Cahaya api perapian memantulkan warna-warna hangat ke seluruh ruangan di dalam sebuah mansion tua yang tak terurus. Sinar keemasan dari perapian menerangi wajah seorang anak laki-laki berusia 10 tahun yang tengah duduk dengan cermat di depan sumber cahaya yang hangat. Rambutnya berkilauan dengan perak kebiruan, menciptakan tampilan yang tak biasa untuk usianya yang muda. Rambut perak itu jatuh dengan lembut, diatas kulit pucatnya yang kontras, seolah memberi kesan keanggunan yang langka. Matanya bercahaya merah terlihat memikat, dengan garis keemasan yang menari-nari di dalamnya, seolah-olah mencerminkan api perapian di hadapannya. Mata itu memancarkan kedalaman yang tidak biasa untuk usia anak itu. Anak itu duduk diam seolah memancarkan ketenangan yang abadi yang sedang merenungkan rahasia kehidupan atau mengeksplorasi alam batinnya sendiri.
Di sampingnya, seorang pelayan laki-laki setia dengan seragam sederhana khas pelayan dari keluarga bangsawan, menggenggam teko panas dengan hati-hati. Pakaian pelayannya berwarna hitam dan dilengkapi dengan rompi merah yang terlihat agak kusam karena usia dan kekurangan perawatan.
Dalam suasana yang sunyi itu, hanya suara lembut api yang membakar kayu di perapian yang terdengar. Tiba-tiba, suara anak bernama Serenio memecah kesunyian. Dengan suara yang tenang, dia berkata, "Apa kau sudah mendapatkannya." Lontaran kata yang keluar dari mulut kecilnya menggetarkan udara, menciptakan getaran kecil di dalam ruangan yang tadinya sepi itu.
Pelayan itu menuangkan teh hangat ke dalam cangkir yang ada disamping tuannya dengan hati-hati seolah memberikan sentuhan kasih sayang pada setiap gerakannya. Dengan suara yang tenang dan penuh kelembutan, pelayan itu menjawab, "Bahkan saya sudah selesai mempersiapkan semuanya, Tuan Muda."
Serenio memegang cangkir teh hangat yang ada di sampingnya, dan membiarkan uap yang harum mengelilingi wajahnya yang tenang. Dengan gerakan yang lembut, anak itu meminum teh hangat dari cangkir itu dengan penuh kenikmatan di setiap tegukannya, seolah merasakan kehangatan dan rasa yang menyenangkan di dalamnya. Ekspresi wajahnya tidak berubah, tenang dan penuh kepuasan. Setelah menikmati tegukan terakhir tehnya, anak itu menaruh cangkir dengan hati-hati kembali ke tempatnya. Matanya yang cerah dan penuh kebijaksanaan bertatap langsung dengan pelayan yang setia di sebelahnya. Dengan nada yang tenang dan berwibawa, dia berkata, "Rafael, kita akan pergi tepat pukul 4 dini hari."
Mansion terlantar dan usang itu akan kembali mati, karena kehadiran Tuan muda dan pelayannya itulah satu-satunya tanda kehidupan di dalamnya. Sebentar lagi kehangatan api perapian itu akan padam ditinggalkan satu-satunya penghuni dari tempat terpencil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenio's Identity
FantasyKeabadian. Janji yang tenggelam. Keputusasaan yang terbakar. Tubuh yang dipertanyakan. Serenio bangsawan muda yang memulai debutnya dibalik bayangan. Seseorang yang menghabiskan waktunya sendirian dibandingkan berada di tengah keramaian sosial. Sere...