بسم الله الرحمن الرحيم
***
4 tahun kemudian ...
"Selamat, ya, atas kelulusannya." Seorang dosen senior memberi selamat kepada Zameera sambil memberikan ijazah kepada wanita muda yang nampak anggun memakai toga itu.
"Terima kasih, Bu."
Ya, hari ini adalah hari wisuda Zameera. Dia resmi menyandang gelar S. Pd atau sarjana pendidikan dengan prodinya yaitu pendidikan bahasa Inggris.
Huft! Setelah berjuang selama 4 tahun lamanya untuk belajar bagaimana menjadi seorang guru dalam bidang studi bahasa Inggris, akhirnya gadis yang kini telah berusia 21 tahun itu lulus juga dengan predikat membanggakan. Momen wisudanya itu juga dihadiri oleh kedua orangtuanya yang tampak bahagia melihat anak perempuan mereka pelan-pelan akan mengejar cita-citanya.
Mereka berdua sampai lupa bahwa mereka juga memiliki satu anak lagi yang kini entah ada di mana keberadaannya. Tak peduli lagi soal si sulung karena si bungsu sudah cukup untuk hidup mereka yang mulai senja ini. Terutama untuk Aiman, pria yang kini memasuki usia kepala 6 itu terlihat memasang wajah paling berseri meskipun ia sudah sakit-sakitan. Tapi, apapun untuk putrinya akan ia lakukan.
"Ma, Yah, ayo foto yuk," ajak Zameera kepada kedua orangtuanya yang setia duduk dibangku orangtua wisudawan dan wisudawati.
"Ayo, ayo." Dengan semangat Daleela mulai memposisikan dirinya dengan senyuman terbaiknya. Begitu pun dengan Aiman yang berada disamping istrinya itu.
Zameera yang berlutut di depan mereka mulai menekan tombol kamera pada layar ponselnya untuk mengambil gambar pada salah satu momen bersejarah dalam hidupnya itu. Lumayan banyak gambar yang diambil oleh wanita muda itu sehingga suatu hari nanti, banyak pula kenangan manis untuk ia kenang.
Prosesi wisuda pun tak lama berakhir, para wisudawan dan wisudawati berangsur-angsur kembali ke rumahnya. Termasuk Zameera dan orangtuanya yang kini tengah berada di dalam mobil untuk kembali ke rumah mereka. Karena sudah legal untuk mengemudikan mobil sendiri, sekarang wanita muda itu yang menggantikan tugas sang ayah untuk mengemudikan mobil. Zameera tampak lihai dan sudah biasa membawa mobil baik ketika jalanan sedang lengang, macet, atau bahkan macet parah.
Namun ketika sedang asik mengemudikan mobilnya dengan perasaan bahagia, tiba-tiba perasaan itu harus berganti dengan kepanikan ketika sang ayah yang duduk disampingnya mengeluhkan rasa sakit pada dadanya.
"Ayah bangga sama, Meera,"
"Yah? Ayah kenapa?"
"Meer, dada Ayah sakit," kata pria tua itu sambil memegangi dengan erat dadanya. Napasnya juga terlihat tidak beraturan.
"Astagfirullah, kita ke rumah sakit aja ya, Yah. Di deket sini ada kok rumah sakit." Tapi Aiman tak merespon. Zameera menatap ayahnya itu telah menutup matanya namun napasnya masih sempat ia ambil dan ia hembuskan.
"Ayah! Ayah jangan tutup mata Ayah, Yah! Ayah bertahan Yah, kita udah sampe di rumah sakit!" "Suster! Tolongin ayah saya Suster!"
Ranjang pasien di dorong ke arah mobil Zameera yang terpakir tepat di depan lobi UGD rumah sakit. Aiman ditidurkan diatas ranjang pasien itu kemudian segera dilarikan masuk ke UGD. Melihat hal itu, Zameera dan Daleela otomatis memasang wajah panik sambil terus mengikuti ke arah mana ayahnya itu dibawa oleh para perawat.
Ketika sudah sampai di depan UGD, Zameera memberhentikan langkahnya ketika pintu ruangan itu langsung ditutup seketika. Memberitahukan bahwa ia tak diperbolehkan masuk ke sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merhaba, Zameera!
Romance⚠️CERITA INI MENGAMBIL SEDIKIT KISAH NYATA!⚠️ Terjebak diantara dua pilihan, Zameera Shaqien Malik-seorang gadis cantik dengan segudang prestasi harus memilih salah satu diantaranya. Dirinya harus memilih, antara Turki dengan Indonesia. Antara seor...