Jeritan yang memilukan bergema di sepanjang gang, namun dari luar hanya ada kesunyian yang menggelayuti gang Wolre tanpa satu pun suara yang mampu meloloskan diri. Sebelum memulai penghukumannya Mathias telah memasang sihir kedap suara. Sehingga penghukuman berjalan dengan tenang.
Dari 30 orang yang berlutut itu, hanya menyisakan 8 orang yang tengah berkumpul di pojok dengan wajah yang penuh memar, terikat dengan ketakutan. Wajah mereka terlihat pucat, karena menyaksikan kekejaman yang dilakukan oleh orang-orang Mathias, yang sedang melaksanakan perintah Serenio.
Awalnya, mungkin perintah Serenio terdengar sederhana, seperti mematahkan satu tangan dan satu kaki. Namun, dalam pelaksanaannya, ternyata mereka melakukannya dengan sangat perlahan, mulai dari ujung jari dan naik secara bertahap. Dengan cara ini, proses pematahan satu tangan terasa seolah-olah mematahkan sepuluh tangan, untuk menciptakan sensasi seolah-olah seluruh tubuh seseorang sedang dipatahkan. Orang-orang itu dengan sadis memastikan bahwa setiap target mereka merasakan setiap kesakitan saraf dengan jelas.
Meskipun perintah serenio terdengar halus dan biasa saja seperti perintah sipir penjara, namun saat dilihat, itu adalah kekejaman yang mengerikan.
Sementara itu, Serenio tengah duduk dengan santai sambil membaca beberapa berkas lain yang dibawa oleh Mathias. "Apa yang kau lakukan sekarang?" tanya Mathias penasaran, karena dia tidak bisa menebak apa yang dipikirkan anak yang dia anggap sebagai tuannya sekarang.
Serenio melirik Mathias sejenak dari sudut matanya, lalu menjawab, "Sepertinya konflik antara kerajaan Sreg dan suku Arvulr semakin memanas." Mathias menyipitkan matanya, "Lalu?"
Serenio tersenyum tipis, "Saatnya membangun negara baru," sambil menatap Mathias. Mathias tercekat mendengarnya. "Kau yakin?" "Ya," jawab Serenio percaya diri.
Mathias hanya bisa menghela nafas bersiap untuk rencana gila tuannya itu. Meskipun begitu, Mathias merasakan darahnya mendidih dengan semangat, dengan rencana Serenio. Meskipun terkadang Mathias mengeluh tentang rencana Serenio, dia tidak bisa mengingkari bahwa rencana tuan kecilnya itu selalu luar biasa dan selalu bisa membangkitkan gairahnya.
Kerajaan Sreg, Mathias tahu bahwa kerajaan itu saat ini adalah kerajaan kecil yang ditopang oleh kerajaan Shaven dan Kekaisaran Xannate. Sekilas mungkin ketiga negara itu terlihat bekerja sama, tapi sebenarnya kerajaan Sreg adalah alat yang digunakan Shaven dan Xannate sebagai uji coba senjata perang. Sementara suku Arvulr menjadi objek uji coba itu.
Berbicara tentang suku itu, Mathias ingat, Arvulr merupakan salah satu suku purba di benua ini. Suku Arvulr banyak berisi blasteran elf dan dark elf yang menghuni Hutan Besar di sebelah selatan kerajaan Sreg. Orang-orang suku Arvulr memang bukan elf atau dark elf murni, tetapi kedekatan mereka dengan alam dan elemen sama seperti elf atau dark elf murni. Krena sekarang elf dan dark elf murni telah dianggap punah sejak 520 tahun lalu. Sementara itu, Suku Arvulr awalnya terdiri dari sekelompok blasteran elf yang terbuang dari masyarakat karena darah campuran mereka. Hingga 40 ribu tahun yang lalu, seorang elf bernama Seth mengumpulkan mereka semua dan membentuk suku, dan menyembunyikan diri di hutan besar. Kekuatan mereka terus berkembang dan menjadi setara, atau bahkan melebihi, elf dan dark elf murni seiring berjalannya waktu.
Konflik diantara kerajaan Sreg dimulai semenjak 10 tahun yang lalu. Itu dimulai ketika pihak Sreg menebang hutan, yang menyulut kemarahan suku Arvulr. Awalnya hanya konflik kecil lalu berlanjut hingga menjadi perang skala besar.
Mathias penasaran dengan cara Serenio akan menyelesaikan konflik antara kedua kubu tersebut. Oleh karena itu, dia kembali bertanya, "Bagaimana kau berencana menyelesaikan konflik antara Sreg dan Arvult?"
Alis kanan Serenio terangkat, menatap Mathias seolah-olah menganggap dia tengah mengatakan pertanyaan tidak berguna. Melihat ekspresi itu, Mathias segera menyadari bahwa rencana Serenio bukanlah seperti yang dia pikirkan.
"Lalu?" tanya Mathias, menyipitkan matanya dengan rasa penasaran.
Sebuah seringai terukir di wajah Serenio, "Musnahkan saja keduanya."
Mata Mathias terbelalak, lalu dia tertawa sambil menutupi wajahnya. Hahaha. Tawa Mathias terdengar sangat renyah ditelinga.
Tawa Mathias mereda, kemudian menurunkan tangannya dan menatap Serenio dengan penuh antusias. "Aku sangat menantikan rinciannya, Tuan," ucapnya sambil membungkuk hormat pada Serenio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenio's Identity
FantasyKeabadian. Janji yang tenggelam. Keputusasaan yang terbakar. Tubuh yang dipertanyakan. Serenio bangsawan muda yang memulai debutnya dibalik bayangan. Seseorang yang menghabiskan waktunya sendirian dibandingkan berada di tengah keramaian sosial. Sere...