MBS 4

3 0 0
                                    

MY BELOVED SIBLINGS



"lo dimana sekarang? Gua udah ngehubungin lo dari tadi masa baru lo angkat sekarang sih? Gak ada akhlak Banget ya lo jadi cewek!"

"gak bosen apa lo bilang gua gak ada akhlak? Ya kali gua gak ada akhlak udah gua bunuh lo dari lama? Jadi cowok kok cerewet Banget kayak cewek!"

"ya udah, sekarang lo bilang, lo dimana biar gua bisa jemput lo"

"gak perlu, gua masih ada duit kok buat bayar taksi atau ojol"

"lah, ini tuh bukan masalah duitnya cinta,,, tapi sedari tadi Abang lo neror gua mulu nanyain keberadaan lo"

"gua tahu kok, udah bilang aja gua lagi hang out gitu, susah Banget sih lo"

"yah kenapa gak lo aja yang ngehubungin Abang lo itu pe a?"

"lagi males gua"

"lo ada masalah sama Abang lo?"

"gua lagi jalan nih, nanti aja gua hubungin lo lagi"

Setelah mengakhiri panggilan dengan Theo, Vian kembali menatap dirinya dari pantulan cermin.

"Kok aku baper Banget sih ngeliat kedeketan mereka? padahal kan aku udah bertekad buat nutup diri aku dari mereka. Lagi pula Daddy sendiri kok yang lebih milih 'mereka' daripada aku. Udahlah Vian, mending sekarang refreshing dan lupain apa yang terjadi tadi malem"



Vian melihatnya. Kakak kelas yang dianggap sebagai badboy terhits di SMA BPL. Kean. Pemuda itu tengah berkelahi dengan sekumpulan preman.

Yah, tadinya dia mau jalan-jalan aja sambil shoping di mall. Tapi tak ada satupun yang menarik perhatiannya selain makan. jadilah, setelah selesai makan ia memutuskan untuk mencari angin di taman kota.

Tapi saat berjalan di persimpangan jalan menuju taman, ia melihat Kean tengah berkelahi. Di samping pemuda itu terlihat seorang gadis berseragam sma tengah berdiri ketakutan. Penampilan gadis itu pun tak cukup enak untuk di pandang.

"apa bisa, dia ngalahin tuh preman? Masa satu lawan tujuh sih? Gak ngimbanng Banget"

Karena sedang membutuhkan pelampiasan rasa kesalnya, Vian pun ikut campur dalam pertarungan itu.


Kean yang melihat kehadiran Vian di dekatnya sedikit kehilangan fokus dan memberikan kesempatan pada lawannya untuk menyerang. Sehingga ia terkena sebuah pukulan di wajahnya. Dan sudut bibirnya sedikit robek dan mengeluarkan darah.

Kean menyeka darah tersebut dengan ibu jarinya dan kembali menatap lawannya. Smirk pun muncul di wajah tampannya.

"ayo maju, gua udah gak bisa nahan kesabaran gua lagi"

Merasa terprovokasi dengan ucapan Kean, tak tanggung-tanggung, empat orang langsung yang menjadi lawannya.

Sementara Vian berurusan dengan tiga orang lainnya. Baku hantam pun tak bisa terhindarkan. Dan diakhir pertarungan, Vian dan Kean yang memenangkannya. Walau pun mereka juga harus mendapatkan luka di beberapa tempat.

Vian mendekati gadis yang mencoba mereka lindungi. Dan menyampirkan jaket yang dipakainya pada gadis itu. Gadis itu tampak menangis.

"kamu udah aman sekarang" ucapnya seraya membawa gadis itu dalam pelukannya. Ia merasa, ia pernah merasakan pengalaman yang sama dengan gadis itu. Sehingga tak terasa, air matanya mengalir begitu saja membasahi wajah tirusnya.

"kok kamu ikutan nagis juga sih?" suara lembut Kean yang baru pertama kali di dengarnya membuat hati seorang Leviandra teriris sakit. Rasanya seperti dejavu.

My Beloved SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang