24-Alhamdulillah

6 2 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

***

"Meer! Zameera!" panggil Mariam mulai geram.

"Hah?! Eh iya apa?" akhirnya gadis yang sedang duduk termenung disampingnya itu tersadar juga.

"Lo kenapa sih?! Lagi gak enak badan? Gue tanya dari awal jawabannya kayak ogah-ogahan gitu," ujar Mariam mencoba mengulik.

"Sorry... lo nanya apa emang?" tanya Zameera agak merasa bersalah.

"Mau nonton apa?" Mariam bertanya balik langsung pada intinya. Saat ini mereka sedang menikmati libur panjang pasca ujian kenaikan kelas di salah satu bioskop yang ada di Tangerang.

"Yang mana aja, gue ngikut, asal jangan film horor. Gue gak suka film horor," jawab Zameera lembut.

"Oke," Mariam segera menghampiri cashier and ticketing untuk memesan 4 tiket film untuk mereka berempat.

Dari arah samping, Yana dan Juveline menghampiri Zameera yang sedang fokus berkutat dengan ponselnya.

"Zameera, you kenapa? Kok beda banget hari ini,"

"Hm? Haha gak kenapa-kenapa kok Ju,"

"Jangan bohong Zameera, wajah lo gak seceria biasanya. Udah dari kemaren loh lo begini, ada apa? Cerita aja, siapa tau kita bisa bantu,"

Sejenak Zameera menatap mata Yana dengan dalam, ada ketulusan dan rasa kepedulian terpancar disana.

"Ada apa nih? Zameera kenapa?" Mariam datang tiba-tiba dengan empat tiket di tangannya.

"Ayo sini gue mau cerita," ketiga sahabatnya pun mendekat, siap mendengarkan. "Gue masih kepikiran sama sikap gue ke Adam. Kayak, apakah gue sekasar itu jadi perempuan? Apalagi pas dia bilang kalo gue itu perempuan pertama yang dia sukai, jadi bikin gue terbanting. Jadi buat gue mikir am I a bad girl? Gitu doang,"

"Gitu doang, udah?!" Mariam kaget karena ternyata masalahnya tidak begitu serius.

Zameera mengangguk lemah.

"Dih, gue kira kenapa anjir!"

"Jadi lo diem terus dari kemaren karena mikirin ini?" Yana menebak.

"Iya, gue ngerasa gak enak sama dia. Gue ngerasa bersalah,"

"Nggak Zameera, you gak salah. Pertanyaan sekarang, emang berkata jujur itu salah? Kan enggak, jadi you gak salah," Juveline langsung merangkul bahu Zameera. Itu adalah cara khasnya untuk memberi semangat.

"Anjay, singkat padat jelas," tutur Mariam bangga.

"Hmph! Juvel gitu loh!" balas Juveline tak kalah bangga sambil mengibaskan rambut cokelatnya.

"Nggak usah dipikirin Meer, lo kan disana berkata jujur ke dia. Lo kan emang lagi pengen sendiri, dianya aja mungkin yang belum bisa nerima rasa sakit dikenyataan. Udah nggak usah dipikirin," kata Yana menambahi perkataan Juveline barusan.

"Jadi gue gak salah kan? Gue ngerasa gak enak sumpah!" ucap Zameera masih dengan wajah penuh rasa bersalahnya.

"Dibilang nggak, buset," Mariam mencubit pipi kanan Zameera.

"Aw!" ringis Zameera pelan sambil mengusap-usap pipinya yang habis dicubit oleh Mariam.

"Lo nggak salah, udah sih nggak usah merasa bersalah. Jangan terlalu baik banget jadi orang. Perasaan lo juga butuh diperhatiin, jangan merhatiin perasaan orang lain mulu sampe lupa diri sendiri juga punya perasaan,"

Merhaba, Zameera!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang