MBS 7

1 0 0
                                    

MY BELOVED SIBLINGS

Suasana makan malam keluarga dirgantara dan adhitama berlangsung cukup khidmat. Karena bagaimanapun, mereka merupakan keluarga orang terpandang yang mengutamakan etika saat berada di meja makan.

Makan malam ini bertujuan untuk mengenalkan putra putri mereka yang akan mereka jodohkan. Siapa lagi kalau bukan Jonathan Alvaro Dirgantara dan Rosseane Hanaia Adithama.

huft

Theo menghela napasnya, lagi, sudah hampir 30 menit mereka berada di taman restoran tempat mereka makan malam. Tapi sahabat dan sepupunya itu masih betah menutup mulut tanpa mengatakan satu kata pun.

"oh come on guys, gue disini tuh Cuma disuruh nemenin lu pada buat pdkt. Tapi lu lu pada kayak patung yang dari tadi gak ngomong-ngomong. Minimal kenalan kek, basa basi busuk gitu"

"gue tahu kita gak bisa nolak atau ngebatalin rencana perjodohan ini. Jadi, selama kita belum terikat sama pernikahan, gue bakal bebasin lo buat tetep nyari cewek diluaran sana. Tapi gue harap lo masih bisa ngehargain gue selaku cewek. Dan kalau kita nanti udah nikah, maka bersedia atau nggak, lo Cuma harus fokus sama gue karena gue bukan tipe cewek yang mau berbagi" Mau tak mau, Rosse yang memang cukup sulit buat deket dengan orang asing pun memberanikan diri untuk mengutarakan isi hati yang memang selalu menghantuinya akhir-akhir ini.

Mendengar kata-kata Rosse, membuat sosok alvaro tercengang. Ia tak menyangka sosok Rosse yang menurut pandangan pertamanya merupakan gadis manja itu mampu berpikir dewasa seperti itu. Ia jadi teringat, pepatah terkenal yang berbunyi 'jangan menilai buku dari sampulnya' itu benar adanya. Buktinya pun sudah jelas di depan matanya. Tapi alvaro sedikit bimBang, pasalnya sudah ada sosok lain yang mencuri perhatiannya.

"thanks lo udah mau mikirin masa remaja kita dan gak terlalu ngekang gue. Sebagai anak tunggal dirgantara yang dari kecil udah diajarin banyak Banget pelajaran hidup, gue bakal berusaha buat nngelakuin yang terbaik. Dan menghargai sosok lo selaku cewek merupakan satu dari sekian banyak hal yang emang bakal gue lakuin"

Mendengar penuturan Rosse dan alvaro membuat Theo merasa sukses menjadi pendamping keduanya.

"yo wis lah, jadi mulai sekarang gimana kalau kalian mulai dari temenan dulu?" usul Theo sembari merangkul bahu kedua orang disisi kanan dan kirinya itu.

MY BELOVED SIBLINGS

Kedua mata Chris memicing, dahinya berkerut guna memfokuskan pandangannya. Ia cukup terkejut saat mendapati sosok Vian yang selama lima hari ini tak masuk sekolah sedang berada di depannya. Duduk berdampingan bersama Kevin, kakanya. Di ruang tengah itu juga ada kakek, nenek dan juga kedua orang tuanya. Mereka seakan-akan memang sedang menyambut sosok Vian.

"cepet sini, kok kamu malah bengong sih Chris!" tegur Nyonya helena Bagaskara, neneknya.

"kok lo bisa disini sih? Kenapa lima hari ini gak sekolah? Gue sama yang lainnya juga khawatir Banget gak dapet kabar apapun dari lo. Bang Kean juga susah Banget di temuin" cerocos Chris yang membuat anggota keluarganya heran. Chris ini anak yang cukup irit bicara kalau bertemu orang asing. Apalagi, mereka juga baru pertama kali bertemu dengan Vian setelah sekian lama.

"bawel Banget sih lo, Kayak cewek!" sahut Vian cukup ketus. Entah mengapa, ia merasa cukup nyaman dan santai berada di kediaman Bagaskara ini. Ia juga merasa bebas untuk mengekspresikan dirinya sendiri apa adanya.

"ya ampun! Lo jadi cewek tega Banget ya,,, gue sama yang lainnya tuh khawatir karena gak dapet kabar dari lo. Eh, respon lo nyet,,,"

Ekhem ekhem

Merasa ada aura kurang menyenangkan di sekelilingnya, Chris pun menyadari kalau sekarang ini ia berada ditengah-tengah keluarganya. Dan kakeknya yang punya pembawaan tenang itu, selalu berhasil membuatnya salah tingkah. Anggap saja ia kurang dekat dengan kakeknya itu karena memang itulah kenyataannya.

My Beloved SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang