelaki kecil itu, berpindah kepada pipi lembutnya, buah hati yang tidak pernah Ia acuhkan selama 3 bulan ini, hidup masih dengan baik-baik saja, kenapa rasanya tidak adil untuknya, kenapa Ia sehancur ini di saat semua yang Gemini miliki hidup tanpa rasa sakit sedikitpun.
"Kenapa Kamu mirip banget sama Dia, kenapa?" Ia berteriak bahkan hingga merusak tenggorokannya, Becky meluapkan semua rasa kesal yang ada di hatinya.
Bayi kecil nan malang, Ia bahkan tidak mengerti apapun tentang luka yang orang tuanya ciptakan untuk masing-masing Mereka.
Dalam gendongan Becky, Rayi kecil menghentikan tangisnya, mulutnya sibuk mencari sumber nutrisinya, kali pertama sentuhan itu mampu membuat Becky kehilangan kata-kata, Ia bahkan tanpa sadar memberikan ASInya kepada buah hati yang bahkan sudah tidak pernah Ia perhatikan selama berbulan-bulan.
Tangisan itu kembali terdengar, pelukan yang semakin erat Ia lakukan, ternyata rasa kosong ini adalah skenario yang Ia ciptakan sendiri, semua hal yang buruk tidak selamanya akan begitu, namun Becky tidak menyadarinya.
"Maaf, maafin Mama Rayi, maaf. "
Mungkin ketika besarnya, lelaki itu akan membencinya dengan sangat, semua perlakuan buruk yang Becky berikan bisa saja akan merusak kenangan yang tumbuh perlahan dalam ingatan.
Suara tangis itu berganti dengan decapan, matanya berbinar layaknya dalam kebahagiaan, Becky terkesima melihat bagaimana mata yang persis sama dengan Gemini itu menatapnya dengan penuh harapan, walaupun rasa sakit yang masih saja hadir lewat semua paras kecilnya itu, namun sedikit demi sedikit Becky mampu berdamai dengan itu semua.
"Yang brengsek itu Ayahnya, bahkan Rayi gak pernah pantes dengan semua kebencian itu. " perkataan Rose yang bahkan sudah dua bulan berlalu, namun masih terngiang setiap harinya di dalam kepala.
Hubungan Becky dan semua sahabat Freen mendadak memburuk, karena sikapnya, dan wanita itu menyadari bagaimana semua orang mulai membencinya.
Namun jauh di alam bawah sadarnya, rasa benci itu sudah menghapus habis kepedulian dan hati nuraninya untuk siapapun bahkan untuk anak-anaknya.
"Aku tau, jauh di lubuk hatimu, Kamu masih mencintainya Bec. "
"Freen. "
"Kamu cuma ngunci pintunya, lupa ngunci jendela. "
Freen memanjat jendela itu dengan sedikit kesulitan, namun Becky tidak melakukan apapun, membiarkan wanitanya mendekat, dan memeluknya bersama Rayi.
"Aku seneng Kamu bisa nerima Rayi, walaupun Aku gak bisa pastikan Kamu bisa mencintai Rayi sepenuh hati Kamu karena semua rasa trauma yang sudah ada di dalam hati Kamu sama Gemini, tapi makasih banyak ya, setidaknya Rayi bisa menyesap ASInya langsung. "
Tatapan Becky masih sangat abu-abu untuk Freen, tapi setidaknya untuk hari ini saja, Ia ingin bayi kecil itu mampu tertidur dengan nyenyak di dalam dekapan sang Ibu.
"Udah?"
"Belum, Aku gak tau kalau anak cowo minumnya bakal sebanyak ini. "
"Dia suka susunya hari ini, soalnya ASI milik Rose terlalu encer untuknya, Dia sering banget nolak, cuma kepalang laper kayaknya jadi pasrah aja. " Becky merekam jelas bagaimana Freen tertawa memandang bayi kecil Mereka, ya Rayi tidak akan pernah menjadi anaknya dengan Gemini mulai hari ini.
"Makasih ya. "
"Untuk?"
"Kamu udah mau ngalah sama rasa sakit Kamu buat Rayi. "
Senyuman yang entah apa artinya itu, namun yang pasti Freen sedikit lega, karena rasa benci itu sedikit demi sedikit mulai berkurang dan berganti dengan kepedulian.
"Udah tidur, sini Aku pindahin dul...
"Gak usah, biarin di sini aja. "
Freen mengangguk, mencium pucuk kepala Becky dengan lembut, merangkul tubuh kurusnya dan bersenandung lagu yang Ia ciptakan secara acak, hingga membuat Becky menggeleng gemas.
"I love you Freen. "
Becky merasakan bagaimana tubuh wanitanya itu menegang, wajah tidak percaya itu hadir menggemaskan, Ia setelah dua bulan berlalu, semua keraguan itu sedikit demi sedikit mulai menemukan jawabannya, rasa sayang yang masih terbagi kala itu, sudah Ia berikan seutuhnya kepada Freen, karena yang Ia lihat saat ini adalah gadis itu, bukan Gemini ataupun masa lalunya, dan rasanya Ia tak lagi memiliki alasan untuk tetap meninggikan Gemini dalam semua kisah perjalannya setiap hari.
"Bec?"
"Bisa Kita mulai lagi dari awal Freen?"
"Kamu serius Bec?"
"Iya, Aku, Kamu, anak-anak Kita. "
"Kita?"
"Gak lagi ada Gemini. "
Freen memeluk Becky erat hingga membuat lelaki kecil itu melenguh kesal karena terganggu.
"Ups, bos besar bangun. "
"Tsk, Aku susuin lagi. "
"Mau juga dong Bab... Aku minum cimori aja. " ucap Freen gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME (Freenbecky)
Historia Corta(GXG⚠️) S2 dari I Hate Rose⚠️ Kau adalah rumah, dan cinta tau kemana Ia harus pulang.